Part 13
Hari hari kian berlalu...
Noel merasa sepi di sekolah dan biasanya Siska selalu membullynya. Ia malah menyukai wajah gadis itu ketika marah dan kesal padanya. Kini lelaki itu sedang duduk di sekitar lapangan basket dengan memakai baju olahraga tapi hari ini guru olahraganya tiba-tiba ada urusan penting membuat kelasnya pada jam olahraga ini kosong dan para murid diperbolehkan untuk olahraga bebas.
"El ayo ikut basket! "ajak Putra padanya sambil menepuk bahunya kencang.
Noel meringis kala Putra memukul lengannya mengingat jika Putra itu atlet beladiri dan pastinya pukulannya sangat berbeda dengan orang biasa.
" Lo aja deh, gue malas. "
" Yaelah, bentar doang kok. "
" Gue gak bisa. "
" Halah lo gak usah bohong! Gue tau lo bisa main basket. "
" Haishhh, iyaya gue ikut! "final sudah keputusan Noel yang pada akhirnya ikut ajakan Putra untuk bermain basket.
" Bentar gue naruh kacamata dulu! "Putra menganggukkan kepalanya kala Noel ijin padanya sebentar.
Noel melepaskan kaca matanya yang bertengker dipangkal hidungnya lalu ia taruh kaca nata miliknya di kursi panjang yang didudukinya tadi, kini dirinya ikut bermain basket bersama teman-temannya.
Selang beberapa menit kemudian...
Keringat bercucuran disisi wajah Noel apalagi kini Noel tidak memakai kaca mata membuatnya makin terlihat menjadi lelaki cool dan tidak seperti biasanya yang selalu tampil rapih dan culun. Olahraga yang dipakai pun berantakan begitupula rambut hitamnya yang sudah panjang ikut berantakan. Teman sekelasnya terutama kaum hawa menatap kagum pada Noel yang terlihat seksi bahkan ketampanan yang selalu disembunyikan itu terkuak.
"Wah gak nyangka lhoh, kalau dia cakep juga. "
" Yaampun El ganteng banget sih! "
" Gilaaa, jantung gue! "
" Noel sangat seksi, ya Tuhan! "
Berbagai komentar kagum para siswi yang melewati di pinggir lapangan menatap Noel sedang serius bermain basket dan salah seorang siswa tengah berjalan di koridor dekat lapangan tak sengaja menatap lapangan yang di sana terdapat beberapa anak lelaki tengah bermain basket tapi yang membuat dirinya penasaran pula ketika indera pendengarannya mendengar nama yang familiar di sebut - sebut oleh para siswa tengah lewat di sini. Gadis itu menatap ke lapangan dan kedua matanya tiba-tiba tertuju pada salah satu siswa yang tampak ia kenali, lelaki yang selalu ia ejek dan ia kira cupu itu sangatlah tampan saat ini.
"Wah ada hot news, harus lapor Siska nih! "gadis itu memekik kegirangan dan membalikkan tubuhnya untuk menuju kelasnya setelah ia tadi ijin ke kamar mandi.
Sedangkan di sisi lain...
" Lo tau gak rasanya malu? Apa lo pernah rasain rasanya malu itu gimana? "tanya Siska menatap tajam pada Bella.
Bella sudah menduga jika Siska masih mengungkit-ungkit hal yang kemarin.
" Ya taulah gue. "Bella meringis melihat Siska menggebrak bangkunya sangat keras tapi Siska tak peduli telapak tangannya yang memerah.
Beberapa murid di kelas ini pun menatap ke arah Siska heran tapi mereka langsung melakukan aktivitas yang tertunda saat melihat Siska menatap tajam mereka.
"Gue malu Bella!" teriak Siska sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Kenapa lo gak bilang dari dulu sih! Kalau si cupu itu anak orang kaya bahkan kaya dia dibanding gue! "
Bella bingung harus jawab apa karena Noel tak memperbolehkan dirinya berbicara sejujurnya.
" Hisshhh kalau gue ketemu lagi sama tuh anak, gue malu! "
" Ternyata lo masih punya malu ya? "tanya Bella sambil menggaruk tekuknya tak gatal.
" Bella..."geram Siska.
"Udahlah gak usah terlalu dipikirin lagian Noel itu anak baik. "
" Gak gitu maksud gue, gue takut kalau nyokapnya Noel itu tau kalau gue yang rusakin sepeda Noel. "
" Udah tenanglah Sis, keluarga Noel itu terkenal baik dan ramah. "
" Ya bener juga sih. "Siska menghela napasnya lesu.
Memang hari ini tak ada pelajaran sebab para guru sedang rapat tapi siswa-siswi dilarang keluar kelas. Peraturan sekolah yang sangat ketat membuat Siska berpikiran seperti itu, bahkan di sudut manapun cctv itu ada dan siswa yang membolos atau keluar sekolah ini pun jarang sebab satpam sekolah sini sangat banyak dan penjagaannya pun ketat sekali.
"SISKA!! "Suara pintu terbuka bersamaan dengan suara teriakan dari seorang gadis berambut pirang tengah berlari ke arah bangku Siska.
" Apa sih Vit! Ngagetin gue aja deh lo! "sentak Siska yang merasa kaget mendengar suara teriakan dari temannya itu.
" Minggir-minggir! "Vita menarik Bella untuk segera beranjak dari tempat duduknya, ya tempat yang diduduki Bella adalah tempatnya.
" Iyaya elah, sabar dong! "Bella menghentakkan kakinya lalu menuju bangkunya yang memang dirinya sebangku dengan Siska sedangkan Vita duduk di bangku depan mereka.
" Gue gak bisa sabar, eh ya mending lo ikut aja deh Sis! "Vita menjentikan jarinya ketika ide cemerlangnya muncul lalu menarik tangan Siska agar ikut berdiri.
" Eh eh apa- apaan sih lo! "Siska berusaha melepaskan tangan Vita yang berusaha menarik tangannya.
" Udah ikut gue aja sekarang! "
" Lo mau bawa Siska kemana sih? "tanya Bella yang bingung menatap Vita yang seperti buru-buru.
" Udah ikut aja! Kalau lo mau ikut yaudah ayo ikut gue! "
" Oke oke gue ikutin kata lo tapi please deh lepasin tangan gue! "Siska pun pasrah pada temannya itu yang memiliki sifat keras kepala melebihi dirinya.
...
" Sekarang gue bener bener minta kita putus dan ini sudah keputusan final gue Zo lagian apa yang kita lakukan itu adalah dosa. "
" b******k lo Van! "
Dua lelaki remaja tengah berada di taman belakang sekolah yang sepi sebab masih jam pelajaran walau tak ada gurunya.
" Maaf gue ingkar janji kita. "
Kenzo diam dengan kedua tangannya yang terkepal.
" Gak! Lo pasti bohong kan? Meskipun berulang kali lo bilang gitu, kita tetap bersama kan? Lihat buktinya kita masih bersama padahal kemarin lalu lo juga ngomong kayak ini. "
Devan memijit pangkal hidungnya merasa pening dikepalanya, ada rasa tak tega dihatinya mengingat ia selalu memberi janji pada Kenzo membuat Kenzo selalu begini.
" Kenzo... Sekarang ucapan gue ini bener dan serius. "Devan menatap Kenzo serius dan tak ada gurauan diucapannya.
Tiba-tiba Kenzo tertawa dan kepalanya ia tolehkan ke kanan dan ke kiri serta senyuman miring ia perlihatkan. Kakinya mendekat ke arah Devan namun Devan tak curiga dan masih berdiri di tempatnya.
Bruk'
Suara pukulan sangat kerasa mengenai rahang Devan hingga membuat lelaki itu jatuh tersungkur ke samping.
"Puas lo?! Puas bikin hati gue sakit! "Kenzo menarik kerah leher seragam Devan hingga membuat Devan mendongak menatapnya.
" Gue dijodohin, walau begitu gue memang pengen jadi laki-laki normal Zo,"lirih Devan membuat Kenzo menggeram.
Bruk'
Pukulan mengenai salah satu sisi pipi Devan hingga membuat ujung bibir Devan mengeluarkan darah segar, ya pukulan itu dari Kenzo.
"Lo udah gak cinta sama gue? "Kenzo mendorong tubuh Devan hingga membuat tubuh Devan tersungkul ke belakang.
Devan tak membalas sebab ia tau inilah akibatnya jika memberi janji manis pada Kenzo, Kenzo mempunya sikap tempramental membuatnya tak bisa mengendalikan emosinya.
" Gue gak akan biarin lo setelah ini bebas! Lihat aja nanti! "ancamnya pada Devan yang sudah lemah tak berdaya di atas rumput taman belakang sekoah.
Wajah Devan dipenuhi luka lebam sedangkan Kenzo yang sudah patah hatinya pergi meninggalkan Devan dengan rasa sesal yang membara.
Sebelum Devan tak sadarkan diri samar-samar ia mendengar suara seseorang yang sangat familiar diindera pendengarannya.
...
"Duh Fio kemana sih? Cepet banget larinya,"gerutu seorang gadis remaja berkepang dua serta tak lupa kacamata berbentuk bulat berukuran sedang melihat sekitar koridor sekolahan yang dimana dirinya berada di area ruang guru.
"Ah cari aja deh, lagian Resha masih belum capek. "gadis itu Resha tengah melangkahkan kakinya pelan sesekali dirinya menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keberadaan Fio, temannya yang suka menghilang sangat cepat itu.
" Yahh ini kan mau ke taman belakang, masak iya sih Fio ke sini? "Resha membenarkan letak kacamatanya yang hampir melorot ke bawah.
Bruk'
Resha tersentak kaget dan menoleh ke arah kanan terdapat gerbang yang menuju ke taman belakang itu terbuka secara paksa hingga bunyi berdenting sangat nyaring.
" Kenzo! "pekik Resha sangat senang bertemu sang pangeran pujaan hatinya.
Sosok lelaki tampan tersebut napasnya memburu karena suatu alasan yang membuat emosinya meluap menoleh ke arah asal suara yang memanggilnya ternyata orang yang memanggil namanya ada di depannya.
Kenzo memutar bola matanya malas lalu berjalan menghampiri gadis tampang cupu itu bukan berniat menghampiri tapi menabrak bahu gadis itu hingga membuat gadis itu tersungkur ke belakang.
"Awww! "ringis Resha ketika pantatnya terasa sangat sakit, ia jatuh mengenaskan hingga membuat kaca matamya ikut terjatuh lalu pecah tak beraturan.
Kenzo menghampiri gadis itu dan tangannya mencekik leher Resha. Mulut Resha terbuka ketika merasakan sesak melandanya saat ini, kedua tangannya berusaha melepaskan tangan Kenzo yang mencekik lehernya.
"Dasar sampah! "Kenzo meludah ke sampingnya lalu mendorong gadis itu dan ia pun berdiri kemudian kakinya menginjak kaca mata gadis cupu itu hingga makin membuat benda itu hancur.
Resha menangis melihat kaca matanya yang telah rusak mengenaskan apalagi dirusak oleh Kenzo, sang pujaan hatinya.
"Napa lo nangis sih! "sentak seseorang membuat Resha mengerjapkan kedua matanya berkali-kali.
Dahi Resha mengkerut melihat sekitar dan seketika teringat, ia bernapas lega jika ini hanya lamunan saja. Gadis itu tersenyum lebar sambil memegang kaca matanya yang ternyata tak kenapa-napa kemudian ia menatap ke depan dan seketika tubuhnya menegang melihat Kenzo berdiri di hadapannya sambil kedua matanya menatapnya tajam.
" Lo kalau ngelamun ingat tempat dong! "seperti biasa Kenzo selalu berkata kasar padanya.
" Maaf,"lirih Resha yamg terlihat ketakutan, terbayang-bayang saat ia melamun tadi jika Kenzo akan mendorong tubuhnya hingga terjungkal ke belakang lalu---
"Woyy lo kenapa! "bentak Kenzo lagi yang kini kakinya melangkah mendekatinya dan itu reflek membuat Resha melangkahkan kakinya mundur ke belakang.
" Nih anak ya! "Kenzo pun langsung meraih tangan Resha hingga membuat tubuh Resha tersentak kaget dan berusaha melepaskan tangannya yang di tarik paksa oleh Kenzo.
" kamu mau bawa aku kemana? "Resha menatap takut-takut pada Kenzo yang menarik tangannya sangat kasar sekali dan ia yakin jika tangannya memerah.
" Ikut aja! "Akhirnya Resha pun diam sambil menahan sakit ditangannya.
Mereka tak menyadari setelah pergi dri tempat ini, seorang gadis yang menjadi tujuan Resha ke tempat ini sedang berjalan ke tempat ini sambil kepalanya menoleh ke kanan dan kiri serta tak lupa memanggil nama temannya itu.
"Resha? Woyyy? Nih anak kemana sih? "Fio mengacak-acak rambutnya ketika tak jua menemukan Resha.
" Ngapain coba anak itu ngikutin gue, jelas-jelas gue di suruh sama guru malah ngintil tuh anak eh sekarang malah ngilang! "
" Nyusahin! "Fio menghela napasnya kasar menatao sekitar koridor yang sepi.
" Apa di taman belakang ya? "
" Yaudah deh, gue cari di sana. "Fio pun berjalan menuju gerbang yang tertutup namun tak terkunci.
Ia membuka gerbang itu pelan dan saat ia menatap ke depan tak menyangka ia malah menemukan seseorang tengah berbaring lemas di atas rumput hijau membuat dirinya reflek berlari ke arah laki-laki itu. Kedua mata Fio membulat dan menatap khawatir saat mengetahui wajah lelaki itu dipenuh luka lebam.
...
Kedua iris itu mulai terlihat saat pemilik kembali menunjukkan atensinya. Kedua tangannya juga mulai bergerak sedikit lalu ia mengerjapkan kedua matanya pelan untuk mengatur cahaya yang masuk pada retina matanya. Kepalanya sedikit pening namun saat ia merasa tak sendiri di sini membuat ia langsung duduk dengan gerakan melambat sebab ada seorang gadis tengah tertidur pulas dengan duduk di kursi samping brangkar juga melipatkan kedua tangannya sebagai tumpuan kepalanya untuk tidur.
Lelaki itu ialah Devan menatap gadis itu dengan raut wajah yang bingung, wajah gadis itu tertutup dengan rambutnya membuat Devan makin penasaran saja. Devan menebak jika itu Fio, tapi aneh saja sekarang gadis itu mau menggerai rambutnya biasanya dulu ia sangat suka dikuncir kuda.
Kedua tangannya terulur menuju ke arah rambut itu dan mencoba menyingkirkan anak rambut nakal gadis tersebut kemudian diselipkan ke belakang daun telinganya. Ujung bibir Devan membentuk lengkungan yang sangat indah yaitu senyuman manis menyejukkan. Gadis terkenal galak sedari kecil itu kini berada di sampimgnya, ia masih hafal dan yakin itu itu adalah sahabat kecilnya. Perasaan bersalah pun muncul kala mengingat ia juga memberi janji manis pada gadis itu, membuat ia sadar tak mungkin jika kesalahannya akan dimaafkan oleh gadis itu.
Fio
"Kamu makin cantik dan imut Iyo. "Devan mengusap lembut pipi Fio yang tak sechubby saat masih kanak-kanak.
Devan juga melihat jika lengan tangan Fio berbeda dengan para gadis lainnya, urat tangan Fio sedikit menonjol layaknya seorang atlet. Devan terkesiap dengan kedua matanya yang melotot sebab tiba-tiba Fio langsung duduk tegap dan menatap tajam padanya.
"Lo berani nyentuh gue? "
" Ah bukan gitu, aku hanya ingin lihat siapa yang berada di sampingku dan itu ternyata kamu. "Devan menatap sendu pada Fio.
" Oh gitu, yaudah kalau lo sadar gue bisa balik lagi. "
" emang ini udah jam berapa? "tanya Devan dengan raut wajah yang bingung.
" Lihat aja sendiri, nih ngaca muka lo. Kalau memang gak bisa bertengkar ya gak usah bertengkar! "ucapan Fio seperti biasa dengan disertai nadanya yang kasar. Gadis itu melempar cermin pada Devan tepat dipaha lelaki itu.
Devan mengambil cermin itu dan menatap wajahnya yang penuh lebam tapi yang membuatnya ia heran adalah jika lukanya sudah diobati.
"Gue yang ngobatin luka lo. "Fio menatap Devan yang bingung.
Fio mulai melangkah berjalan menuju pintu tapi segera tangan Fio ditarik oleh Devan hingga membuat Fio menghentikan langkah kakinya.
" Terima kasih, "ucap Devan sambil tersenyum.
" Hmm. "Fio mengangguk saja lalu Devan melepaskan tangannya yang menarik tangan Fio.
" Kamu baik, masih sama kayak dulu. "ucapan Devan membuat Fio menghentikan sejenak untuk membuka pintu tapi setelah itu ia membuka pintu itu dan pergi meninggalkan Devan yang sendiri di tempat ini.
...
" Lihat deh si cupu itu, gila gila ganteng cuy! "pekik Vita setelah sampai di pinggir lapangan basket.
Siska dan Bella kompak menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Vita. Siska menatap Noel dari kejauhan, memang benar yang diucapkan oleh Vita saat lelaki yang ia dan kawan kawannya menyebut jika cupu itu berubah menjadi lelaki keren seperti badboy, lihat saja Noel dengan gesitnya mengoper bola dan ia yang memiliki tubuh yang tinggi membuatnya lebih mudah memasukkan bola ke dalam ring basket itu.
Siska meneguk ludahnya pelan ketika cowok itu juga menoleh dan menatapnya dari lapangan basket tapi beberapa detik kemudian sebuah bola basket yang sebenarnya untuk dioper ke Noel malah mendarat dikepala cowok itu sebab pandangan Noel fokus pada Siska bahkan lelaki itu tersenyum lebar.
"Awas! "teriak Siska dengan kedua matanya melotot melihat Noel yang tubuhnya tersungkur ke samping.
Semua teman-teman Noel terlihat membantu lelaki itu dan pastinya itu sangat membuat kepalanya pusing sebab basket yang dilemparkan tadi sangat kencang.
Siska berlari kecil menghampiri Noel yang dikerumuni banyak orang sedangkan Vita tampak bingung tapi jika Bella malah tersenyum kecil.
" Minggir-minggir! "Teriak Siska pada kerumunan itu.
Teman-teman Noel nampak terlihat keheranan kala Siska datang ke kerumunan ini, gadis itu berjongkok dan tampak khawatir seraya memegang tangan Noel yang kini memegang pelipisnya.
" Lo gapapa kan? "tanya Siska dengan raut wajah yang sangat cemas pada Noel.
Noel menoleh menatap seseorang yang mengkhawatirkan dirinya dan ia bingung mengapa ada Siska di sini?
" Kamu kenapa di sini? "tanya Noel pada Siska.
Siska gelapan saat diberi pertanyaan seperti itu oleh Noel, pandangannya ke atas menatap sekitar yang nampak mulai ramai dan itu adalah teman sekelas Noel semua. Siska meringis kala menyadari apa yang dilakukannya saat ini, itu sungguh membuatnya malu.
Noel menatap heran melihat Siska yang langsung berdiri dan saat itu juga Noel pun meraih tangan Siska ketika gadis itu akan pergi dari sini. Muka Siska memerah malu ditatap aneh oleh teman-teman Noel apalagi dirinya yang terkenal suka membully Noel tiba-tiba saja kesini karena mengkhawatirkan Noel kan itu sangat aneh bagi mereka. Entahlah sebenarnya karena perasaannya membuatnya ke sini, ia tidak tau mengapa bisa reflek khawatir pada Noel yang bukan siapa siapanya bahkan ia sangat tak menyukai lelaki cupu itu.
Noel segera berdiri ketika Siska ingin melepaskan tangannya, lelaki itu menyuruh teman-temannya untuk bubar dan berkata jika ia baik-baik saja. Noel menarik tangan Siska dan berjalan cepat menuju ruang kesehatan.
"Lepas! "bentak Siska yang berusaha melepaskan tangan Noel yang menarik tangannya.
" Sekarang aku tanya, "ucap Noel yang kini menghentikan langkahnya dan menatap Siska yang wajahnya kini terlihat kesal padanya.
" Apa? "tanya Siska jutek.
Noel menghela napasnya pelan," kamu ke sana karena khawatirin aku kan? "
" Eh? Enggak kok, yee geer deh lo! "Siska langsung menggelengkan kepalanya.
" Aku gak tuli lhoh tadi kamu bilang 'lo gapapa kan' nah mau bohong apa lagi? "
" Siapa yang bohong sih, gue gak bohong! "suara ketus Siska membuat Noel merasa gemas sendiri.
" Siapa yang bohong? Ya kamu lah. "
" udah gue bilang, gue gak--pelipis lo! "pekik Siska menatap ngeri pada pelipis Noel yang terlihat berdarah bahkan keringat Noel yang berada disekitar sisi kepalanya sebelah kanan juga bercampur dengan darah.
" Kenapa sama pelipisku? "tanya Noel santai walau sebenarnya ia merasakan perih dipelipisnya apalagi kepalanya juga ikut pusing.
...
Noel tersenyum menatap Siska yang tengah mengobati pelipisnya, terlihat jelas wajah Siska yang nampak cantik dari dekat seperti ini.
" Gak usah geer ya, gue nolongin lo karena lo dulu pernah nolongin gue. "
" Iyaya. "Noel menurut saja apa yang diucapkan Siska padahal itu udah seberapa kalinya Siska mengucapkan kata itu
Noel tau Siska memiliki sifat gengsi yang sangat tinggi, ia juga sempat melihat raut wajah Siska yang sempat khawatir sebelum Siska menatap tajam padanya.
"Udah. "selesai sudah Siska mengobati pelipis Noel dan tak lupa diberi penutup luka.
Siska membereskan kotak obat dan dikembalikan ke dalam lemari kaca. Noel menarik tangan Siska lagi mungkin lelaki itu sangat hobby sekali menarik tangan Siska secara tiba-tiba.
"Apaan sih?! "
" Terima kasih. "Noel mengulurkan tangannya untuk mengajak Siska bersalaman.
" Hmm, alay! "Siska menepis tangan Noel membuat Noel merasa gemas sendiri melihat Siska yang gugup sekarang.
" Yang niat dong. "
" Gue mau balik! "teriak Siska yang merasa dipermainkan.
"Santai aja elah jangan teriak-teriak gitu!"tegur Noel tapi tak membuat Siska merasa takut padanya.
" Serah gue, ini mulut gu--uhuk uhuk. "Tiba-tiba Siska terbatuk-batuk karena tersedak air liurnya sendiri.
" Nih minum, kan udah dibilangin ngeyel sih ya jadi gini deh. "Noel langsung mengambil gelas bersih dari dalam lemari kaca dan diisikan air mineral kemudian diberikan pada Siska agar batuknya segera mereda.
" Salaman. "Noel menjulurkan tangannya sambil tersenyum menatap Siska yang wajahnya malah memerah padam.
Sebelum membalas uluran tangan itu Siska memutarkan kedua bola matanya malas.
" Moga kita ketemu lagi ya? "Noel terkekeh ketika mengucapkan itu, Siska melototi dirinya.
" Ogah! "
...
" Gila gila gila, si Noel ternyata ganteng juga ya! "pekik Vita merasa puas apa yang dilihatnya tadi.
" kalau direnovasi dikit penampilannya makin cakep aja tuh anak."kedua mata Vita berbinar-binar membayangkan wajah tampan Noel tadi.
Bella merasa malas dan bosan mendengar ocehan Vita yang tak jelas baginya, ia sesekali melirik ponselnya berharap Siska membalas pesannya sebab ia sudah memberitahukan pada temannya itu jika dirinya dan Vita ada di Kantin.
"Emang bangunan lo renovasi? "seseorang tiba-tiba muncul dan membuat kedua temannya kaget.
" Siska ishhh lo bikin jantung gue copot deh! "Vita mengerucutkan bibirnya maju kedepan.
"Aminnn,"ucap Bella dengan nada yang semangat.
" mulut lo! "
" cantik! "
" Iihkkk! "Vita merasa geram dan ingin menjambak rambut Bella namun segera dihentikan oleh Siska.
" Kalian bisa diem gak? "Siska menatap tajam kedua temannya itu yang mulai bertengkar seperti anak kecil.
" iyaya,"ucap kedua temannya itu bersamaan.
Baru saja duduk Siska sudah kena semprotan pertanyaan oleh Vita.
"Gimana? Gimana? "
" Tadi si cupu itu narik tangan lo kan? Ah jadi iri seharusnya gue yang ditarik. "
" Padahal gue dulu yang lihat dia tampil berubah eh malah lo yang duluin gue lari ke Noel. Dinotif pula. "
Bella memutarkan bola matanya malas sedangkan Siska nampak kesal pada Vita yang memiliki lambe tur*h itu.
" Sekarang gue mau dapetin dia! "pekik Vita yang tak disadari jika Siska menahan emosi saat ini.
" Diem! "bentak Siska membuat Vita diam tak mengoceh lagi.
Bella cekikian sendiri melihat Siska yang sepertinya cemburu oleh perkataan Vita.
" Please, gak usah bahas cowok cupu itu! "Siska menatap memohon pada Vita.
Masih aja gak ngaku-batin Bella.
" Elah padahal ganteng lhoh, lo tau sendiri kan kalau gue suka gosipin cowok ganteng. "Vita nampak murung lalu punggungnya disenderkan ke dinding sebab di duduk dekat dinding.
Siska merasa bingung pada diri sendiri, mengapa ia bisa merasa khawatir pada Noel padahal ia jelas tak menyukai lelaki itu dan mengapa ia juga merasa tak suka jika Vita akan mencoba mendekati Noel. Itu sungguh membuat emosinya makin meluap saat ini.
"Jangan gengsi ntar ada yang ngambil, lo juga yang sakit hati. "Bella menepuk pundak Siska agar temannya itu sadar pada diri sendiri.
" Apaan sih Bel. "
Vita menatap kedua temannya, ia merasa mereka telah menyembunyikan sesuatu apalagi ia mengingat jika Bella tak merasa kaget melihat Noel yang tampilannya nampak berubah bahkan temannya yang juga senang menggosipi cowok ganteng itu malah bosan mendengar dirinya bercerita tentang Noel tadi.
...
"Gimana? "tanya seorang cowok berkaca mata itu pada temannya yang nampak sedang mengerjakan tugas.
" Yang neror gue gitu? "tanya balik temannya itu tapi dengan suara yang sedikit melirih sebab ia sadar jika masih di dalam kelas yang nampak ramai.
" Iyalah, siapa lagi kalau bukan itu yang gue bahas. "
" Seminggu ini masih belum ada yang neror gue, aneh juga tapi gue gak mikirin itu yang gue pikirkan saat ini bagaimana bisa membuat Fio percaya sama gue. "Devan menjawab tanpa menoleh ke arah Ruri.
"Emang lo udah putus sama Kenzo?" bisik Ruri yang masih menghargai temannya itu agar tak didengar oleh teman sekelasnya.
"Udah Rur,"balas Devan.
"Oh jadi wajah lo bonyok gini gara-gara dia? "tebak Ruri.
" Iya Rur, tapi mau gimana lagi gue memang udah niat pengen berubah sejak ketemu Fio. "
" Katanya lo dijodohin. "
" Lha maka dari itu, gue pengen cepetan bisa deket Fio lagi. "
" Memang susah ya deketin cewek lo alias teman semasa kecil lo? "
" Ya gimana yah? "Devan sedikit malu jika menceritakan unek-uneknya pada temannya itu.
"Oh ayolah ceritakan, gue udah kepo angkut nih! "pakaa Ruri.
" Sebenarnya dia udah tau kalau gue gay Rur. "
" Apa? "teriak Ruri sambil kedua matanya melotot tak menyangka dengan ucapan temannya itu.
Ruri nampak meminta maaf ketika teman-temannya menegurnya agar ia tak berisik sebab ini waktunya mengerjakan tugas yang dimana tugas itu banyak tapi harus dikumpulkam sebelum jam pelajaran berganti. Itu yang tidak disukai oleh beberapa murid di sekolah ini entah bukan hanya di sekolah ini saja tapi bisa jadi sekolah lain juga.
"Lo gak asik ah! "Devan nampak kesal pada temannya itu, inilah yang membuat dirinya tak mau bercerita jika masih berada di sekolah.
" Yaya gue mintaa maaf, entar aja waktu sekolah lo harus cerita sama gue. "
...