Part 10
"Jelaskan maksudnya apa ini? Bisa-bisanya celana dalam milik orang lain berada di rumahmu? Atau jangan-jangan ini milik Kenzo? Iya?"tanya Vely seraya memincingkan kedua matanya, sudah dari dulu ia mencurigai pertemanan anaknya dengan Kenzo yang sepertinya tidaklah beres.
Devan terdiam tak menjawab bundannya dulu dan masih merangkai kalimat untuk menjawab pertanyaan dari bundannya.
"JAWAB DEVAN! "Bentak Vely yang makin emosi melihat anaknya yang hanya diam saja.
" I-iya bun, "balas Devan cemas.
Hening
Dan tak berapa lama terdengar suara isakan tangis dari bundanya, Devan yang begitu mendengar suara tangisan bundanya pun langsung menghampiri dan berlutut di depan bundanya.
" Bun itu tak seperti yang bunda pikirkan, Devan bisa jelaskan. "Devan mendongakkan wajahnya menatap bundanya yang sedang menangis. Itu juga membuat hatinya sakit melihat setetes demi setetes air mata bundanya keluar gegara dirinya.
" Trus kamu mau jelasin apa ke bunda hah? Mau jelasin apa? "tanya Vely yang merasa frustasi melihat kelakuan anaknya yang sama persis seperti mantam suaminya, penipu.
" Kenzo cuman numpang mandi bunda."
" Jujur ke bunda! Sejak kapan kamu seperti ayahmu! "Vely mendorong bahu anaknya itu membuat Devan terjatuh dari posisi lututnya tadi.
" Sejak bunda pergi meninggalkan Devan yang tak tau apa-apa," jawab Devan jujur, di mana saat usianya 5 tahun bundanya pergi entah kemana.
Jawaban Devan membuat Vely makin menangis menjadi-jadi, ini pun juga bukan kesalahan anaknya saja namun dirinya juga. Meninggalkan anaknya karena suatu alasan, alasan di mana ia kecewa pada mantan suaminya itu sekaligus ayah dari Devan.
"Bunda tolong jangan menangis begini! "Devan meraih kedua tangan bundanya dan digenggam tangan seseorang yang telah melahirkannya di dunia ini.
" Devan janji Devan akan berubah bunda. "Devan menciumi punggung tangan bundanya berulang kali.
" Bunda sedih melihatmu seperti ini, andai waktu itu bunda bisa membawamu pergi mungkin kejadian dulu tak berdampak pada masa depanmu kini. Bunda hanya berharap kamu bisa berubah, bunda gak mau kalau kamu seperti ayahmu yang hilang entah dimana! Bunda sangat membencinya! "ucapan penuh penekanan terlontar begitu saja dari mulut Vely.
Benar kata bundanya jika ayahnya memang pantas dibenci, ayahlah sumber dari permasalahan ini yang membuat dirinya... Ah entahlah ia merasa malu jika harus menceritakannya.
" Jadi bener dugaan bunda kalau kamu gay? "tanya Vely yang kini tangisannya telah reda dan hanya sesenggukkan saja.
Devan melirik sedikit ke bundanya lalu menganggukkan kepalanya pelan.
Vely pun menghembuskan napasnya lelah lalu melepaskan tangan anaknya yang menggenggam tangannya. Wanita itu berdiri dengan wajahnya yang datar, sontak hal itu Devan pun ikut berdiri segera menghadap bundanya.
"Bunda mau kemana? "tanya Devan pada Vely.
" Bunda putuskan untuk tinggal bersamamu dan intinya minggu depan kamu harus ikut bunda ke rumah teman bunda. "
Kedua mata Devan membulat, apa ini?
" Bunda bertekad ingin menjodohkanmu dengan anak dari sahabat bunda, lagian kamu pasti tau gadis remaja itu. "
Jika bundanya menginap di sini pun Devan santai-santai saja tapi jika dijodohkan Devan menolak.
" Bunda, aku gak mau dijodohkan, aku masih ingin fokus sekolah. "
" Ingin fokus sekolah atau ingin fokus menjadi kekasih Kenzo? "tanya Vely.
" Enggak bunda! "Devan membantah itu semua.
" Lalu apa yang membuatmu menolak perjodohan itu? "
" Devan mencintai seorang gadis lain bunda. "
" Itu bohong Devan! Dari dulu kamu pernah bilang cuman temenan sama Kenzo tapi apa ini?! "sentak Vely yang merasa kesal pada anak semata wayangnya itu yang menolak permintaannya.
" Bunda kali ini Devan berterus terang. "Devan tetap memohon pada bundanya itu.
" Tidak! Bunda kalau sudah bilang itu jangan diganggu gugat! "
Dan akhirnya Devan pun pasrah dengan keadaan ini di mana dirinya tak bisa membantah perkataan ibundannya itu.
...
" Fi lo tunggu di sana aja ya! "suruh Resha pada Fio yang nampaknya setengah mengantuk itu.
" Hah iyaya, sana! "Fio mengusir Resha membuat gadis berkepang satu itu langsung memasuki toko buku yang lumayan ramai itu.
Fio menguap lebar lalu ia mencari tempat duduk sedangkan Resha kini tengah mencari n****+ yang ia sukai di toko buku itu tersebut.
Gadis berkaca mata serta rambutnya yang berkepang satu, air liurnya hampir keluar begitu saja melihat banyaknya n****+ yang ia sukai dari penulis-penulis terkenal.
"Wah aku udah baca di w*****d kalau ini, tapi sayangnya ceritanya gantung. "Resha berbicara sendiri sambil meraih salah satu nover yang sudah dibaca sekitar 5 jutaan itu.
" Digantung itu sakit tau!! Sebel kalau ada cerita yang gantung... "gerutu Resha.
Resha pun melihat n****+-n****+ yang terpajang sangat rapi di rak buku toko ini, ada yang segel n****+ terbuka dan ada juga yang masih tersegel. Resha meraih n****+ yang tak ada segelnya lalu ia membaca isi n****+ itu setelah paham betul genre n****+ yang disukainya, ia pun memutuskan untuk membeli n****+ itu tapi ia juga memilih yang masih tersegel.
Tangannya meraih bersamaan tangan kekar seseorang yang mengambil n****+ di sampingnya. Resha terkejut melihat sosok seseorang mengambil n****+ di sebelah novelnya sebab tangannya bersentuhan dengan lengan kekar milik pria itu.
"Biasa aja deh mukanya, udah jelek aja dijelekin! "ucapan seseorang itu seperti hinaan baginya.
Resha pun menoleh dan menatap tajam seseorang di sampingnya.
" Kenzo? "gugup Resha menatap Kenzo, sosok lelaki yang ia sukai secara diam-diam.
Kenzo hanya melirik saja lalu menatap n****+ ditangannya dan membaca sinopsis di bagian belakang n****+ yang ia pilih.
"Lo suka baca buku ya?" tanya Resha dengan nada girangnya.
Betapa senangnya bertemu sosok yang menjadi pangeran tampan dimimpinya itu, sosok lelaki yang gagah saat bermain basket dan terkenal garangnya walau begitu ketampanan adalah nomor satu bagi para cewek-cewek suka halu seperti dirinya.
Kenzo diam mengabaikan gadis berkaca mata di sampingnya.
"Hei Kenzo! Kok diem sih? "Resha memanyukan bibirnya sebal tapi wajahnya langsung berubah ceria saat Kenzo membalas menatapnya walau yang ia tau Kenzo selalu menatapnya tajam.
" Berisik! "sentak Kenzo membuat Resha langsung melunturkan senyuman lebarnya tadi dan kini digantikan raut wajahnya yang sedih.
Buset dah galak banget-Ucap Resha dalam hati sembari mengusap dadanya pelan.
" Santai dong hehe. "Resha terkekeh pelan sambil menggaruk ceruk lehernya yang tak terasa gatal.
Lelaki yang memiliki tindik di kedua telinganya itu pun langsung melengos pergi dan mencari tempat lain yang intinya menjauhi gadis berisik itu.
" Yahh dia pergi, "ucap Resha dengan nada sedihnya.
" Apa segitu cerewetnya diriku ini? "Resha menatap pantulan kaca yang tepat berada di hadapannya itu.
Resha tersenyum manis sambil membenarkan kacamatanya dan merapikan anak rambut yang nakal disisi kanan dan kiri kepalanya itu.
" Kata momy aku cantik dan manis kok, mana mungkin ada yang menolakku,"ucap dirinya dengan nada percaya diri.
Selang beberapa menit kemudian...
Sebenarnya Resha sudah membeli n****+ yang ia tuju tapi saat melihat Kenzo belum selesai membuat dirinya menunggu lelaki bertindik itu dan seketika ia pun melupakan temannya yang tengah menunggunya juga.
Rssha langsung berdiri dan merapikan bajunya saat melihat Kenzo tengah mengantri di tempat kasir.
"Totalnya 300 ribu ya mas, "ucap seorang wanita muda memakai kerundung itu pada Kenzo.
Tanpa menjawab, tangan Kenzo pun segera mencari dompetnya yang biasanya ia letakkan di saku celananya. Tapi saat ia cari bolak-balik pun ternyata dompetnya tak ada.
" Aduh dompet gue ada di Devan, "gerutu Kenzo yang seketika ingat jika dompetnya di bawa oleh Devam karena memang ia selalu ceroboh membawa uang sendiri.
" Mbak biar saya aja yang bayar, "ucap seorang gadis berkepang satu pada seorang penjaga kasir itu sembari menyerahnya tiga lembaran uang ratusan ribu itu.
Kedua mata Kenzo melotot lalu berkata," tidak usah mbak, saya bisa ngambil uang ke teman saya!"
Penjaga kasir tampak bingung ketika kedua orang itu saling mengotot yang satunya ingin membayarkan dan yang satunya lagi tidak mau dan menyuruh penjaga kasir untuk menunggunya daripada dibayar oleh gadis yang berada di sampingnya sehingga membuat para pembeli yang sedang mengantri di belakang mereka pun langsung menghentikan aksi mereka berdua.
Akhirnya mau tak mau Kenzo pun mengalah dan membiarkan gadis berisik itu membayarkan empat buah n****+ yang ia beli.
"Gak usah songong! Gue nanti bakal bayar! "ucap Kenzo yang lagi-lagi menggunakan nada tingginya bebricara bersama Resha.
Resha tersenyum senang dan ikut melangkah berjalan bersandingan dengan lelaki tampan itu. Kenzo menyuruh Resha mengikutinya untuk mengambil uang ke Devan.
Gue di cafe dekat toko buku, nama cafenya tellcoffee
Kenzo tersenyum menatap layar ponselnya yang ternyata Devan mengirimi dia pesan. Resha masih saja melupakan temannya saking senangnya bersama Kenzo.
"Lo gila? "tanya Kenzo pada gadis di sebelahnya yang terlihat girang memasuki tempat nongkrong di tellcoffee ini.
" Eh Kenzo perhatian sama gue! "pekik Resha senang dan merasa bersyukur jika lelaki pujaan hatinya menanyai dirinya.
" Cewek sarap! "kedua mata Kenzo menyapu sekitar tempat nongkrong ala anak muda jaman now di sini.
Terlihat sosok lelaki yang ia kenali tengah melambaikan tangannya ke arahnya membuat Kenzo langsung tersenyum lebar, mata Resha membulat melihat senyuman Kenzo yang menambah kesan manisnya wajah Kenzo itu. Resha malah tersenyum lebar menatap Kenzo sedangkan Kenzo langsung berjalan terburu-buru menghampiri Devan yang duduk di samping jendela. Resha merengut ketika ditinggal begitu saja oleh Kenzo tapi ia langsung mengejar langkah kaki Kenzo daei belakang.
"Devan? "sapa Kenzo pada Devan lalu maniknya tak sengaja menatap sosok gadis yang tak ia sukai tengah berdiri di samping Devan yang sedang duduk dan yang membuat ia menggeram marah adalah tangan Devan tengah memegang tangan gadis itu yang nampaknya gadis itu berusaha pergi.
"Lhoh Fio? "mulut Resha terbuka lebar dan seketika ia teringat jika tadi saat pergi ke toko buku itu bersama Fio.
...
Sekitar beberapa menit yang lalu...
Fio yang merasa ngantuk pun meletakkan kepalanya di meja, untungnya ia menemukan bangku yang letaknya di depan toko buku. Ia bisa tidur sembari menunggu Resha selesai belanja buku kesayangannya yang pastinya temannya itu sangat lama. Posisi ia tidur ialah kepalanya menoleh ke samping dan otomatis pipinya mengenai meja itu yang ia lapisi kantong kresek, tadi ia sempat membelikan adiknya topi cupluk kesukaan adiknya itu.
Dahinya mengernyit ketika ia merasakan jika ada seseorang juga duduk di sampingnya sambil wajahnya ditaruh di meja, kedua mata Fio mengerjapkan beberapa kali dan benar jika ada seseorang yang sama-sama menidurkan kepalanya di meja. Fio pun tak jadi tidur dan duduk tegap namun punggungnya di senderkan ke dinding kursi itu.
"Gak tenang gue kalau ada orang yang sama-sama tidur di sini apalagi ini orang cowok, "dumel Fio yang merasa kesal pada orang itu.
Lelaki itu menaruh wajahnya di atas lipatan tangannya serta juga memakai topi.
Fio menguap lebar, sungguh ia sebenarnya malas menemani Resha ke toko buku apalagi siang hari ini sangat terik membuat dirinya merasa gerah dan panas ditubuhnya.
"Emmhhh. "lelaki di sebelahnya tiba-tiba saja duduk sambil kedua tangannya direnggangkan dan hampir saja tangan kekar itu menampar Fio kalau saja Fio tak menepis kasar tangan lelaki itu.
" Heh kalau molet lihat-lihat tempat dong! Untung gue bisa ngatasi langsung! "teriak Fio merasa kesal pada lekaki itu.
Lelaki itu menoleh dan menatap seorang gadis yang sedang marah karena ulahnya. Betapa terkejutnya Fio menatap seorang laki-laki yang ia kenali begitu sebaliknya laki-laki itu juga menatap terkejut pada gadis itu.
"Lo? "
" Fio kan? "
Ya laki-laki itu adalah Devan, Devan ke toko buku inipun menemani Kenzo seperti biasanya yang sering main ke toko buku serta membeli beberapa n****+. Devan tak menyangka jika hari ini bisa bertemu gadis cantik itu, gadis yang ia duga adalah teman masa kecilnya.
Kedua orang itu nampak berdiam, suasana menjadi canggung apalagi kedua orang itu pun sama-sama merasa ngantuk dan sesekali keduanya menguap bersamaan.
"Emm khem khem. "Devan berdeham sebentar sebelum mengucapkan sesuatu.
Fio menatap bingung pada Devan yang sepertinya ingin mengutarakan sesuatu padanya.
" Ayo ngopi! "ajak Devan yang sepertinya merasa takut ditolak oleh Fio.
Fio nampak berpikir sebentar tapi bagus juga usulan lelaki itu membuat Fio mengangguk.
Lagian si Resha juga lama, apa salahnya gue ngopi sebentar biar gak terlalu lelah gini-ucap Fio dalam hati.
"Hmm baiklah. "Fio mengangguk menyetujui ajakan Devan membuat hati Devan lega.
Lalu keduanya menuju cafe tempat nongkrongan ala anak muda jaman sekarang walau begitu sebenarnya Fio memiliki cafe juga dan dekorasinya pun tak kalah kekinian.
Setelah mencari tempat yang kosong, keduanya pun memilih menu minuman dan menunggu pesanan datang. Fio masih saja diam sedangkan Devan ingin sekali mengobrol dengan gadis itu, ia merasa kalau berada di dekat gadis itu seperti sudah mengenal sejak lama tapi Fio masih saja tak merasa jika dirinya teman masa kecilnya dulu. Fio menganggap jika Epan mati padahal itu adalah dirinya membuat Devan menjadi sedih tapi ia tak menyerah begitu saja.
"Fio, "lirih Devan.
Fio melirik sekilas ke arah Devan.
" Dulu kamu gadis manja, apakah kamu sekarang masih suka manja? "tanya Devan dengan nadanya yang bercanda.
" Bisa diem gak? "Fio menatap tajam ke arah Devan yang duduk di seberangnya.
" Tapi kamu gak beda jauh sama dulu, dulu kamu juga galak sama kayak sekarang hehe."Devan terkekeh pelan.
"Gue pergi! "Fio beranjak berdiri namun segera ditahan oleh Devan.
" Mau kemana? "tanya Devan pada Fio.
" Gue risih sama lo! "sentak Fio pada Devan.
Beberapa pengunjung di sini terlihat memandangi mereka yang tengah ribut.
" iyaya aku janji, aku akan diam. "
Akhirnya Fio pun duduk kembali begitupula Devan segera meminta maaf pada orang-orang sekitar yang terngganggu. Bersamaan itupula pesanan mereka berdua datang.
" Terima kasih mbak, "ucap Devan disertai senyuman ramah.
Tak berselang lama Fio memutuskan untuk segera pergi, Devan yang tadinya memainkan ponselnya pun langsung ikut berdiri melihat Fio yang berdiri.
" Tunggu dulu!"
" Apa lagi? Temen gue masih di toko buku, gue mau balik! "Fio berusaha melepaskan cengkraman Devan ditangannya.
" Iyaya aku tau, tapi tunggu--"
"Devan? "seseorang memanggil namanya membuat si pemilik nama itu langsung menatap ke arah asal suara itu.
" Kenzo? "Devan mengulum senyum tipis tapi tidak dengan Kenzo yang langsung menatap tak suka ke arah Fio.
" Wahh bisa double date dong! "pekik Resha senang.
Membuat ketiga orang tadi menoleh ke arahnya secara kompak.
....