Satu bulan kemudian... Luna “ Pak Reza! Bapak…! Sarapannya udah siap.” Teriakku sambil menata nasi beserta lauk pauk di meja makan. Karena yang dipanggil tak kunjung datang, akhirnya aku menghampirinya di kamar. “ Bap…” Aku menubruk seseorang yang tiba-tiba sudah berdiri menjulang di depanku. “ Berapa kali aku harus ngingetin kamu supaya nggak manggil aku bapak lagi, Una? Kita nggak lagi dikampus, oke?” “ Aduh… suka lupa aku tuh. Iya Mas Eza. Itu sarapannya udah siap. Puas?” Pak Reza eeeh, maksudku Mas Eza hanya mengedikkan bahu. Jadi, sejak dua minggu yang lalu aku mulai membiasakan diri memanggil Pak Reza dengan sebutan Mas Eza. Kenapa? Itu semua karena ibuku. Ibu bilang, aku tidak boleh memanggil suami dengan sebutan bapak lagi. Dan Mas Eza sangat setuju