Claudia, masih berdiri di kamarnya. Kedua matanya menatap sekelilingnya Pikirannya masih terbayang soal pekerjaan itu. Kali ini, dia tidak syuting lagi dengan Agra. Hanya satu hari, tapi seterusnya tidak akan ada drama berdua lagi. Entah, apa laki-laki itu bisa menerimanya atau dia akan bermain dengan wanita lain.
Tidak tahu kenapa pikirannya mulai panik. Dia merasa ada yang aneh pada suaminya. Tetapi, dia terus mencoba untuk tidak mau tahu tentang suaminya. Karena dia tidak mau sakit hati. Atau bahkan sampai pisah dengannya.
Claudia Meraih ponselnya di atas meja. Dia segera menghubungi seseorang. Teman baru lawan mainnya nanti.
"Hallo... Bella."
"Iya… Didi.. Ada apa?" tanya Bella.
Cepatlah kemari. Ada hal yang ingin aku bicarakan padamu." ucap Claudia dari balik telepon miliknya.
Claudia menghubungi Bella, rekan kerja barunya nanti. Dia yang akan jadi lawan mainnya bersama dengan Rian, seorang laki-laki tampan yang kini namanya sedang naik daun. Akibat drama barunya yang melejit pesat. Dna mampu menduduki rangking satu dari semua daftar drama dengan rating paling tinggi. Sebuah drama baru akan mereka mainkan. Dan, cash pemainnya sangat tidak main-main. Semua adalah artis populer. Dan, pastinya. Akan menjadi hal yang berbeda dalam gebrakan dramanya.
"Tapi, ku belum tahu lokasi rumah kamu."
"Aku sudah kirimkan alamatnya." kata Claudia.
"Baiklah! Aku belum lihat chat kamu. Tunggu di rumah kamu. Aku Akan segera datang."
"Iya.." Claudia mematikan ponselnya. Hari ini, dia memang tidak ada jadwal syuting. Sementara, manajernya entah dimana dia. Bahkan dia saja belum muncul di hadapannya. Claudia menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukan pukul 8 pagi. Sementara Agra masih berbaring di ranjangnya.
Kenapa dia belum juga bangun!" gumam Claudia. Dia menatap suaminya. Ketika menghela napasnya. Dan, beranjak mendekatinya.
"Sayang! Apa kamu tidak bangun?" tanya Claudia, mengusap lembut kepala suaminya. Dia duduk, di sampingnya. Membelai lembut sang suaminya.
"Hmm.. Aku masih ngantuk, capek sayang!" Agra, berbaring tengkurap, dia mengangkat sedikit kepalanya, mencoba membuka matanya sedikit. Menatap istri cantiknya. "Kamu masih saja cantik!" Agra, mencubit manja pipi kanan Claudia.
"Sayang... ayo bangun! Setelah ini temanku datang. Karena aku masih mau pinjam lokasi syuting baru." Claudia mencoba mengangkat bahu kekar Agra.
"Ya,, udah! Kamu pergi saja dulu. Aku masih ngantuk." Agra, meraih pinggang mungil Claudia, menariknya sedikit lebih dekat. Lalu mendekapnya sangat erat.
"Oh, ya. Kemarin maaf! Aku tidak bisa temani kamu. Aku udah capek. Jadi ya lebih banyak istirahat." Agra, mencoba membuka matanya. Kali ini dia mulai menyandarkan kepalanya di atas kedua pahà Claudia. Menatap wajah cantik istrinya dari bawah. Jemari lentik tangan Claudia dengan sangat tulisnya, dia membelai kepala suaminya. Tanpa ada rasa sedikitpun curiga.
"Sayang, em... Kapan teman kamu datang?" tanya Agra. Dia memiringkan tubuhnya. Menyembunyikan wajahnya di perut Claudia, memeluk pinggangnya. Suaminya kaki ini terlihat sangat manja. Dan, memang biasanya mereka terbiasa saling bermanja saat capek. Seolah butuh perhatian lebih darinya.
"Em... Entahlah! Mungkin bentar lagi." ucap Claudia. Jemari Tangan Agra mulai masuk di balik baju tidurnya. Perlahan merayap di punggungnya. Melepaskan penyangga yang di belakang mengganggunya.
"Kali ini temani aku!" ucap Agra.
"Tapi.. Sayang.."
"Kamu tidak mau?" Saat terasa sudah lepas. Agra, mengangkat sedikit tubuhnya, membaringkan tubuh Claudia.
"Sebentar saja, lagian tidak masalah aku memintanya pagi-pagi, kan." goda Agra. Setiap harinya, Agra memang sering menikmatinya. Kedua buah milik Claudia. Memberikan setiap kecupan, memainkannya.
"Claudia, menggigit bibir bawahnya. Merasakan tubuhnya mulai menggeliat geli. "Sayang, kamu keterlaluan. Em.. " gumam Claudia.
"Keterlaluan kenapa, sayang. Memangnya sakit? Diamlah, dan nikmati saja." bisik Manja Agra.
"Tapi, sayang.. Em. " Claudia menghentikan ucapannya. Dia semakin erat menggigit bibir bawahnya. Saat Agra mulai mengecil sekujur body mungil, dan terlihat sangat bersih miliknya. Sekian tipis itu tanpa dia sadari sudah tersingkirkan. "Geli.. Sayang!" ucap Claudia.
"Agra.. ." Claudia menggeliat, memegang kepala Agra. Dia sengaja mendekap tubuhnya.
"Kali ini temani aku.." ucap Agra, mengecil bibir Claudia penuh dengan gairah. Mereka saling beradu. Saling memeluk sangat erat. Mencengkram, hingga getaran hasrat mulai bangkit pada dirinya. Kecupan Agra mulai turun. Dia menyentuh daerah sendirinya. wajah Claudia seketika memerah. Merasakan gimana lelakinya selalu membuat dirinya merasa sangat puas dalam hal ranjang. Kali, ini. Dia bermain begitu lembut.
"Em.. Sayang."
"Apa sakit?" bisik Agra. Claudia hanya menggelengkan kepalanya pelan. Memjamkaan matanya, meraskan gmana laki-laki itu bermain. kedua tangannya mencengkeram sangat erat sprei di bawahnya.
"Kamu mau sekarang?" tanya Agra, bisikan penuh gairah Agra membangkitkan hasrat Claudia. Dia membuka matanya. Menatap djaja suaminya tepat ada di depannya. Claudia mengangkat tangannya, menyentuh pipinya. Sebuah senyuman tipis mengarah padanya.
"Kamu basah?" ucap Agra, mengecil pipi Claudia.
"Sudah terlanjur, jadi sekarang saja." ucap Claudia, Agra hanya melayangkan sebuah senyuman tipis. Dia memulainya, kali ini mencoba bermain dengan hati-ati. Hingga merasakan dalamnya. Agra, mencoba memberikan irama pelan pada Claudia. Mengaitkan wanita itu berfantasi.
"Kring..." suara ponsel Claudia berbunyi sangat keras. Wanita itu, masih menahan getaran tubuh Agra di atasnya.
"Agra... Bisa ambilkan ponselku." ucap Claudia. Agra hanya mengangguk, mengambilkan ponselnya.
"Sayang, diamlah sebentar! Aku sangat telpon dulu." ucap Claudia. Agra berbaring di atas tubuh Claudia, dia menghentikan permainannya. Dan, menyandarkan dagunya di atas dadànya. Melipat kedua tangannya. Seolah Dia sedang mengamati wajah istrinya.
Sementara Claudia mengangkat teleponnya. " Hallo ini siapa" tanya Claudia.
"Kamu lupa sama saya, saya Daffa."
"Daffa?" Claudia mengernyitkan keningnya. Sementara Agra sedikit cemburu ada laki-laki.yang tak dikenal menghubunginya. Agra mulai melanjutkan maunya. Seketika hentakan tubuhnya smekaian keras. Claudia tak kuasa menahan dekapannya. Hingga keluar dari mulutnya.
"Agra...." Dia meletakkan ponselnya. Tanpa dia sadar wanita itu tidak mematikan panggilannya.
"Sayang, diamlah sebentar!" Claudia hanya diam, mengikuti setiap irama tubuhnya. Memeluk sangat erat tubuh Agra. Hingga satu jam, Agra bermain dengannya. Tubuh Claudia seketika lemas. Beberapa kali, dia melakukannya. Setiap dia menginginkannya. Claudia harus diam beberapa kali. Bahkan bisa sampai dirinya tak bisa lagi berjalan.
"Apa kamu capek?" tanya Agra, mengusap lembut pipinya.
"Iya.." Claudia menghela napasnya. Mencoba mengatur napasnya yang hampir saja putus. Agra tidak memberi dia kesempatan untuk bernapas. Dia begitu pihaknya dalam hal ranjang.
"Oh, ya. Bentar. Tadi ada orang yang menghubungiku. Aku akan menghubungi dia dulu. Sepertinya dia yang nenawarkan aku pekerjaan baru itu."ucap Claudia
"Oo.. Memangnya dia siapa?" tanya Agra.
"Entahlah aku juga lupa." kata Claudia, dia meraih ponsel yang tergeletak di samping dia berbaring.
Sementara Agra, dia memeluk tubuh istrinya. Terbesit dalam pikirannya wajah kekasihnya. Di saat dia seperti ini. Dirinya merasa salah pada Claudia. Dan, ingin terus menanyakannya. Tetapi, di saat dia bertemu wanita. Dia Tidak bisa menjaga tubuh dan pandangan matanya. Rasa bersalah itu, membuat Agra melampiaskan pada Claduai. Agar dia bisa lupa sejenak urusan di luar. Berkali-kali Fely menghubunginya setiap malam. Tetapi, saat di rumah. Seutuhnya hati Agra hanya untuk Caldia. Dia tidak mau diganggu dengan dunia luar.
Di pagi buta, Fely bahkan sudah menghubunginya. Tetapi dia mengabaikannya. Dan, lebih memilih menemani Claudia.
"Sayang, aku sangat mencintai kamu." kata Agra, mengecil pipi Claudia.
"Aku juga mencintai kamu." lanjutnya manja, membalas kecupan Agra. Tetapi kedua tangannya Mencoba mencari nomor tuan Daffa.
"Bentar! Aku aku telpon dulu. Kamu jangan melakukan hal tadi lagi. Aku malu." ucap Claudia.
"Iya.. Tenang saja.!" terus menyentuh dua buah Claudia.
Sebenarnya istriku tidak jalan cantik dan seksi seperti Feli, tepat kenapa aku bisa tergoda olehnya dengannya. Padahal dia sangat sempurna di mataku? Bahkan, aku tidak ingin kehilangan dia? Meski dia sering mengucapkan kata pisah dengan istrinya pada Feli. Tetapi, itu tidak pernah tulus sama sekali. Di hatinya hanya ada nama Claudia.
"Hallo. Tuan, daftar. Maaf tadi saya sibuk." ucap Claudia bermain.
"Tidak masalah!" Dara di ujung telponnya hanya tersenyum simpul. Dia tidak sengaja tadi mendengarkan permainan Claudia dari balik telepon.
"Sekali lagi maaf, tuan. Saya juga baru ingat tadi. Soal kerja sama. Saya akan datang nanti. Sementara lagi." ucap Claudia.
"Iya.. Datang ke kantorku sekarang. Aku akan menunggu kerja sama kita." ucap Daffa.
"Oh, ya. Nanti. Jika kamu sedang bermain lebih baik. Matikan ponselnya. Aku mendengarnya sangat jelas." ucap Daftar. Tapi belum juga Claudia mendengarnya. Agra sudah mematikan ponselnya. Meletakkan ponselnya di atas meja samping ranjang nya. Laki-laki itu mendekap sangat erat tubuh Claudia.
"Jangan lama-lama. Aku masih ingin bersama dengan kamu." ucap Agra.
Claudia hanya tersenyum tipis. Dia jemari tangan lentik, dengan kuku sedikit panjang. Berpoles cantik jutek berwarna pink. Membelai rambut Agra.
"Sayang, bentara Aku mau mandi dulu. Nanti kita lanjutkan lagi Teman aku juga pasti sudah sampai. Kamu coba lihat dulu di depan. Aku mau mandi." ucap Claudia membalas pelukan Agra, ia mendekap tubuhnya, membelai, lalu memberikan kecupan di bibir, kening dan kedua pipinya bergantian. Seperti itu selalu mereka lakukan setiap harinya. Saat berangkat kerja, ataupun pulang kerja. Meski pulang kerja tidak selalu manja. Saat merasa capek, Agra terlihat begitu cuek padanya.
"Sayang, apa kamu hari ini tidak masak lagi?" tanya Agra.
"Nanti sore aku akan pulang lebih cepat. Dan, akan memasak sesuatu buat kamu. Sekarang. Kau mandi dulu." Claudia segera beranjak dari ranjang nya. Sebelum dia melangkah. Tam lupa, Claudia mengecup ujung kepala Agra. Laki-laki itu tidak berhenti tersenyum. Tidurnya begitu bahagia saat bersama dengan istrinya. Tetapi, entahlah. penyakit masa mudanya tidak bisa hilang. Dia selalu bermain wanita. Dan, itu sudah lama terjadi sebelum menikah dengan Claudia.
Agra beranjak duduk bersandar di kepala panjangnya. Dia menarik napasnya dlaam-dalam. Mengusap wajahnya berkali-kali. "Kenapa aku merasa snagat bersalah pada Claudia." ucap Agra, pikirannya semakin kacau. Saat dia mencoba melupakan Claudia. Tetapi dirinya tak bisa menghindari Claudia. Sementara Fely, dia hanya simpanan baginya. Tidak lebih, selagi dia bisa membuatnya merasa puas. Dan, selama matanya belum berpindah ke wanita lain.