• Senyum Menyebalkan
Para murid menyiapkan tandu untuk Meng Bingbing karena melihat senior mereka cedera spontan mereka menyiapkannya.
Meng Bingbing tidak pergi ke tandu, dia sangat kesal pada Ye Shao, gadis itu terus memandangnya dengan niat permusuhan yang sangat besar. Dia bahkan merasa ingin menggigit kepala Ye Shao saat itu juga.
“Apa?!” ucap Ye Shao dengan nada provokatif mencoba membuat gadis itu lebih terbakar lagi.
“Kau sendiri yang menantangku dan kau sendiri yang kalah padaku. Menyedihkan,” imbuh Ye Shao.
“Kakek Meng, tolong di tegaskan,” ucap Ye Shao.
“Hei Bagong! Seenaknya memanggil Kakekku dengan sebutan Kakek, kau pikir kau siapa?!” kata Meng Bingbing.
“Aku temannya,” jawab Ye Shao dengan polos.
“Bocah ingusan...”
“Berhenti memanggilku bocah, kau tidak terlihat lebih tua dariku, dasar gadis kecil.”
“Gadis kecil?! Siapa yang kau panggil gadis kecil, ha??”
Ye Shao melihat Meng Bingbing dan lagi-lagi dia tersenyum kecil. Meng Bingbing spontan melihat kebawah, sesuatu di bawah lehernya itu... Memang kecil.
“Bagong!! Kuhajar kau!” seru Meng Bingbing.
“Nona tapi anda...”
“Aw aw aw... Sakit sekali, kakiku yang terkilir rasanya sangat sakit.”
Belum sempat memukul Ye Shao, Meng Bingbing sudah mengeluh kesakitan. Ye Shao maju dan menyentil kecil dahi gadis itu.
“Kau tidak hanya bodoh tapi kau juga ceroboh, kau pikir apa yang akan kau lakukan dengan kaki bengkak memar begitu?” kata Ye Shao.
Ye Shao membuat Meng Bingbing duduk, Ye Shao pun berjongkok.
“Tuan Muda Ye tidak hanya berani menyentil Nona Meng, tapi dia dengan sangat santai menyentuh Nona, dia tidak tahu kalau Ketua Meng sangat mudah marah jika ada seseorang yang dengan berani mempermainkan cucunya itu,” kata Xiao Ao dalam hatinya.
Ye Shao menyentuh kaki Meng Bingbing dengan lembut, sentuhan itu membuat Meng Bingbing tenang, dia terus memandangi Ye Shao dengan wajah kagum.
“Tuan Muda yang satu ini memang menyebalkan, tapi mungkin dia sebenarnya adalah pria yang baik hati. Dia repot-repot menggendongku ke atas, bahkan dia mengkhawatirkanku,” pikir Meng Bingbing.
Ye Shao mengangkat wajahnya, kemudian dirinya dan Meng Bingbing saling bertatapan. Meng Bingbing terkejut dan tidak tau harus berkomentar apa, tapi wajahnya sangat menyiratkan kalau dia sangat gugup. Pipinya yang tiba-tiba memerah membuat Ye Shao tersenyum kecil.
Wajah tampan Ye Shao, di tambah dengan senyum manisnya. Dua hal itu bagaikan rayuan yang tidak pernah gagal. Hati gadia itu jelas terombang-ambing.
“Tidak salah lagi kalau dia ini sebenarnya adalah pria yang baik, senyumnya itu mengatakan semuanya padaku,” ucap Meng Bingbing dalam hatinya.
Lalu Ye Shao memelintir keras kaki Meng Bingbing yang memar tepat di saat gadis itu begitu bahagiia dengan delusinya sendiri.
Kretakk!! Suara yang terdengar seperti sebuah tulang patah terdengar melalui kaki Meng Bingbing. Sontak gadis itu menjerit dan Ye Shao dengan sigap menutup mulut gadis itu dengan tangannya.
“Berisik! Aku hanya sedang membetulkan kakimu,” ujar Ye Shao.
Level perbuatan seenaknya yang di lakukan oleh Ye Shao sudah tidak bisa di anggap sedang lagi. Menyentil, mematahkan kaki, menutup mulut, bahkan membentak Nona Muda dari keluarga Meng, tepat di depan mata Patriark nya sendiri.
“Habis sudah, Tuan Muda Ye menggali kuburannya sendiri, di depan Ketua bagaimana dia bisa begitu kasar pada cucunya? Tuan Muda Ye mungkin akan dilempar dan menggelinding di tangga oleh Ketua Meng,” pikir Xiao Ao.
Xiao Ao melihat wajah Ketua Meng, pak tua itu sama sekali tidak menunjukkan kemarahan sedikitpun setelah cucunya di perlakukan seenak jidat oleh Ye Shao, sebaliknya Pak Tua itu malah bersimpuh tangan.
“Eh? Ketua tidak marah? Apa itu karena Tuan Muda Ye pernah menolongnya waktu itu dan ketua diam saja? Tapi bukankag Tuan Muda Ye sudah terlalu kelewatan?”
Meng Bingbing langsung berdiri, gadis itu sampai berlinang air mata, bahkan karena tidak kuat menahan sakit saat Ye Shao memelintir kakinya itu, gadis Meng itu sampai ingusan.
“Eh? Kakiku tidak sakit lagi? Jadi dia benar-benar ingin membantuku? Sudah kuduga dia itu...” perlahan Meng Bingbing melihat wajah Ye Shao.
“Pria kasar!!!” dengan menunjukkan wajah kesal yang terkesan imut, gadis itu berbalik dan langsung pergi begitu saja.
Melihat Meng Bingbing berjalan seperti biasanya membuat para murid, Shu Ao, dan Kekek Meng merasa lega.
“Padahal dari pada membetulkan kaki, Tuan Muda Ye terdengar seperti mematahkannya. Tapi syukurlah, berkat Tuan Muda Ye kaki Nona bisa di sembuhkan. Seperti yang di katakan oleh ketua, pemuda ini memang berbakat,” kata Shu Ao dalam hatinya.
“Maafkan atas tingkah laku cucuku yang kurang sopan itu, Nak Ye. Dia gadis yang keras kepala dan berkemauan besar. Sulit sekali mengatur gadis itu,” kata Kakek Meng.
“Kakek Meng, aku mengerti. Aku merasa lega sudah memberikan gadis itu sedikit pelajaran, kuharap Kakek Meng tidak keberatan dengan itu,” sahut Ye Shao.
“Tentu tidak, cucuku memang pantas mendapatkannya. Aku tidak pernah melihat gadis itu kesal seperti itu, dia selalu merasa dirinya adalah yang terbaik. Dia pasti merasa kesal karena seseorang sudah melampaui dirinya. Ini bagus untuk membuat Meng Bingbing tetap berkembang, aku sangat berterima kasih, Nak Ye.”
Para murid heran kenapa Guru mereka sampai bertindak sesopan itu pada sosok seorang remaja biasa. Selama ini tidak pernah ada patriark yang tidak mengenal Meng Gu Cao, semua pejabat atau orang dengan status tinggi sangat menghormati dirinya.
Tapi bagaimana seorang pria muda bisa membuat sang Kakek yang di hormati malah menghormati Ye Shao. Hal itulah yang membingungkan mereka.
Pak Tua Meng mengajak Ye Shao masuk dan pemuda itu pun mengikutinya dari belakang.
“Ketua, anda tidak marah? Apa yang dilakukan oleh Tuan Muda Ye tidak terlalu berlebihan? Baru kali ini saya melihat Nona Muda sampai menangis,” bisik Shu Ao.
“Ya, jika orang lain yang melakukan hal itu, mungkin aku akan sangat meledak ketika dia menggendong cucuku dengan sengaja,” balas Kakek Meng yang juga berbisik.
“Apa karena Tuan Muda Ye pernah menolong anda?”
“Bukan, aku sama sekali tidak memikirkan alasan itu.”
“Lalu Ketua?”
“Tidakkah kau berpikir mereka berdua cocok?” balas Pak Tua itu sambil tersenyum pada Shu Ao.
****
Pak Tua Meng membawa Ye Shao ke dalam rumahnya, disana dia di sambut sebagai tamu terhormat, bahkan Ketua Meng meminta menantu dan juga istrinya untuk keluar memberi wajah pada Ye Shao.
“Nak Ye, ini Chan Juan dia adalah istriku... Dia yang telah menemaniku sejak remaja. Dia adalah menantuku Dong Mei, dia menikahi satu-satunya putraku Meng Jiang. Dan gadis yang sedang berdiri itu adalah cucuku Meng Bingbing,” kata Meng Gu Cao.
Pria Tua itu memperkenalkan istri dan menantunya, mereka duduk bersama di aula tamu dengan secangkir teh yang khas dan biskuit.
Sayangnya anak Tuan Meng, Meng Jiang sedang tidak ada di rumah keluarga Meng.
“Salam Nenek Chan, salam tante Dong. Namaku Ye Shao, putra Ye Tianlong,” sambil membungkuk dengan sopan Ye Shao memperkenalkan dirinya.
Meng Bingbing melirik ke arah Ye Shao dengan kesal, pria itu tidak menyapanya dengan sengaja. Merajuk, gadis itupun langsung duduk dan bersimpuh tangan sambil mengembungkan pipinya.
“Apa kau putra Tuan Ye yang itu? Pengusaha yang terkenal itu? Aku tidak pernah melihat Tuan Ye Tianlong secara langsung, tapi wajahnya sering muncul menjadi halaman depan majalah.”
“Melihatmu membuatku menyadari betapa miripnya kalian berdua, kau pemuda yang sangat tampan, Nak Ye.”
“Terimakasih, Tante Dong. Senang mendengarnya,” jawab Ye Shao.
“Bing? Tidakkah kau juga berpikir demikian?” Nyonya Dong menyinggung soal Ye Shao pada putrinya.
“Tidak, dia itu pria paling kasar yang pernah aku temui, aku sama sekali tidak melihat dia sebagai pemuda tampan. Wajahnya menyebalkan, aku ingin marah jika melihatnya,” tanpa melihat Ye Shao, gadis keluarga Meng itu mengatakannya secara blak-blakan.
Meng Gu Cao merasa sangat tidak enak dengan ucapan cucunya yang kasar itu, saat Meng Gu Cao ingin memarahinya, Ye Shao menahan Pak Tua itu.
“Tidak apa-apa, Kakek Meng. Aku mengerti, dia hanya gadis kecil. Kenapa harus marah?” kata Ye Shao.
Ucapan itu membuat Meng Bingbing menggerutu, dia tidak berani membalas perkataan Ye Shao saat dia melihat Kakeknya sendiri tidak berpihak padanya.
“Hahaha... Ini sangat jarang sekali aku melihat cucu kecilku terlihat sebal, dia tidak pernah bertingkah seperti ini. Biasanya Bingbing kecil selalu bersikap seperti gadis anggun, baik saat latihan atau saat-saat biasa. Kau telah memperlihatkan sisi lain gadis kecil kami, Nak Ye.”
“Nenek Chan, sejak awal saya bertemu cucu anda, saya belum melihat sikap anggunnya sama sekali, sebaliknya... Dia selalu berkata kasar dan mengembungkan pipinya.”
“Nak Ye, seorang gadis itu pasti mempelihatkan sisi lain dari dirinya pada orang yang dia sukai,” Gurau Nenek Chan sambil tertawa kecil.
“Hahaha, Nenek Chan, anda mulai menceritakan sesuatu yang horor,” balas Ye Shao.
“Kau pikir aku apa?! Hantu?!” kata Meng Bingbing.
“Aku melihat Ye Shao sangat mudah bergaul dengan orang lain, setiap bertemu dengannya dan bicara, sulit untuk mengabaikannya. Sangat berbeda dengan apa yang aku dengar,” ujar Nyonya Dong.
“Maaf Nak Ye, aku tidak bermaksud mengatakan ini, tapi memang inilah yang aku pikirkan. Semua orang salah mengenaimu, kau sama sekali tidak seperti apa yang di rumorkan. Ayahmu Ye Tianlong terkenal karena banyak hal, Ketampanannya, kekayaannya ataupun kesuksesannya.”
“Tapi lebih dari semua itu, dia terkenal karema memiliki seorang putra yang tidak masuk akal. Putranya itu selalu membuat masalah untuk dirinya, mempermalukan keluarganya dan membuat masalah dimanapun dia pergi.”
“Kau di kenal sebagai orang yang sangat sulit di dekati dan tidak mudah bicara denganmu, kecuali yang jadi lawan bicaramu sama-sama tidak normalnya. Maaf atas kekasaranku ini Nak Ye. Tapi kau sama sekali tidak seperti yang dirumorkan.”
“Bagiku kau terlihat seperti remaja pada umumnya.”
“Terima kasih, Tante Dong. Aku paham, semua orang benar tentangku. Aku memang remaja tidak normal seperti yang di rumorkan. Tapi baru-baru ini aku sadar, terlalu banyak masalah yang kuberikan untuk kedua orangtuaku. Aku putuskan untuk berubah, dan disinilah aku.”
“Perlahan semua orang mulai merubah cara pandang mereka terhadapku. Aku senang mengetahui semuanya sudah berubah,” imbuh Ye Shao dengan senyum ringan di wajahnya.
Ye Shao tampak sangat menyesali perbuatannya di masa lalu. Dia seperti pria yang baru saja menaruh beban dari punggungnya ke tempat lain.
Meng Bingbing mendengar Ye Shao, nada bicara yang tiba-tiba terdengar sayu itu membuat hatinya tergerak. Ye Shao kemudian melihat ke arah gadis yang mulai bersimpati itu.
“Penasaran? Tertarik untuk tau tentangku lebih jauh?”
Kemudian senyum yang menyebalkan itu kembali muncul.