Malam sudah semakin larut. Kintan belum juga bisa terlelap. Kantuk yang di tunggu-tunggu tak kunjung menghampiri. Ia hanya berbalik ke kanan dan ke kiri. Entah mengapa pikirannya tak tenang. Ia merasa gelisah karena Vian belum juga pulang. Suami yang sedari pagi di cueki, suaminya yang tau-tau pergi tanpa berpamitan, sampai pukul sebelas malam tak kunjung pulang. Pikiran Kintan melayang entah ke mana. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Takut jika Vian mungkin kenapa-kenapa di jalan. Bahkan mungkin ada hal buruk yang di perbuatnya. “Astaghfirullah”. Kintan beristighfar karena telah berpikir negatif. Ia hanya berharap Vian bisa pulang dengan selamat. Dan Allah menjaganya dari keburukan-keburukan. Karena kantuk yang tak kunjung menyapa, Kintan iseng membuka gawainya. M