Jangan terlalu baik padaku, bagaimana kalau tembok miliku masih kurang kokoh untuk menghalangi perasaan itu?~Sharena.
Aku masih belum bisa menerka apa sebenarnya yang terjadi antara Sean dan gadis bernama Angeline itu. Ingin bertanya, tapi sepertinya Sean tidak suka membicarakannya. Akhirnya aku diam saja sambil menatapnya dalam ketika dia menghabiskan setiap suapan nasi goreng yang aku bawakan pagi ini.
"Jangan pandangi aku seperti itu sharena! Aku tahu aku tampan. " Mulai lagi. Si narsis ini memang tidak bisa hidup tanpa memuji dirinya sendiri.
"Sean, masih ingat syaratku bahwa tidak ada rahasia diantara kita? " Dia mengangguk acuh sambil mengunyah suapan terakhir nasi gorengnya.
"Siapa Angeline? " Dia berhenti mengunyah sambil memandangku sebentar.
"Mantan teman" jawabnya acuh.
"Hanya itu? " Dia menaikan sebelah alisnya.
"Hmm..! "
"Bukan mantan kekasih? " Aku mengucapkannya dengan perlahan.
"Kamu cemburu? " Dia memandangku geli.
"Hah! Mana mungkin aku cemburu." Sean menyipitkan matanya sambil menatapku penuh selidik.
"Sebaiknya memang jangan menyukaiku, kau akan hancur jika melakukannya." Aku terdiam, menatapnya Yang dengan acuh meminum air, seolah tidak Ada beban sedikitpun setelah mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Kalau begitu jangan terlalu baik padaku Sean! aku tidak bisa menjamin bahwa perasaanku akan mengikuti apa Yang aku mau." Dia terdiam menatapku, masih dengan botol air mineral di tangannya.
"Sekarang giliranku bertanya, Ada hubungan apa kau dengan Randy Wijaya? " Dia menatapku serius.
"Kami berteman." Ucapku acuh, lebih tepatnya mengikuti dia yang bersikap serupa padaku.
"Teman yang seperti apa? " Aku mendesah lelah. Dia sangat menyebalkan dengan sifatnya yang selalu hanya mau dimengerti, tapi tidak perduli dengan orang lain.
"Hanya teman " Dia mendengus sebal. Rasakan, salah siapa menjawab pertanyaanku dengan singkat.
Kau tidak akan mendapat informasi apapun dariku tuan Sean, jika tidak memberitahu apapun tentang Angeline.
"Jawab pertanyaanku dengan jelas sharena!! " rahangnya terlihat mengeras. Ada apa dengannya? Kenapa harus marah?
"Tidak mau." Dia melotot, aku juga melakukan hal yang sama. Aku memutuskan untuk melawannya, tidak mau terus menerus menjadi bagian dari permainannya. Tidak ada jaminan bahwa dia akan bertanggung jawab dengan rasa yang bisa saja muncul di hatiku. Jadi aku harus membentengi diriku dengan keras.
"Baiklah, Terserah! Aku tidak akan peduli. " Dia beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi tanpa membereskan bekas makannya.
Dasar makhluk astral tidak tahu terimakasih.
"Sharena! " Aku menghentikan aktivitasku mendongak dan sedikit kaget melihat seseorang berdiri menatapku di ambang pintu.
***
Tidak akan ada yang berhak menyalahkan perasaan, hanya saja tidak semua orang mau bertanggung jawab pada sesuatu yang bukan kepentingannya. Jangan jatuh Cinta padaku! ~Sean.
Aku melangkah cepat meninggalkan sharena dengan perdebatan kami yang belum selesai. Aku tidak peduli dengan kedekatannya dengan Randy wijaya. Aku hanya benci harus berurusan dengan laki-laki bertampang sok malaikat itu.
"Sean! " Aku menghentikan langkah dan menoleh kearah Jean dengan tidak ramah.
"Berhentilah menggangguku jean! Aku sedang tidak ingin melihatmu. " Dia tampak tidak bergeming dari hadapanku.
"Angeline sedang menemui sharena. "
"s**t!! " Aku berbalik dan berlari cepat kembali ke kelas Sharena. Suasana kelas tampak ramai, celine terlonjak kaget melihatku melongok kedalam kelas dengan tergesa. Riuh di dalam kelas itu seketika menjadi diam ketika aku datang dengan terengah.
"Dimana sharena? " Tidak ada yang menjawab. "DIMANA SHARENA!! " Aku berteriak kencang membuat semua orang menunduk takut dan sedikit gemetar.
"Ta-tadi dia keluar ke-kelas menuju ke belakang." Seseorang menjawab dengan gemetar. Aku langsung berlari menuju ke belakang diikuti langkah tergesa seseorang.
"Sepertinya dia membawanya keluar sekolah Sean! " Rupanya Jean dari tadi mengikutiku.
"Kenapa kau biarkan dia menemui sharena Jean, kau tahu gadis itu hanya mainanku tidak ada hubungannya dengan masalahku dengan Angeline. " Aku berlari menuju kebun belakang sekolah, tempatku membuat pintu bayangan.
"Aku mana bisa mencegah Angeline, kau tahu sendiri dia seperti apa. " Aku mengusap wajahku frustasi, memikirkan kemungkinan tempat yang dituju Angeline.
"Aku takut sharena terluka seperti-"
"Stop jean!! Aku tidak akan membiarkannya. " Aku mulai mengaktifkan pola bayangan dan menarik jean ikut masuk kedalamnya.
"Cari dia di sekitar taman bermain, aku akan masuk kedalam rumah hantu itu. " Jean mengangguk dan mulai berlari menyusuri taman bermain tua yang sudah lama tidak pernah digunakan lagi semenjak ada kejadian pembunuhan 2 tahun lalu.
Angeline tidak boleh mengganggu Sharena! Atau sesuatu yang buruk bisa terjadi seperti dulu.
Aku menyusuri setiap sudut ruang gelap ini, tapi tidak ada pertanda mereka ada disini. Kemudian sesuatu di saku celanaku bergetar dan menampilkan nama jean disana.
"Bagaimana? " Terdengar sangat berisik di tempat jean sekarang.
"Aku menemukan Sharena disini, tapi tidak ada Angeline. Dan dia.... " Jean tidak melanjutkan kalimatnya.
"Sial, dia kenapa Jean? " ucapku berteriak tidak sabar, tapi sambungan telpon segera terputus. Aku berlari keluar dari ruang gelap itu dengan sangat cepat. Tidak peduli lagi dengan kerusakan yang aku buat karena segala hal yang menghalangi aku tabrak sampai berantakan. Tidak boleh terjadi lagi, jangan Sharena aku tidak bisa menerimanya lagi jika itu terjadi.
Aku melesat cepat menyusuri taman bermain hingga sampai di depan biang lala yang tampak karatan. Ku lihat disana Jean sedang duduk sendirian, dengan tatapan kosong menuju ke atas. Tapi disana tidak ada apapun.
"Jean! " Ku gerakan bahunya tapi dia tidak bergeming.
Ini sihir!
Ku rogoh benda pipih yang sejak tadi bergetar di sakuku dan tertera nama Alvaro disana.
"Tolong gue, buruan ke taman bermain di belakang komplek Niko! " Ucapku mendahului, dia bahkan belum berucap sedikitpun.
"Ada apa Sean? " Suaranya tampak kawatir.
"Angeline, dia-" Terdengar u*****n keras diseberang sana.
" Harus berapa kali gue peringatin lo, JANGAN BERURUSAN LAGI SAMA DIA SEAN!! niko tahu? " Aku mendesah perlahan.
"Gak, jangan sampai tahu. "
"Bocah bodoh dia kenapa? " Dalam sekejap laki-laki jangkung itu sudah berdiri dihadapan jean.
"Ini sihir, benar kan? " Dia mengangguk dengan dahi berkerut sambil mengeluarkan cahaya berwarna hijau ke arah Jean.
"Kau disini, jaga Jean! Aku harus mencari Angeline sekarang, dia membawa temanku, dan dia manusia. " Aku hendak melangkah, tapi terhenti karena cekalan kuat di tanganku.
"Ini bukan sihir biasa Sean! Niko harus tahu. " Alva menatapku prihatin. "Beritahu niko sekarang! Dia bisa membantumu masuk ke dalam istana. " Dahiku berkerut sedikit tidak mengerti dengan penjelasan alva.
"Aku Rasa temanmu dibawa oleh dia bukan Angeline! " Mataku melebar, tiba-tiba saja jantungku berdebar kencang. Dan rasa takut yang tadi, semakin besar menyerang hatiku.
"Tidak mungkin! " cicitku pelan, suaraku seperti hilang entah kemana.
"Tapi kenapa sharena? Dia bukan sesuatu sepenting itu? " Alvaro tampak berpikir.
"Seharusnya kau mengerti bocah bodoh, bahwa tidak ada manusia yang aman dekat denganmu selama kau belum menyelesaikan masalah itu! " Aku mengumpat keras, sambil memukul kepalaku pelan. Aku menyesal melibatkan Sharena dalam hidupku mengingat ada seseorang yang menaruh dendam padaku untuk sebuah kesalahan yang tidak pernah aku buat. Aku benar-benar menyesal. Tidak ada cara lain. Aku harus beritahu Niko apapun konsekuensinya.
***