Part 5

1759 Kata
Paula begitu bahagia, sampai kebahagiaannya tak terbendung lagi, ia sengaja menyiapkan kamera untuk memotret Alicya dan Sean yang kini tengah berdiri berdampingan di balik tirai, Sean menggelengkan kepala karena sikap sang Mommy yang berlebihan. "Sudah, Mom," kata Sean. "Ada apa, Nak?" tanya Paula, keheranan. "Mommy terlalu mengambil banyak gambar, acara pernikahan kami saja belum di tentukan tanggalnya." rajuk Sean, membuat Alicya cengar-cengir. "Ya sudah ... Mommy memang berlebihan, kalian bisa mengganti pakaian." kata Paula. Sean masuk ke ruang ganti dan membuka setelan jas yang akan ia kenakan di hari pernikahannya. Alicya berhasil membuatnya gugup. Setelah berganti pakaian, Sean menghampiri sang Mommy yang kini tengah menatap kamera, sembari cengar-cengir, membuat Sean menggeleng, begitu ambisinya kah sang Mommy dengan pernikahannya? "Mom, Razel mana?" tanya Sean. "Razel akan tiba sore ini." jawab Paula. "Apa yang di lakukannya? Sampai tak mau berangkat bersama Mommy juga Daddy?" tanya Sean. "Kamu, kan, tahu adikmu itu seperti apa, dia tidak pernah tertarik dengan pernikahan. Meskipun itu pernikahan kakaknya." kekeh Paula. "Haha ... dia memang tak akan pernah menikah." sindir Razel. "Huss ... jangan mengatakan hal itu tentang adikmu, sama saja kamu menyumpahinya, Mommy juga, kan, ingin melihat adikmu itu menikah." "Baiklah ... dia memang keras kepala." sambung Sean. Alicya menghampiri Sean dan Paula yang kini tengah berbincang. "Apa sudah selesai, Nak? Kamu menyukai gaunnya?" tanya Paula. "Iya, Aunt, saya menyukainya." jawab Alicya. "Belajarlah untuk memanggilku Mommy, karena sebentar lagi kamu akan menjadi anakku." kata Paula. Alicya menoleh ke arah Sean yang kini tengah menyeringai, Alicya tak tega pada Paula jika Paula tahu apa yang sebenarnya terjadi dan semua ini hanya kesepakatan antara dua kaum yang saling membutuhkan. "Baiklah ... biar Sean yang mengantarmu pulang, karena Mommy masih ada urusan untuk mempersiapkan pertemuan keluarga dan persiapan pernikahan kalian." kata Paula, berjalan ke pintu keluar butik. Sepeninggalan Paula, Sean berjalan duluan dan Alicya berjalan di belakangnya, Sean masuk ke mobil begitupun dengan Alicya. "Sean!" "Hem? Ada apa?" tanya Sean, sembari memakai sabuk pengamannya. "Apa ini gak keterlaluan?" tanya Alicya, penuh keraguan. "Keterlaluan, bagaimana?" "Aku kasihan sama Mommy kamu, dia sepertinya benar-benar mengharapkan pernikahan sungguhan putranya." jawab Alicya, menatap Sean. "Ini sungguhan, kita akan menikah setahun dan itu bukan pernikahan main-main, kesepakatan itu hanya ada di antara kita berdua, biarkan orang lain menganggap kita menikah karena saling mencintai." "Baiklah." jawab Alicya. ______ Kini Alicya berjalan menuju altar di dampingi oleh sang Daddy, yang kini tengah merangkul putrinya, putri tunggalnya, Alicya tak bahagia sama sekali meski para tamu sepertinya begitu bahagia melihat pasangan yang akan menikah hari ini. Dengan gugup Sean menanti Alicya di depan pendeta, banyak tamu yang bersorak gembira melihat langkah kaki Alicya menuju altar dan akan di sambut oleh pria yang akan menjadi suaminya. Sampai di depan altar, Sean menyodorkan tangannya untuk menyambut calon istrinya. Terlihat natural. "Jaga putriku, Sean, semoga kalian bahagia dunia dan akhirat." kata Johan, menyerahkan putrinya kepada Sean. Sesaat kemudian mereka saling berhadapan di depan pendeta, menunggu prosesi pernikahan yang akan di lakukan pendeta. Alicya dan Sean sesekali saling melirik satu sama lain, ini kah akhirnya? Pertemuan singkat mereka berkahir dengan sebuah pernikahan sandiwara. Jika saja saat ini bukan sandiwara, keduanya pasti akan terlihat tulus bahagia. "Apakah kalian siap?" tanya pendeta. "Siap." jawab Alicya dan Sean secara bersamaan. Joanna menyaksikan prosesi pernikahan sahabatnya, ia sangat tahu, wajah Alicya kini tak menginginkan pernikahan ini, tapi itu harus di lakukannya demi harga dirinya di depan Nick. Pria b******k yang sudah meninggalkannya dan menyulitkannya. 'Aku selalu berharap ini bukan sandiwara, Alic, kamu menikah saat ini, semoga saja itu adalah awal yang baru dan kamu akan mencintai Sean begitupun sebaliknya.' batin Joanna. ______ Prosesi pernikahan akhirnya selesai, Alicya dan Sean pun mengadakan resepsi pernikahan super mewah di hotel mewah milik keluarga Steel dan semuanya selesai sesuai prosesi yang di rencanakan Paula dan Ilona. Rekan bisnis Sean dan James, sang Daddy, turut bahagia atas pernikahan pewaris tunggal Steel group. Mereka hadir meski harus datang dari belahan dunia. "Aku akan tidur di mana?" tanya Alicya. "Apa harus bertanya? Tidur saja di kamar ini." jawab Sean. "Gak mungkin aku sekamar denganmu." "Kalau begitu sewa saja kamar lain dan tinggalkan aku sendiri." kata Sean, tak mau kalah. "Gak mungkin aku melakukannya, di sini ada Mommy dan Daddy, begitupun kedua orang tuamu, mereka akan penasaran pada hubungan kita." kata Alicya. "Terus, mengapa kamu cerewet? Tidur saja di sini." tegas Sean. Alicya mengambil bantal dari atas ranjang dan menaruhnya di sofabed, Alicya tak mau sampai hal yang tak di inginkannya terjadi, ini pernikahan sandiwara meski terlihat seperti sungguhan dan di laksanakan dengan super mewah, sebelum itu terjadi, Alicya menghindarkan dirinya sendiri. Sean tak perduli, yang terpenting dirinya bisa nyaman tidur di atas kasur yang empuk, meski Alicya akan tidur di sofabed dengan badan kecilnya. Alicya menatap langit-langit kamar hotel, akhirnya pertemuan singkatnya dengan Sean berakhir dengan pernikahan. Malam makin mencekam, menunjukkan pukul 00.26, Alicya mencoba memejamkan matanya dan lelap pun menjemputnya. ______ Alicya keluar dari kamar hotel dan melihat Sean kini tengah duduk bersantai di cafe, Alicya terlihat geram, meski hanya pernikahan biasa, tapi setidaknya Sean memiliki hati nurani untuk mengajaknya sarapan. Alicya berjalan menghampiri Sean, lalu memukul meja begitu keras, membuat para tamu hotel melihat ke arahnya. "Hei ... ada apa? Jangan mempermalukanku, aku ini gak stress, seperti kamu." sindir Sean. "Kenapa gak mengajakku sarapan? Enak donk kamu." celetuk Alicya. "Siapa yang tak mengajakmu? Aku mengajakmu, tapi kamu mendengkur begitu keras." Sean menggelengkan kepala. "Kamu, kan, bisa membangunkanku, aku juga lapar dan kamu tahu, aku gak punya uang." kata Alicya, meneguk kopi milik Sean. "Itu kopiku, dasar wanita gila." "Aku memang gila, jadi kamu yang salah telah membayarku menjadi pengantinmu." kata Alicya, menyindir Sean. "Pengantin bayaran maksudmu?" tanya Razel. Alicya dan Sean menoleh melihat Razel, mereka membulatkan mata penuh dengan mulut menganga. "Razel?" Sean begitu terkejut dan berharap Razel tak mendengar perbincangannya dengan Alicya. "Apa? Aku lapar dan kalian enak-enakkan berdua di sini." celetuk Razel. "Zel, kamu—" "Aku akan pura-pura gak mendengarnya, puas?" "Jadi, kamu mendengarnya?" "Of course, aku gak sebodoh itu, aku tahu ada yang gak beres pada kalian berdua, kamu juga gak mungkin secepat itu menikah ketika Daddy menyuruhmu, jadi jangan menyembunyikan apapun dariku." kata Razel. Alicya memberi kode kepada Sean, agar tak sampai pernikahan mereka terbongkar pada keluarga. "Jangan saling memberi kode, aku tahu dan aku gak akan pernah mengatakannya ke Daddy, Mommy juga orang tua Alicya tentang kesepakatan kalian." kata Razel, wanita tomboi yang lebih suka berpetualang. "Aku harap kamu tak mengoceh." kata Sean. "Aku bukan wanita yang sering mengoceh, Sean, jangan khawatir, kamu terlalu takut. Kamu pikir aku gak tahu?" tanya Razel. "Maafkan aku, Zel, aku gak tahu harus bagaimana lagi." kata Alicya. "Tenang saja, Alic, aku harap kamu dan kakakku ini gak sampai menikah selamanya, karena dia pria yang jahat, yang menginginkan harta warisan orang tua." kata Razel, membuat Alixya menatap Sean. "Jangan mengatakan hal itu, Zel, kamu, kan, tahu mengapa aku terlalu keukeuh untuk mendapatkan istri, apa kamu mau jika seluruh harta dan aset Daddy jatuh ke tangan anak selir itu?" tanya Sean. "Tentu saja, aku gak mau, karena itu aku mendukungmu, meski cara dan jalan yang kau pilih ini salah."  jawab Razel. "Apa yang sedang kalian bahas? Sepertinya seru." kata Paula yang datang bersamaan dengan James sang suami, juga Johan dan Ilona orang tua Alicya. "Pagi, Mom, Dad, Aunt, Uncle." sapa Sean. "Pagi, Nak." jawab Ilona dan Johan secara bersamaan. "Apa tidak sarapan dulu?" tanya James pada kedua besannya. "Tidak usah, Tuan Steel, biar saya dan istri saya pulang dulu, karena ada yang harus saya kerjakan juga." kata Johan. "Daddy sama Mom sudah mau pulang?" tanya Alicya. "Iya, Nak. Mommy dan Daddy akan menyiapkan packinganmu untuk ke New York." jawab Ilona. "Apa? New York?" "Maaf, Nak, karena Mommy tidak memberitahumu, kami berencana akan membawa kamu dan Sean ke New York, karena Nenek Sean ingin bertemu kalian." sambung Paula. "Baiklah. Mommy sama Daddy hati-hati, ya, di jalan." kata Alicya. "Iya, Nak, kamu juga bersikap yang baik lah pada keluarga suamimu." sahut Johan. Sepeninggalan Johan dan Ilona. Keluarga Steel lalu sarapan bersama. Alicya tak yakin jika bisa jauh dari keluarganya, apalagi selama ini, ia tak pernah merasakan jauh dari keluarganya sedetikpun. Apakah begini rasanya menikah? Mendapatkan keluarga baru? "Ada apa, Alic?" tanya Razel, melihat kegundahan Alicya. "Hem? Oh ... aku gak apa-apa." jawab Alicya. "Jadi, setelah menikah, apa rencana kalian?" tanya James, pada Sean dan Alicya. "Tentu saja, kami akan berumah tangga, Dad." jawab Sean. "Semua orang yang telah menikah pasti akan menjalani rumah tangga, Sean, maksud Daddy itu, apa kamu akan menetap di California atau bekerja di perusahaan pusat di New York?" tanya James, membuat wajah Sean berubah sumringah, karena itu lah yang ia inginkan dan dambakan. Alicya menoleh dan menatap Sean. Sean ternyata pria yang hanya menginginkan keuntungan dalam setiap perbuatannya, ia menikahi Alicya dengan bertujuan merebut hak kekuasaan sang Daddy. Meski itu, melindunginya dari saudara tirinya. Saudara yang tak sedarah kata James. "Nanti aku pikirkan, Dad, sepertinya aku lebih nyaman di California. Namun, aku juga ingin berada dekat dengan keluarga." jawab Sean, karena menyadari tatapan Alicya. Alicya mengucapkan rasa syukur dalam hatinya, semoga saja Sean gak sampai menjauhkan dirinya dari keluarga dan sahabatnya. "Apa kamu serius, akan membawaku ke New York?" tanya Alicya, ketika melihat Sean baru masuk ke kamar. "Tentu saja, aku serius." jawab Sean. "Kamu egois donk kalau seperti itu, kamu hanya menikmati waktumu dan mengekangku, aku juga di sini memiliki tanggung jawab, bukan hanya kamu." kata Alicya. "Kita, kan, bisa berpisah, kamu di California dan aku di New York. Karena, tujuanku menikahimu karena menginginkan kepercayaan Daddy." kata Sean. "Wah ... meski pernikahan kita ini sandiwara, apa wajar, kamu meninggalkanku? Aku juga membutuhkanmu sebagai tameng di sini, jika kamu ke New York dan aku di California, apa bedanya dengan waktu aku belum menikah? Kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan, sedangkan aku belum mendapatkannya." "Apa yang belum kamu dapatkan? Aku sudah menjadi investor perusahaan ayahmu, aku juga sudah memberikanmu uang, aku juga sudah membayar hutangmu, apa lagi?" "Kalau begitu, kita bercerai saja." "Apa? Bercerai? Kamu sudah gila? Apa kamu sanggup membayar kompensasi? Jika, kamu mundur di tengah jalan?" tanya Sean. "Aku memang gak sanggup membayarnya, tapi apa gunanya dengan semua kesepakatan kita?" "Apa kamu sudah kehilangan akal? Aku gak akan selamanya ada di New York, aku akan tetap di California, karena perusahaan membutuhkanku di sini, aku hanya akan bekerja beberapa hari di pusat untuk mendapatkan kepercayaan Daddy, gak usah mencegahku, kamu ikut atau tidak, itu terserah dari kamu." kata Sean, mempertegas kalimatnya. Alicya tak lagi mengatakan apapun, ia menyerah terhadap Sean yang begitu egois, Alicya pun memiliki tujuan yang berbeda, ia ingin memberikan kehidupan yang layak bagi dirinya dan juga keluarganya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN