02

1163 Kata
Satu... Dua... Tiga...! Saat pintu kamarnya bergeser, Clara menerobos keluar, menabrak maid berpakaian hitam putih itu hingga tersungkur di lantai. Meja roda tempat makanannya yang mau di antar ke kamarnya bergeser tak beraturan dan... prang, gelas susunya pecah, berserakan ke lantai. Membungkuk sekali dengan cepat ke arah maid sebagai permintaan maaf, Clara berlari cepat ke arah tangga, menuruni tangga dengan langkah terburu-buru, tangannya berpegangan dengan kuat ke piggiran tangga, mewanti-wanti langkahnya yang kapan saja bisa tak seimbang. Clara sudah mempertimbangkannya, setiap pagi istana milik Lucas ini sepi. Para maid belum datang, hanya ada satu atau dua para maid yang datang untuk memberinya makan. Pertama yang harus dilakukan, Clara harus mencari ruangan tempat para maid memakai pakaiannya. Clara ingin menyamar. Clara menjelajah semua ruangan besar yang berada di istana Lucas. Setelah berputar-putar hampir 30 menit, Clara baru mendapatkan loker tempat para maid menaruh baju mereka. Dengan terburu-buru Clara memakainya. Clara keluar dengan wajah yang sebisa mungkin tampak tenang. Prang! Suara guci yang pastinya mahal terdengar pecah, memekakkan telinga yang mendengar, di susul suara Lucas yang berteriak menggelegar ke seluruh ruangan, hingga membuat Clara ketakutan. "Sampah kalian semua! cari sampai dapat!" Clara segera berlari ke arah kebun jeruk, bersembunyi di antara puluhan pohon jeruk yang sedang berbuah dengan lebatnya. Kedua lututnya bergetar hebat, ketakutan luar biasa, tapi jika tidak sekarang kapan lagi ada kesempatan untuk kabur dari sini. Semoga para maid itu mau memafkannya, seharusnya hari ini para maid itu bisa tenang bekerja, karena Clara melarikan diri mereka menjadi tempat yang tepat untuk kemarahan Lucas. Para maid dan tukang kebun serta satpam bahkan para bodyguard Lucas, tidak ada satupun yang menyadari Clara berada di kebun jeruk. Siapapun tidak akan terfikir bahwa inilah tempat yang dituju Clara bukan? Mereka pasti berfikir bahwa Clara saat ini sudah berhasil melewati gerbang depan. Mereka tak pernah tau bahwa melewati gerbang depan sama saja menyerahkan diri secara sukarela ke srigala yang kelaparan. Jalan satu-satunya yang harus di lalui Clara adalah, melompati tembok besar ini. Clara menoleh ke kanan dan kiri, mencari sesuatu yang bisa dinaikinya. Tidak ada apapun. Clara mundur beberapa langkah dan dengan kekuatan penuh, ia berlari mengangkat kedua tangannya, mencoba menggapai atas tembok. Dan gagal tentu saja, Clara tidak setinggi itu untuk bisa memanjatnya. Clara mencoba beberapa kali, dan hasilnya tetap sama, gagal. Clara hampir menangis putus asa. "Oh, ayolah," katanya setengah merengek. Apa Clara harus mengambil tangga dulu? tapi bagaimana nanti saat ia masuk langsung ketahuan? Apa ia harus menunggu sampai malam dulu lalu masuk mengendap-endap? Masuk saat malam? Itu bukan ide yang buruk, tapi saat ini Clara belum sarapan, perutnya akan sangat kelaparan. Ah, tidak apa, sekalian saja ia mengambil makanan di dapur. Clara menggeleng, tidak boleh mengambil makananan, itu akan menyita waktu, dan tidak menutup kemungkinan saat Clara di dapur mereka menemukannya. Clara terduduk lemas, sudah sampai sejauh ini, ia tidak boleh mundur. Bisa keluar dari kamar saja sudah merupakan usaha yang patut diacungi jempol. Dengan susah payah Clara mengumpulkan keberaniannya untuk berlari keluar kamar, dan sampai ke kebun jeruk ini. Adik-adiknya menunggunya di rumah, dan Clara sudah sangat rindu dengan Ibunya. Memikirkan kemungkinan ia bisa keluar dari istana yang layaknya penjara ini membuat Clara senang. Semangatnya kembali. Clara berdiri, menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya. Ia berbalik, menatap tembok putih itu dengan mata yang membara. Di pejamkan matanya rapat-rapat, berdoa dalam hati semoga dengan tiba-tiba ia mendapat kekuatan super. Clara membuka matanya dan tersenyum cerah. Akan tetapi senyum cerahnya hanya sedetik saat mendengar suara tajam menyapa telinganya. "Sudah puas bermain-main, Clara." Clara membeku, itu suara Lucas! Clara berbalik, matanya langsung bersirobok dengan mata Lucas yang menyala, marah. Tanpa pikir panjang Clara langsung berlari, menabrak pohon-pohon jeruk yang berjejer rapi. Kedua kakinya bergetar hebat, tapi ia memaksakan dirinya berlari. Grep… Lucas menahan sikunya dan dengan satu sentakan, Lucas manarik Clara ke dalam pelukannya. Clara terhuyung ke belakang, badannya bertubrukan dengan d**a keras Lucas. Lucas memeluknya erat, rahangnya mengetat menahan marah, tubuh Clara bergetar hebat dalam dekapan Lucas. Wajahnya pucat pasi. Clara merosot jatuh ketika Lucas melepaskan dekapannya. Clara memeluk kaki Lucas erat, tidak membiarkan pria itu berjalan. Lucas menarik rambut Clara kuat hingga Clara mendongak. "Kau mencoba kabur? Heh?" katanya meremehkan. "Kau pikir semudah itu," sambungnya semakin memperkuat tarikannya pada rambut Clara. Clara menggeleng kuat-kuat, bahkan luka kemarin saja masih belum sembuh total. Lucas berjalan sambil menjambak rambut Clara, Clara mengikuti langkah Lucas dengan tergesa. Kedua tangannya mencoba melepaskan tarikan Lucas, atau setidaknya membuat Lucas sedikit melonggarkan jambakannya. Lucas mendorong tubuh Clara, hingga Clara tersungkur di lantai kamarnya. Ya, Clara kembali ke kamar ini lagi, menyadari fakta itu air matanya mengalir deras. "Sini," ucap Lucas dengan menggerakkan tangannya ke arah maid, yang berdiri sambil menunduk takut di ujung ranjang Clara. Saat itulah Clara sadar bahwa ia tak sendiri di kamar ini. Setelah maid itu mendekat, Lucas mencekiknya kuat hingga tubuhnya terangkat. Clara melotot, itu maid yang mengantar sarapannya. "Lucas!" Clara berdiri, mencoba melepaskan tangan Lucas dari leher maid yang Clara tidak tahu siapa namanya itu. Lucas menghempaskan tangan Clara hingga Clara kembali tersungkur. "Jika kau mencoba kabur lagi, bukan hanya dirimu yang akan kuhabisi, tapi para pelayan ini, yang tidak tahu caranya mengerjakan pekerjaan mereka dengan benar." "Lucas ku mohon, ini salahku." Jika tidak segera dilepaskan maid itu bisa mati, Clara tak ingin membuat Lucas membunuh orang karena kesalahannya. "Aku janji tidak kabur lagi, aku janji tidak akan membantahmu, aku janji menuruti semua perkataanmu, aku janji Lucas, aku janji!" Lucas melirik Clara sekilas, lalu melepaskan cekikannya. Maid itu terjatuh ke lantai, terbatuk-batuk, wajahnya pucat pasi dan hampir membiru. Clara berlari mengahampirinya, membantunya duduk. "Ah..." Clara menjerit, Lucas menjambak rambutnya. Menarik tubuhnya mundur. "Pergi," katanya dingin ke arah maid yang ketakutan. "Sebenarnya aku tak mau memukulmu lagi, tapi kau selalu memancingku," sambungnya lalu ia berjalan ke arah laci mejanya. Lucas mengambil cambuknya dan tak lupa borgolnya, juga bola gag. Lucas memakaikan bola gagnya agar Clara tidak dapat berteriak. Plak... Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Clara yang mulus. Plak... Satu tamparan lagi di pipi kirinya, lalu di susul tamparan ketiga, keempat dan seterusnya, dalam jumlah yang tak dapat Clara hitung. Lucas berhenti menampar wajah Clara yang kini sudah merah dan membengkak, tangannya beralih mengambil cambuk berwarna biru, tanpa aba-aba langsung melayangkan cambuknya ke kaki Clara. "Kaki ini yang kau gunakan untuk lari?" tanyanya sambil terus melayangkan cambuknya ke kaki dan paha Clara. Ia juga melayangkan cambuknya ke perut Clara, betis, dan juga punggung Clara yang masih sakit. "Mph ... mmph ... mph...." Clara menangis tanpa suara. Setelah puas mencambuk Clara, Lucas menjambak rambut Clara, lalu menyeretnya ke kamar mandi. "Mph ... Mphh...." Clara menggeleng lemah. Tanpa perasaan Lucas mencelupkan wajah Clara, menahannya beberapa menit lalu mengeluarkannya dan memasukkannya lagi. Berulang-ulang. Saat Lucas melepaskan tangannya dari rambut Clara, Clara langsung terbaring di lantai, lemas luar biasa. Matanya terpejam dan nafasnya terputus-putus. Lucas menatap kondisi Clara sejenak lalu kembali menyeret Clara ke kamar, menghempaskannya di lantai kamar. Lucas melepaskan bola gag dari mulut Clara, isakan kecil langsung lolos. Apa salahnya? apa salahnya hingga Lucas membuatnya seperti ini, padahal Clara belum terlalu mengenal Lucas, kenapa Lucas harus memperlakukannya dengan sebegini buruknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN