Part 10

1506 Kata
Setelah makan malam selesai, Sean, Alicya, Gerald dan Yose kini tengah minum bersama, kali ini bukan minum-minuman biasa. Namun, lebih ke minuman keras, Alicya belum pernah minum Bir sebelumnya, karena paksaan Gerald, akhirnya dengan berat hati Alicya meneguknya, lalu menjadi ketagihan. "Kenapa kamu memaksa Alicya untuk minum?" tanya Yose pada Gerald yang juga menikmati hal yang sama. "Ini, kan, demi merayakan pernikahan Alicya dan Sean." jawab Gerald. "Ayo minum sampai pagi." teriak Sean, yang juga menikmatinya. "Ayo!!" teriak Alicya. Sean dan Alicya melakukan loveshot sesuai permintaan Gerald, tentu saja membuat Yose selalu menghindari tatapan matanya pada kedua pengantin baru tersebut. Malam menunjukkan pukul 10, malam mulai dingin, apalagi sekeliling Villa adalah laut yang membentang luas, membuat ke empat orang itu tak menghentikan minumnya, terus saja melanjutkan kebiasaan buruk mereka seperti yang dulu, terkecuali Alicya yang memang tak pernah merasakannya. Alicya berjalan sempoyongan menuju kamar, kepalanya terasa sangat berat, ia seakan tak bisa menumpuh berat badannya, hanya dengan meraba seluruh dinding, ia bisa menemukan jalan ke kamar, dengan tubuh yang tak bisa lagi berjalan lurus, Alicya menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, menyelimuti seluruh tubuhnya dan lelap menjemputnya. Sesaat kemudian, lelaki berahang keras itu menyusul langkah kaki Alicya dan masuk ke kamar, karena di luar begitu dingin, Sean memutuskan tidur di kamar. Sean menghempaskan tubuhnya di atas ranjang tepat di samping tubuh Alicya, tanpa sadar, Alicya berbalik dan memeluk tubuh suaminya, bayangan menghitam pun di rasakan Sean dan membalas pelukan yang menghangatkannya. Sean meraba kulit mulus Alicya, sungguh mulus sampai tangan Sean pun tak hanya menetap di satu tempat. Rabaan itu menjadi begitu liar, tak mampu membuat Alicya menghindar dan hanya menikmatinya. Lelaki yang memiliki tatapan mata yang tajam itu membuka seluruh bajunya, begitu pun wabita polos yang merasa dirinya anggun, dengan mata tertutup. _______ Burung berkicau menandakan waktu sudah pagi, Villa Jelmz adalah Villa yang memiliki pemandangan indah, Gerald memijat kepalanya, membuatnya membuka pejaman matanya, posisinya saat ini memeluk Yose yang tertidur di sampingnya, sofabed itu menjadi saksi bisu, entah apa yang terjadi semalam sampai membuat Yose kini berada di pelukannya. Cahaya pagi menyengat masuk ke kamar, membuat wanita cantik itu mengedip-ngedipkan matanya karena cahaya itu mengganggunya, karena tak tahan dengan cahayanya, Alicya akhirnya membuka pejaman matanya, dengan samar ia melihat seorang pria tampan, dengan wajah maskulin kini tertidur di sampingnya, kesadaran Alicya belum sepenuhnya kembali, ia menganggap apa yang kini ia lihat adalah mimpi. Pria tampan dan kaya raya itu membentangkan tangannya memeluk Alicya, kesadaran Alicya pun kembali seketika, Alicya melihat bra dan CD miliknya kini berhamburan di bawa ranjang. Alicya berbalik dengan ragu dan mengumpat dalam hati, melihat Sean kini tengah memeluk dirinya dari dalam selimut. "Aaaaaaaaaaaaa ..." teriak Alicya, membuat Sean dengan berat membuka pejaman matanya. Sean melihat Alicya kini tengah duduk di atas ranjang dengan memegangi selimut agar menutupi belahan dadanya. "Ka-kamu—" Sean tak menyangka dengan apa yang di lihatnya, kulit putih Alicya menyambut paginya. "Apa yang kamu lakukan, Sean? APAAA?" teriak Alicya, dengan wajah memerah, emosinya kini meningkat menjadi di atas tingkatan, Alicya memukuli kepalanya begitu keras agar ia bisa mengingat apa yang terjadi semalam, sampai ia melepas seluruh pakaiannya. "Kita— apa kita melakukannya?" tanya Sean melihat tubuhnya di balik selimut. Alicya berlari masuk ke kamar mandi mengambil selimut yang kini menjadi penutup seluruh tubuhnya. Menariknya tanpa menoleh ke belakang karena Sean kini tak mengenakan apapun ketika Alicya menarik selimut. Sean memgambil baju handuk dan mengenakannya, suara ketukan pintu membuatnya bergegas turun dari ranjang, Sean membuka pintu kamar dan melihat kedua sahabatnya itu kini berdiri di depan kamar. "Ada apa, Sean? Kenapa Alicya berteriak?" tanya Yose, hendak masuk ke kamar. Namun, Sean menghadang langkahnya. Yose dan Gerald mengernyitkan dahi, melihat tingkah sahabat mereka yang terlihat panik. "Ada apa, Sean?" tanya Gerald, mengulang pertanyaan Yose. "Gak ada apa-apa, Yose, Gerald, kalian suruh pengurus Villa menyiapkan sarapan, aku dan Alicya akan keluar setelah berganti pakaian." kata Sean, terlihat gugup. "Baiklah, kita tunggu di luar." jawab Yose. Sepeninggalan kedua sahabatnya, Sean menutup pintu dan menguncinya. Ia mondar-mandir memikirkan apa yang akan terjadi pada dirinya, jika Alicya selesai mandi. Wanita yang ia anggap stress itu, pasti akan membunuhnya. Wanita dengan balutan baju handuk keluar dari kamar mandi, Sean berbalik, penuh permohonan maaf, mereka sudah sepakat untuk tak melakukannya. Namun, alkohol membuat mereka tak sadar dan berakhir bertelanjang. "Aku minta maaf, Alic, aku—" "Apa yang terjadi pada kita? Apa benar kita melakukannya?" tanya Alicya, berusaha tenang. "Aku gak tahu, Alic, aku juga sejak tadi sudah berpikir dan mencoba mengingatnya. Namun, aku tak mengingatnya sama sekali." jawab Sean, menggaruk rambut belakangnya. "Aku juga gak mengingatnya, tapi buat apa? Kita sudah melakukannya dan kita—" "Maaf aku gak tahu, kenapa bisa sampai seperti ini." kata Sean, menghampiri Alicya yang kini tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk. "Maaf, Alic, aku gak tahu harus mengatakan apa, tapi aku benar-benar gak mengingatnya dan semalam kita sudah pasti dalam keadaan mabuk." kata Sean, menggenggam kedua tangan Alicya. "Sudahlah! Kamu mandi saja dulu." kata Alicya beranjak dari duduknya dan memasuki ruang ganti. 'Ada apa denganku? Aku yakin, Alicya juga pasti menikmatinya, tapi kenapa denganku? Aku seperti kehilangan kepercayaan.' batin Sean. _____ Setelah berganti pakaian, Sean keluar dari kamar ganti dan melihat Alicya kini tengah duduk di sofabed, menatap pemandangan pagi di luar sana, Sean menghela nafas, melihat wanita yang sudah menjadi istri bayarannya itu terlihat murung. "Ada apa, Alic? Sejak tadi, Gerald dan Yose sudah menunggu kita untuk sarapan." kata Sean, membuat wanita cantik itu menundukkan kepala. "Aku malu, Sean." jawab Alicya. "Malu? Malu karena apa?" "Kita melakukannya dan aku gak berani melihat mereka." "Kamu malu dengan mereka. Namun, gak malu denganku?" "Aku sudah biasa melihat wajah jelekmu itu, buat apa aku malu?" celetuk Alicya. "Setahu mereka, kita sudah suami istri, ayolah! Jangan memikirkan hal yang macam-macam." kata Sean, menarik Alicya dan membawajya keluar kamar. "Duh ... kenapa kalian lama sekali?" tanya Yose. "Sepertinya mereka mandi bersama, terlihat lingkaran hitam di mata kalian berdua itu, berarti kalian benar-benar menikmatinya." goda Gerald, membuat Sean menendang kakinya. Sejak tadi, Sean dan Alicya terlihat berpikir, mereka berusaha keras memutari otak, agar dapat mengingat apa yang terjadi pada mereka berdua sebelum pagi menyambut mereka dengan pakaian yang sudah berhamburan di bawah ranjang, roti yang sudah di berikan selai coklat tidak membuat mereka langsung melahapnya, mereka sejak tadi memandangi roti tersebut dengan sesekali mendesah. "Hei, ada apa, Bro?" tanya Gerald, menyadarkan lamunan Sean, sedangkan Alicya, berusaha keras menghindari tatapan semua orang padanya. "Ada apa, Alicya? Kamu terlihat gelisah." kata Yose. "Gelisah? Gak kok, aku hanya—"  Alicya menggigit roti yang sudah di berikan selai dan mencoba menikmatinya. "Kamu seperti kehilangan keperawananmu saja." kekeh Yose, membuat Alicya tersedak roti, Alicya memukuli dadanya keras, membuat Sean mengambil air putih dan di berikan kepada istrinya. Istri yang sudah dua minggu ini di nikahinya demi mendapatkan apa yang dia mau. "Pelan-pelan, Alic!" kata Sean, menepuk punggung Alicya. Wanita yang kini tengah beradu dengan jantungnya, membuatnya mendongak, menatap rahang keras Sean, pria yang semalam merenggut tubuhnya. Gerald dan Yose, hanya bisa menatap kedua pasangan itu, kedua pasangan yang terlihat masih malu-malu di depan mereka. "Aku gak apa-apa." kata Alicya, lalu berdehem, membuat dirinya sadar bahwa semua ini salah. "Syukurlah ..." kata Sean, kembali duduk di samping Alicya. "Ada apa, sih, dengan kalian berdua? Pagi ini, kalian aneh sekali." kata Yose, membuat Sean dan Alicya, kini saling memandang. "Kami gak apa-apa, pertanyaanmu itu seperti ingin tahu saja." jawab Sean, berdalih. "Aku memang penasaran, lagian kalian berdua itu sepertinya memikirkan sesuatu." sambung Yose. "Memangnya apa yang terjadi di antara mereka? Kamu seperti gak tahu saja, mereka, kan, sudah menikah, terserah mereka mau ngapain, 'kan?" Gerald menimpali. "Iya, sih, oke ... aku minta maaf, aku hanya merasa aneh saja pada kalian berdua, kita gak usah membahasnya." kata Yose. "Bagaimana setelah sarapan, kita berjemur di laut?" tanya Gerald. "Boleh, aku setuju. Kalian bagaimana?" tanya Yose, pada kedua pasangan yang masih enggan membuka bibirnya. "Kami ikut saja." jawab Sean. "Baiklah, aku juga sudah lama gak berjemur, apalagi matahari pagi kayak gini, membuat kulit menjadi sedikut licin." kekeh Yose, ada perubahan di dalam sikap Yose, kemarin ia sangat menentang pernikahan dadakan sahabatnya dan pagi ini semuanya berubah. Ia jadi lebih menerima kenyataan. ______ Suara deru ombak terdengar begitu kasar, sesekali Alicya berjalan mendekati ombak. Namun, setiap kali melihat ombak semakin dekat, Alicya berlarian menuju tepi, membuat Sean menatap Alicya, menurutnya wanita cantik asal California itu menggemaskan, kejadian semalam berhasil membuat Sean mulai merasa jantungnya akan copot, setiap kali tatapan matanya mengarah pada Alicya. "Apa kamu begitu mencintainya?" tanya Gerald, ketika menyadari tatapan sahabatnya itu pada Alicya yang kini sedang bermain ombak. "Apaan, sih, Gerald?" "Jawab saja, Sean." kekeh Gerald. "Aku gak mungkin menikahinya, jika gak mencintainya, 'bukan?" tanya Sean, menoleh ke arah Gerald. "Of course, sudah pasti kamu mencintainya, aku hanya baru menyadari tatapanmu itu sejak pagi tadi, apa kejadian semalam makin membuatmu jatuh cinta?" tanya Gerald, membuat Sean tersenyum simpul, senyuman yang paling tampan sejagad raya. Alicya terlihat tertawa terbahak-bahak, tawa dan gerakan tubuhnya membuat Sean sejak tadi enggan mengedipkan matanya. Terlalu indah, jika ia melewatkannya, senyum dan tawa itu melebihi indahnya di bandingkan laut yang membentang luas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN