Gama berat untuk berangkat. Tapi tidak ada lagi yang bisa dia perbuat. Ketukan di pintu kamar, disertai dengan munculnya seseorang mendongakkan kepalanya.
"Gam! Mama boleh masuk?"
"Masuk saja, Ma!"
Gwen membuka lebih lebar pintu kamar putranya. Memperhatikan kesibukan Gama yang sedang memasukkan baju ke dalam koper.
"Mau mama bantu?" tawar Gwen.
"Boleh jika tidak keberatan."
Kini keduanya sibuk dengan barang bawaan Gama.
"Mama bangga sama kamu. Sekarang kamu sudah bisa diandalkan. Pulang dari Jepang nanti, ada baiknya kamu ikut saja dengan rencana papa yang akan menempatkan kamu dengan jabatan Direktur Keuangan. Semua orang juga berhak tau akan siapa kamu sebenarnya, sayang."
"Tapi aku tidak nyaman dengan semua status itu, Ma."
"Apa yang membuatmu merasa tidak nyaman dengan status
