Sesampainya di rumah Khanza. Kris memasuki kamar tamu yang bersebelahan dengan dapur. Walau Om Fandy sudah mengurus semuanya, tak serta merta membuat Kris tenang. Ia merasa bersalah dengan bundanya. Kalau bundanya tau kelakuannya, sudah pasti sang bunda akan menangis. Apalagi kalau ayahnya, bisa struk muda.
"Kamu mandi dulu Kris, ini handuknya." ucap Khanza membuka pintu. Wajah gadis itu juga tertekuk masam. Padahal baru beberapa menit lalu raut muka Khanza begitu khawatir.
"Ngapain manyun?" tanya Kris heran.
"Kamu sih bikin aku khawatir. Kan aku sudah bilang, jangan balapan. Kamu malah ngeyel. Untung papa ku mau mengurus semua. Aku gak bisa bayangin kalau ayahmu yang tau. Kamu bisa babak belur, Kris." oceh Khanza menyalurkan uneg-unegnya dari tadi.
"Kalau lagi ngomel, cantik banget." ucap Kris dengan tampang tak berdosanya.
"Aku serius, Kris." kesal Khanza.
"Kamu mau diseriusin? Tunggu lulus sekolah. Ntar kita nikah, habis nikah kita kawin, habis kawin kita-"
"m***m mulu pikiran kamu!"ketus Khanza menjambak rambut Kris.
"Eh eh jangan dijambak. Adauuuh sakit! " teriak Kris melepas tangan Khanza.
"Baru dijambak aja udah kesakitan. Gitu sok sokan mesum."
"Enggak lagi. Jambak aja sepuasnya, cakar juga gakpapa. Aku siap saat aku meng anu-anu dirimu pasti kamu jerit jerit bilang 'Ah Kris lebih capat' sambil jambak rambut ku karena keenakan." ucap Kris yang tidak sadar Khanza sudah ingin mengeluarkan taringnya. Hidung gadis itu kembang kembis mendengar serentetan kalimat Kris yang sangat unfaedah.
"Kamu bilang gini gak cuma sama aku kan?" tanya Khanza menyelidik.
"Ya enggaklah, cewek aku bany-" buru-buru Kris menutup mulutnya. Khanza sudah mencekik lehernya dengan erat. Muka gadis itu tampak sangat garang.
"Becanda, Za. Lepasin!"
"Kamu jahat banget sih, Kris. Pacar kamu banyak kan?"
"Enggak, Za. Beneran cuma kamu yang paling cantik, paling baik, paling-"
"Dasar garangan." ketus Khanza berlalu pergi.
Pukul dua belas siang, Kris balik ke rumahnya. Dia sudah dag dig dug sejak di perjalanan. Takut ia disambut dengan kemurkaan ayahnya. Tapi, ketakutannya tidak terjadi. Ayah dan bundanya malah senyum-senyum tidak jelas.
"Kok bunda cengengesan sih?" tanya Kris heran.
"Kamu kenapa gak bilang bunda sih. Kalau kamu hadir di pengajian sama Om Fandy?" tanya Mika seraya tersenyum. Sedangkan Kris menampilkan muka cengo'nya.
"Tadi malam om Fandy telfon, kalau kamu nginep di rumahnya karena baru ikut pengajian di dekat rumah Om Fandy. Trus tadi pagi Om Fandy juga bilang kalau kamu absen sekolah karena kesiangan, baju kamu kan juga dirumah." jelas Mika. Kris tertawa setan dalam hati. Rupanya calon bapak mertuanya sangat pandai mengelabuhi.
" Iya bun, maaf ya gak telfon langsung. Soalnya lupa saking asiknya." ucap Kris. Dalam hati ia berdoa semoga ia diampuni karena telah berbohong pada orang tuanya.
______________
Khanza memakan bakso yang baru dia pesan dengan lahap. Khanza tipe wanita cantik tapi bar-bar. Itu sebabnya dia tak punya teman. Hanya Kris, Gail, dan Niko lah yang selalu menemaninya. Banyak yang iri dengan Khanza, tapi sedikitpun Khanza tak peka. Karena bagi Khanza, dia adalah mahkluk kurang beruntung. Karena ia adalah satu-satunya orang yang tak punya teman perempuan. Ia iri melihat teman-temannya bisa berkumpul bersama, ghibah bersama. Dan ngomongin pacar mereka masing-masing.
"Woy diem-diem baek lo!" teriak Kris sambil menggebrak meja Khanza. Membuat sebagian kuah baksonya tumpah. Khanza diam saja memandang Kris. Khanza memantapkan dirinya untuk tidak bicara sepatah katapun pada Kris. Khanza menaikkan dagunya angkuh. Ogah menanggapi Kris yang makin hari makin s***p. Ia marah pada Kris yang kemarin mesumin dia. Juga marah karena ternyata pacar Kris gak cuma dia. Memang Kris ini playboy sekaligus fucekboy kelas ikan gurita. Pacarnya dimana mana ada. Khanza mengunyah bakso nya dengan keras. Membayangkan kalau yang sedang dia kunyah adalah Kris, pacarnya. Ia ingin bertanya pada Kris. Kalau ia pacar yang keberapa. Tapi ia gengsi. Juga takut kalau kalau pacar Kris sangat banyak. Bisa jadi ia pacar ke sepuluh atau bahkan sampai limabelas.
"Kris, kayaknya ada yang ngambek nih." bisik Gail tapi dengan suara keras.
"Hooh, minta di cipok!" celetuk Niko yang memang dari bayi udah ngeres.
"Hemmm," dehem Kris sambil mengetuk ngetuk tangannya di pipi.
"Kasih saran buat gue geng," ucap Kris pada kedua temannya.
"Langsung sosor aja Kris!" bisik Niko seperti menyalakan kompor.
"Heh ngapain sosar sosor, lo kira gue bebek," ujar Kris mendelikkan matanya.
"Gue jadi bingung deh, lo beneran polos atau oon?" tanya Gail sambil mencomot bakso di mangkuk Khanza dengan tangannya langsung.
"Gaiiiiiiil joroook!!" pekik Khanza histeris. Bagaimana tidak, tangan kotor Gail di celupkan di baksonya. Khanza ingin muntah melihat mangkuk baksonya. Sedangkan Gail malah cengengesan sambil memakan bakso dengan santai. Kalau Niko paling ngeres, Gail lah orang paling jorok. Bahkan ia pernah mengajak Kris dan Niko adu kentut. Siapa yang lebih keras, dia yang menang.
"Eh kunyuk, lo apa-apan sih main kobok bakso orang. Lihat deh, Khanza jadi gak napsu makan. Kalau dia sakit gimana? lo mau tanggungjawab?" cerocos Kris menatap Gail tajam. Sedangkan Gail malah cengengesan memamerkan gigi putihnya.
"Lo kira lucu hah? mau adu gelut sama gue? sini gue ladenin!" tantang Kris menyisingkan lengan seragamnya. Memamerkan ototnya yang tak seberapa itu.
"Eh, lo beneran mau ngajakin gue gelut, Kris?" tanya Gail penasaran.
"Iyalah, apapaun yang menyangkut Khanza, itu urusan gue. Termasuk kalau lo macam-macam sama Khanza, lo berhadapan dengan gue."
"Udah udah ngapain ribut sih!" lerai Khanza yang jengah melihat sikap Kris yang sok jagoan.
"Dia nih, gue kan cuma gak sengaja. Malah diajak ribut beneran." adu Gail.
"Gue jadi wasit!" celetuk Niko memasang muka polosnya.
"Apapun yang menyangkut kamu, itu urusan aku, karena aku, sayang sama kamu." tegas Kris sambil menepuk kepala Khanza pelan. Pipi Khanza merona. Ia ingin marah tapi kenapa mudah luluh kembali? Khanza sangat menyalahkan hatinya yang gampang baperan.
"Bucin nya kumat," ketus Gail dan Niko barengan.
"Jomblo diam bos!"
__________
"Papa, hiksss!! Khanza baper sama Kris huuu!!" isak Khanza merangkul leher papanya. Sedangkan Mama Khanza memberengut sebal. Mamanya selalu cemburu bila Fandy lebih dekat dengan Khanza.
Fandy memencet hidungnya pelan. Tidak tau harus mengatakan apa. Inilah yang dinamakan s*****a makan tuan. Ia mendidik Kris dengan tidak baik, dan putri semata wayangnya malah jadi korban ke-playboy an nya Kris. (Ada di cerita Jodoh, Fandy mendidik Kris jadi playboy)
"Khanza kan pacarnya, Kris. Wajarlah kalau Khanza baper." jawab Fandy.
"Tapi, tadi Kris hampir keceplosan pah. Dia mau bilang kalau pacarnya banyak, Hiksss!" isak Khanza lagi. Setomboy apapun Khanza, kalau di rumah dia tetaplah putri yang manja.
"Sudah, tenang ya! Nanti papa yang akan mengurus Kris." ucap Fandy menenangkan. Apapun akan Fandy usahakan untuk kebahagiaan putrinya.
Kris duduk berjongkok di bawah stopkontack. Beberapa kali dia mengirim pesan untuk Khanza tapi tidak di buka. Kris gabut tanpa Khanza. Perempuan yang chat dengan Kris sangat banyak. Tapi itu cuma main-main. Seriusnya cuma sama Khanza. Tidak ada yang lain. Kris sudah minta maaf dari tadi saat di sekolah. Tapi Khanza tetap ngambek. Bahkan gadis itu tak mau pulang dengannya. Khanza lebih memilih menelfon papanya untuk menjemput.
Kris berjalan mondar mandir di kamarnya. Ini tidak bisa dibiarkan. Gabut sekali tanpa chat dari Khanza. Semenjak pertama kali punya HP mereka tak pernah absen untuk sekedar berkirim pesan walau isinya hanya perdebatan konyol.
Kristanti :
Khanzaenallllllll maaf dong
Aku sayang kamu Zaenal
Za
Za tadi cuma becanda. Percaya deh sama pacar.
Khanza cemberut membaca serangkaian pesan dari Kris. Ia masih kesal karena Kris tidak menjelaskan dengan gamblang dan malah membuatnya baper. Katakanlah ia pacar yang cemburuan. Tapi cewek mana yang gak kesel kalau pacarnya bilang, bukan dia saja yang menjadi kekasihnya. Ini masalah harga diri. Tidak bisa dibiarkan.
Kristanti is Calling...
Khanza menghentak hentakkan kakinya. Hari ini emosinya sungguh terbolak balik. Ia memutuskan untuk menjawab panggilan Kris.
"Assalamualaikum!" sapa Khanza sedikit jutek.
"Waalaikumsalam, Za. Za beneran aku gak selingkuh. Pacarku cuma satu. Kamu doang. Jangan marah ya, kamu minta apa biar aku belikan?" kata Kris sedikit memelas.
"Udah aku maafkan. Gak pengen apa-apa. Lagi bete aja," jawab Khanza.
"Kamu lagi datang bulan ya? Kok gak mood?"
"Iya. Perut ku juga sakit."
"Aku kesana sekarang. Aku beliin pembalut ya. Kayak yang di status-status sss. Cowok gentle beli pembalut. Ntar aku uploud di story. Pasti banyak yang muji." kelakar Kris di seberang telfon. Memang beranda sss nya di penuhi status cowok-cowok yang lagi beliin pembalut pacarnya, dan pakai motor KLX dengan banyak gaya.
"Gausah aneh-aneh deh. Aku gak mau jatuhin harga diri kamu. Kamu cowo Kris. Beliin aku rumput laut aja. Aku tunggu." ucap Khanza. Khanza cinta sama Kris. Ia tidak akan membuat Kris malu membawa barang yang seharusnya dibeli wanita.
"Yah, gak jadi bikin story." ucap Kris memandang hp nya. Tak apalah yang penting Khanza tidak marah lagi. Memang indah masa remaja kalau ada kisah cintanya.
Kris memacu motornya ke rumah Khanza. Tak lupa ia mampir ke minimarket untuk membelikan pacarnya rumput laut dan snack.
Sesampinya di rumah Khanza. Mereka duduk di ruang tamu sambil memakan ciki-ciki. Namanya juga kemaruk baru pacaran. Yang mereka omongin tentu tentang masa depan. Mereka membayangkan akan sama sama terus sampai mereka menikah dan punya anak.
"Pengen punya anak berapa, Za?" tanya Kris memainkan jari Khanza.
"Kenapa sih mikir kesitu. Kita aja masih sekolah."
"Kan gakpapa. Merancang masa depan dulu, nanti kenyataannya menyusul." jawab Kris terkekeh.
"Jangan tinggi tinggi ngayalnya. Takut gak kesampaian."
"Kamu raguin kesetiaan aku?" tanya Kris memicing. Khanza gelagapan. Siapa yang meragukan kesetiaan Kris? Ia hanya tak ingin menghayal tinggi. Takut ia terjatuh dengan harapan itu sendiri.