"Mas, apa aku boleh bertanya sesuatu?" Hanan terdiam sejenak memperhatikan istrinya. Nampak raut cemas terpancar dari wajahnya. Membuat Hanan khawatir. "Sayang, apa yang ingin kamu tanyakan? Kenapa kamu memasang wajah cemas seperti itu? Apa kamu sedang marah?" tanya Hanan. Naya menghela nafas pelan. "Kenapa Mas berpikir aku marah?" "Karena, aku membatalkan makan malam bersama kita?" tebak Hanan. "Sejujurnya, iya, Mas," jawab Naya. "Jadi, kamu ini sedang marah?" tanya Hanan. "Tapi tidak seperti sedang marah saja?" lanjutnya. "Karena aku sedang menahannya," jawab Naya. Hanan gantian menghela nafas. "Nay, Aku, minta maaf. Aku benar-benar tidak tahu kalau aku akan lembur," ujar Hanan. "Aku tahu, Mas. Sebenarnya, Mas Hanan tidak membatalkan janji kita. Hanya menundanya saja," k