Jika kamu selalu hadir di setiap luka yang menimpaku, bagaimana aku bisa menghalangi perasaan ini padamu? ~Sharena
"Terimakasih Sean tumpangannya." Ucap Sharena kemudian membuka pintu kmobil mewah itu.
"Aku mau ikut ke rumahmu!" Sharena melotot menghadap Sean kembali. Anak itu tersenyum acuh tidak peduli.
"Ayo sharena cepat, kau lambat sekali. " Sharena sampai tidak mampu berkata-kata. Bocah satu ini memang benar-benar laki-laki menyebalkan nomor wahid di muka bumi ini.
"Aku tidak menawarimu mampir Sean! Dengar! Mood ku sedang tidak bagus dan adikku tidak akan suka bertemu deng-"
"Wah siapa anak kecil lucu ini? " Devan mengulurkan kedua tangannya ke arah Sean. Minta digendong. Sharena melongo tidak percaya. Sean terkekeh sambil menarik Devan kedalam gendongannya. Anak kecil itu terkikik geli saat Sean menciumi wajahnya.
"Sharena temannya kenapa tidak disuruh masuk? " Sean langsung mendekat dan mencium tangan ibu Sharena dengan sangat sopan. Lagi-lagi Sharena seperti kehilangan suaranya.
"Saya Sean tante, teman sekolah Sharena. " Shinta tersenyum mengangguk sambil memandang Devan yang tampak begitu akrab dengan orang yang baru dikenalnya. Devan tidak terlalu suka orang baru, tapi entah kenapa dia langsung menyukai Sean saat pertama kali melihat tadi.
"Sharena sedang apa disitu? Kemarikan ayam potongnya dan buatkan nak Sean minum!” Sean memandang Sharena geli. Sementara gadis itu mendengus dan memasang wajah kesal. Dia kesal kenapa ada makhluk yang sesempurna Sean, lihat saja, adiknya yang pemilih saja langsung menyukainya ketika pertama kali bertemu, begitu juga ibunya yang tidak biasanya memasang senyum yang teramat manis melebihi dosis yang seharusnya.
"Ohh iya Sharena, tidak perlu pakai gula! Aku sudah manis.” Tangan sharena langsung berhenti seketika ditengah jalan, hampir saja menuangkan sesendok gula ke dalam teh hangat yang dia buatkan untuk si menyebalkan Sean. Kemudian menggerakan wajahnya menatap wajah Sean yang sedang tersenyum manis menghadapnya diiringi dengan tawa renyah ibunya. Anak ini benar-benar membuat Sharena berpikir, terbuat dari apa susunan otaknya hingga memiliki kadar narsis yang melebihi rata-rata makhluk di bumi.
"Sering-sering main ke sini, ibu senang Sharena ajak teman ke rumah." Sean tersenyum lembut sambil meladeni tingkah manja Devan.
"Iya bu, saya sepertinya akan cepat merindukan anak kecil lucu ini." Devan terkikik geli merasakan gelitik jari Sean di perutnya. Sharena benar-benar heran dibuatnya. Ini pertama kalinya melihat Sean sesopan ini.
Kemana perginya sikap menyebalkannya yang biasa dia tunjukan di depan para guru di sekolah? Satu hal yang Sharena pelajari hari ini. Sean adalah king drama paling luar biasa di muka bumi, yang patut di hadiahi penghargaan paling bergengsi di dunia perfilman.
Kehadiran Sean membuat ulang tahun Devan berbeda dari tahun sebelumnya. Biasanya mereka hanya merayakannya bertiga, tapi kali ini ada Sean dengan tingkah lucunya yang tidak berhenti membuat Devan tertawa. Sekalipun masih ada sedikit rasa kesal di d**a Sharena, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ada tambahan dosis perasaan hangat di hatinya melihat kedekatan Sean dengan keluarganya. Dan dia mulai memikirkan tembok kokoh yang harus dia bangun untuk menghalangi perasaan kurang ajar yang seenaknya merasuk ke hatinya.
"Saya pamit tante, terimakasih makan malamnya. " Shinta senang sekali Sharena memiliki teman sebaik Sean, bukan hanya itu nilai plusnya. Anak itu juga gantengnya tidak manusiawi. Shinta bahkan sempat berpikir saat pertama melihatnya tadi. Apakah putrinya membawa pulang seorang artis tampan?
"Sama-sama Sean, jangan kapok main ke sini. " Ucap Shinta antusias. Sementara tanpa diketahui Shinta putrinya sedang menatap interaksi keduanya dengan perasaan campur aduk antara kesal, heran dan dibumbui perasaan senang yang selalu disangkalnya.
***
Buatku berteman itu tidak ada, semua orang hanya memanfaatkan aku kemudian menusukku dari belakang.~Sean
Aku memutuskan tinggal di rumah Niko dan Raina karena semenjak mereka menikah, Niko memegang tahta Olimpus sekaligus harus mengurus perusahaan papah, jadi dia jarang dirumah. Aku sebagai adik yang baik hati dan penuh perhatian, menawarkan diri secara pribadi untuk menjaga kakak ipar galakku 24 jam. Niko menyetujuinya, begitupula Raina.
"Sean! Sedang apa kau sepagi ini? " Raina dan Niko baru saja keluar dari kamar langsung mengernyit heran melihatku sudah ada di dapur.
"Membuatkan kalian sarapan. " Cengirku. Mereka melongo sambil menatapku heran.
"Silahkan duduk tuan dan nyonyah, sarapan sudah siap. " Ucapku bergaya seperti maid yang mempersilahkan tuannya. Mereka duduk sambil memandangku tidak percaya.
"Gimana enak gak? " Raina mengangguk sambil tersenyum.
"Enak darimana, asin" Niko mencibirku dan langsung dihadiahi pelototan dari istrinya. Rasakan, Raina adalah ibu peri-ku, dia selalu membelaku. Aku kadang heran, sebenarnya yang kakaku itu Raina atau Niko?
"Menurutku nasi gorengnya enak Sean, jangan dengarkan kakakmu dia hanya iri karena aku memujimu. " Aku terkekeh sambil memandang Niko yang terlihat sangat kesal.
"Sebenarnya kau istriku atau bukan? " Ucapnya akhirnya. Aku dan Raina terkikik geli. Sudah tua masih saja seperti anak kecil, adiknya sendiri di cemburui.
"Ngomong-ngomong Sean, mau kemana kamu bangun sepagi ini? " Ucap Niko sambil mengunyah Nasi goreng ku yang katanya keasinan tadi.
"Sekolah lah, kemana lagi! " Raina yang sedang minum langsung tersedak begitu juga Niko yang menjatuhkan sendok dari tangannya.
"Sekolah!! " Ucap mereka kompak. Aku mengangguk. Raina langsung menempelkan telapak tangannya ke dahiku dan menggeleng ke arah Niko.
"Apa yang kau lakukan. " Ucapku sebal, sekarang mereka sedang memandangku geli.
"Aku pikir kau sedang demam atau semacamnya makanya bicaramu melantur, tapi ternyata tidak. " Raina tertawa memandangku begitu juga Niko.
"Kalian gimana sih, aku rajin ditertawai, aku malas dimarahi. Mau kalian apa sebenarnya? " sungutku. Bukannya simpati mereka malah tertawa terbahak. Niko bahkan sampai mengeluarkan airmata. Tawa Raina berhenti tiba-tiba sambil menatapku menyelidik.
"Siapa gadis itu? " Ucapnya kemudian, aku menaikan satu alisku heran. Bagaimana dia tahu?
"Gadis apa yang kau maksud? " Ucapku santai, pura-pura tidak mengerti. Dia menoel pipiku, dibarengi dengan kekehan geli kakaku.
"Semua isi kepalamu tertulis jelas diwajahmu Sean! Cepat katakan, siapa namanya? Apakah dia yang kemarin datang ke rumah?" menyebalkan sekali jika kalian memiliki kakak perempuan yang luar biasa peka seperti Raina ini. Bisa gawattt!! Kalian tidak akan bisa menyimpan rahasia apapun.
"Rahasia! " Aku tidak ingin mengatakan apapun. Aku sendiri bingung, apakah ini gara-gara aku mengenal Sharena.
"Ayolah Sean! Apa perlu, aku mencaritahu sendiri? "
"Jangan coba-coba! " Aku melotot pada Raina. Dia sangat mengerikan untuk urusan kepo. Bisa gawat kalau dia berbuat macam-macam pada Sharena.
"Kalau begitu beritahu namanya! Ya ya ya!” dia mengedipkan matanya memohon, dan disampingnya ada Niko yang melotot ke arahku penuh peringatan. Kalau sudah begini aku menyerah saja. Niko itu selalu menuruti semua kemauan Raina. Dan kalau aku tidak memberitahunya pasti dia akan merajuk dan menangis. Hormon kehamilannya benar-benar membuatku pusing.
"Namanya sharena dan dia bukan gadis yang kemarin datang ke rumah." Ada binar bahagia di matanya.
"Namanya cantik, pasti orangnya juga. Kenalin Sean! Ajak kerumah ya! " Rengek Raina. Aku meringis. Dia aja belum jinak, gimana mau diajak kerumah.
"Sean, tolong kejadian seperti dulu jangan terulang lagi, atau aku akan benar-benar membuangmu ke Olimpus!! " Ucap Niko penuh peringatan. Aku menghembuskan napas pelan mengingat betapa terlukanya aku dulu.
"Iya, aku tahu. " Aku beranjak ke sekolah setelah sebelumnya berpamitan dengan mereka.
Ternyata saat pagi hari, sekolah ramai sekali. Aku sudah hampir lupa dengan suasana ini, karena aku selalu datang terlambat dan pulang lebih cepat.
Semua orang tampak menatap heran kearahku. Mungkin mereka heran, pangeran tampan ini tumben sekali. Bisa datang ke sekolah tepat waktu.
Di depanku, arah jam dua belas ada seorang gadis berjalan pelan dengan tas pink bergambar pita besar yang sangat tidak cocok dipakai anak SMA. Membuatku tersenyum tipis, dan ingin rasanya aku bergerak cepat ke arahnya.
Jika tidak ingat bahwa aku berdampingan dengan kaum manusia yang selalu serba manual, aku sudah melesat cepat ke samping gadis itu secepat kilat. Berpura-pura sebagai manusia itu menyebalkan, aku tidak bisa bergerak sesukaku.
"Sharena!! " Dia berjengit kaget melihatku ada disampingnya. Sepertinya anak ini berjalan sambil melamun.
"Se-sean!! Kenapa pagi-pagi sudah ada disekolah? " Pertanyaan menyebalkan. Aku menaikan sebelah alisku dan menatapnya menyelidik. Dia tampak takut dan menundukan kepalanya.
"Memangnya aku tidak boleh ada di sekolah pagi-pagi? " Ucapku sedikit kesal. Jadi orang rajin itu menyebalkan.
"Bukan seperti itu maksudku, aku senang kau jadi rajin" Senyumku merekah, entah kenapa menyenangkan mendengar kebohongannya.
"Kalau kau senang, aku akan rajin kesekolah setiap hari" Dia tampak menatapku ngeri. Aku tahu dia hanya basa-basi mengatakan kalimat barusan, bagiku perkataannya justru terdengar seperti tantangan. Jika dia bilang senang melihatku rajin, maka dia akan melihatku jadi anak paling rajin di sekolah! Tanpa diketahui Sharena aku terkikik geli. Tentu saja bukan rajin belajar, tapi rajin mengganggunya.
"Sean, kenapa meninggalkanku? Aku datang kerumah dan kakak iparmu bilang kau sudah berangkat. " Lagi-lagi wanita ini mengganggu. Sharena tampak kikuk dan hendak melangkah meninggalkan kami lagi. Tapi kali ini aku tidak membiarkannya.
"Aku memang tidak ingin berangkat denganmu, karena itu aku datang lebih pagi ke sekolah." Dengan cuek aku menggandeng Sharena tidak peduli dengan ekspresi terluka Angeline.
"Kau akan menyesali sikapmu padaku jika kau tahu yang sebenarnya Sean" Aku menghentikan langkahku dan berbalik menatap wajah terluka Angeline.
"Sekalipun aku tahu kebenarannya sekarang, apa bisa menghapus yang sudah kau buat padaku dulu?"
***