Hening. Begitulah suasana sekitar dalam kegelapan. Meskipun sama sekali tak ada suara, sebenarnya jantung Hanan dan Naya sama-sama berdentum amat keras, dengan alasan yang berbeda. Naya menutup matanya karena masih gemetar akan ketakutannya dengan gelap. Namun, karena tangan Hanan juga melingkar di punggungnya, perlahan rasa takutnya hilang. Ia merasa nyaman dan aman di sana. Tiba-tiba, lampu ruangan menyala. Naya yang tadinya menutup rapat matanya, bisa merasakan cahaya yang menembus pupil matanya. Naya pun tersadar jika ia masih berada di pelukan Hanan. Perlahan, Naya membuka matanya. Kemudian, ia meregangkan pelukannya dari Hanan. Hanan yang juga merasa tangan Naya meregang, pun melakukan hal yang sama. Dalam cahaya yang sudah terang, mereka berdua kembali saling tatap, dengan jar