Part 7

1198 Kata
Malam menunjukkan pukul 23.00, seperti biasa Alicya tak bisa tertidur karena mengingat orang tuanya yang kini jauh dari jangkauannya, meski orang tuanya akan baik-baik saja. Namun, pikirannya tentang Nick tak pernah jaih dari kepalanya, Nick terlalu berbahaya dan sifat aslinya muncul seketika pernikahan mereka di batalkan. Alicya berjalan memasuki kamar, setelah berbincang dengan Razel, sang Adik Ipar. Ia terpaksa harus sekamar dengan Sean, karena setahu Paula dan James, mereka menikah atas dasar cinta yang kuat. "Kamu belum tidur?" tanya Alicya, memicingkan mata melihat Sean, yang kini tengah duduk di atss sofa. "Belum, kamu, kan, bisa melihatnya sendiri." jawab Sean, tanpa berbalik menoleh ke arah sang istri. "Rencanamu apa setelah ini? Apa kita harus tetap tinggal di sini?" tanya Alicya. Sean berbalik, menoleh ke arah Alicya, "Aku akan berkantor selama seminggu di kantor pusat, setelah itu, kita kembali ke California." jawab Sean. "Aku sebenarnya takut." "Takut? Karena, apa?" "Aku takut. Nick bisa saja menyakiti keluargaku." jawab Alicya, berusaha mengatur perasaannya. "Gak mungkin, ayahmu tak sebodoh itu, Alicya!" Alicya mendengkus, sebenarnya benar kata Sean, ayahnya memang tak sebodoh itu, sampai harus jatuh ke lubang yang sama, meski Nick pernah menjadi tameng keluarganya, tapi Johan akan melakukan apapun meski itu memberikan nyawanya demi keluarganya. "Kamu pindah saja ke sini, aku akan tidur di sofa." kata Alicya. "Gak usah! Tidur saja di ranjang, meskipun pernikahan kita ini permainan. Namun, aku masih memiliki hati nurani." Sean berdalih. "Apa benar kata Razel?" "Apa katanya?" "Kamu mencari istri, karena ingin hak keluargamu aman di tanganmu." "Tentu! Sama halnya seperti dirimu, aku juga melindungi keluargaku, tapi bedanya, aku melakukannya sebelum ada yang mengambilnya." jawab Sean, membaringkan kepalanya di atas sofabed. Alicya memasuki kamar ganti dan mengganti pakaiannya dengan piyama. Sesaat kemudian, Alicya keluar dan melihat Sean kini tengah terlelap di atas sofa. Alicya tersenyum, meski Sea  menjengkelkan dan egois. Namun, setidaknya, Alicya merasa sangat aman berada di samping pria tampan itu. "Dasar, baru saja menutup mata, tapi dengkurannya sangat keras." kekeh Alicya, lalu naik ke atas ranjang. ______ Esok paginya, ketika Sean terbangun, ia sudah tak melihat Alicya kini berada di kamar, aroma parfum Alicya mengena tepat di hidungnya, itu menandakan bahwa Alicya sudah mandi dan keluar dari kamar ini, sampai meninggalkan jejak aromanya. Sean bergegas ke kamar mandi. "Cepat sekali kamu bangunnya, Alic." kata Razel. "Aku memang sudah biasa bangun pagi, Zel." "Wah ... bagus donk. Kamu sarapan saja dulu, Mommy juga Daddy sudah menunggu di ruang makan." ajak Razel, berjalan di depan Alicya. "Bagaimana dengan Sean?" "Sejak kapan kamu perduli pada Sean? Dia itu bangunnya jam 10an ke atas." kekeh Razel. "Baiklah." Alicya berjalan menyusul langkah kaki Razel dan melihat kedua mertuanya kini tengah menunggu santapan pagi yang sudah di siapkan koki terkenal, sungguh, seperti berada di istana kerajaan. Semua serba tersaji. "Pagi, Mom, Dad." sapa Razel, begitupun dengan Alicya. "Pagi, Sayang!" jawab Paula dan suami secara bersamaan. "Ayo duduk, kita sarapan." ajak James, pria parubaya yang selalu bersikap dingin, meski begitu, James tetap baik pada semua orang. "Hari ini Sean harus masuk bekerja di kantor pusat, kenapa dia belum bangun?" tanya James. "Aku sudah bangun, Dad." jawab suara Sean, membuat keluarga menoleh melihatnya, Sean duduk di samping Alicya. "Pagi, istriku." sapa Sean, mengecup puncak kepala Alicya, Alicya hendak tersedak. Namun, ia bisa menahannya, apa-apaan ini? Kenapa Sean langsung mengecupnya? Atau, pria ini belum sadar sepenuhnya? Razel yang melihatnya terkekeh dan menggelengkan kepala, sedangkan James dan Paula begitu bahagia melihat putranya kini bersikap lebih baik. 'Dasar pria m***m, selalunya mengambil kesempatan.' batin Alicya. "Ayo sarapan, kita berangkat ke kantor sama-sama." kata James. "Tapi, Dad, bukannya Grandma akan datang hari ini?" tanya Sean. "Iya. Namun, Nenek kamu itu akan datang sore hari." jawab James. "Baiklah." jawab Sean. Alicya menginjak kaki Sean di bawa meja makan, membuat Sean meringis kesakitan. Namun, tak sampai memperlihatkannya kepada kedua orang tuanya, sedangkan Razel tahu, apa yang terjadi di bawah sana. "Bawa Alicya bersamamu." kata Paula. "Apa?" Sean terkejut. "Benar kata Mommy-mu, kamu harus membawa Alicya bersamamu, karena kamu harus memperkenalkan diri pada semua kolega Daddy." James menimpali. "Tapi, saya ada urusan dengan Razel, Dad, Mom!" Alicya berdalih, membuat Razel menanyakannya lewat kode. Alicya memberi kode kepada Razel lewat kakinya. "Batalkan itu! Kamu tidak di sini sebentar, jadi kamu harus menemani Sean." kata James membuat Alicya menundukkan kepala. Ternyata, begini menjadi istri seorang pengusaha dan keturunan bangsawan. "Iya, Dad." jawab Alicya. ______ Sampai di kantor, semua orang membungkukkan badannya, sedangkan James memberi perintah kepada semua dewan direksi untuk bertemu di aula pertemuan. Sean memang sudah berhasil mengambil apa yang telah menjadi milik keluarganya sejak awal dan menyingkirkan anak selir itu. Sean masuk ke ruangannya, ruangan yang sebesar lapangan futsal itu, membuat Alicya takjub. Alicya duduk di sofa, sedangkan Sean berdiri di dekat dinding kaca dan menatap gedung pencakar langit, membuat Sean sejak tadi mendengkus, karena baru kali ini, ia akan berhadapan dengan para dewan direksi. "Ada apa, Sean? Kenapa sejak tadi, kamu terlihat seperti gelisah?" tanya Alicya. "Gak ada apa-apa." jawab Sean, memasukkan kedua tangannya di kedua saku celananya. "Seharusnya kamu bahagia, 'kan? Karena, akhirnya kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan." Sindir Alicya, membuat Sean berbalik menatap Alicya. "Hari ini, aku lagi malas berdebat." jawab Sean. "Aku gak lagi mengajakmu berdebat, Sean, aku serius. Apa gunanya aku di sini?" tanya Alicya. "Daddy mau memperkenalkanmu pada koleganya, sudah pasti yang harus kamu lakukan adalah menunggu seperti diriku." jawab Sean. ______ California, 15.00 Natasha dan Nick, kini berada di apartemen tempat mereka tinggal, Nick begitu terkejut ketika mendengar kabar pernikahan Alicya dengan pewaris tunggal Steel Group, bukankah itu berita yang spektakuler? Ketika, Alicya menjadi seorang ratu dalam kerajaan Steel? Nick berusaha mengatur rencananya untuk menjatuhkan keluarga Alicya, karena menarik investasi di perusahaan Zenith bukan satu-satunya rencananya sejak awal. "Ada apa, Sayang?" tanya Natasha, duduk di sebelah Nick dan meraba leher Nick. "Aku gak lagi ingin melakukannya, Sayang." kata Nick, melepas rabaan Natasha. "Ada apa, sih?" "Apa kamu sudah mendengar kabar?" "Kabar?" "Alicya menikah dengan pewaris tunggal Steel Group." jawab Nick. "Terus, apa hubungannya dengan kita?" "Aku ingin menjatuhkan perusahaan Zenith. Namun, Steel Group pasti akan membantunya, bagaimana caraku membalas Johan?" tanya Nick. Natasha terlihat berpikir. "Aku gak mungkin diam saja, Johan sudah menghinaku." geram Nick. "Bayar saja orang-orang Zenith dan ajak mereka kerja sama untuk menghancurkan Zenith, tapi kamu harus memberikan mereka kompensasi yang cukup besar." kata Natasha. "Menghancurkan Zenith dengan memanfaatkan orang-orangnya? Begitu maksudmu?" tanya Nick. "Iya. Itu akan lebih mudah, 'kan? Aku juga menginginkan hal yang sama denganmu, menghancurkan Alicya dengan cara menjatuhkan Zenith." Natasha mengeluarkan seringai mengerikan. Nick merangkul pinggang Natasha dan menariknya agar mendekat, Nick mencumbu leher Natasha dan berhasil membuat Natasha merinding. "Itulah mengapa aku menyukaimu, Sayang, karena kamu memiliki tujuan yang sama dan kamu juga selalu mendukungku." tiup Nick pada leher jenjang Natasha. "Aku menginginkannya." bisik Natasha. "Malam yang panas?" "Hem, please..." rengek Natasha. "Oke, aku juga tiba-tiba menginginkannya." Nick beranjak dari duduknya dan menggendong Natasha, lalu membawanya ke kamar, Nick melemparkan tubuh Natasha di atas ranjang dan menindihnya. "Ahh ... cepatlah, Nick, aku sudah gak tahan." rengek Natasha. "Jangan terburu-buru, Sayang." bisik Nick di telinga Natasha, membuat nafsu birahi keduanya melesat begitu cepat. "Oh ... please, jangan menyiksaku." rengek Natasha, lalu membuka seluruh bajunya. Dasar jalang! Itu yang ada di pikiran Nick saat ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN