Aku menatap dengan tajam mereka berdua yang masih terlihat berada dalam dunia sendiri. Hingga pandangan mataku tanpa sengaja bertemu dengan kelereng kembar milik Hellen. Gadis itu semakin tersenyum lebar menatapku. Dengan penuh antusias Hellen bergerak menarik tangan Jason untuk menuju ke arahku.
Apa lagi sekarang? Aku berteriak kencang dalam hati. Sepertinya Hellen benar-benar tidak mengerti apa yang tengah kurasakan saat ini. Gadis itu masih bergerak menarik tangan Jason dengan senyuman lebarnya. Hingga pada akhirnya mereka berdua telah sampai di hadapanku. Aku melempar tatapan tajam pada Jason yang juga tengah membalasku dengan pandangan meminta dihujat.
Kami berdua saling melempar tatapan tajam tanpa berniat untuk mengalah lebih dulu. Bedanya, aku masih bisa melihat wajah Jason yang sedikit memicingkan mata dan tersenyum miring, nampak telah memenangkan lotre dariku. Sungguh aku muak melihatnya.
“Danny, mungkin kau tidak tahu. Tapi aku dan Jason tengah berkencan sekarang.”
Ucapan Hellen rasanya seperti sebuah sambaran petir bagiku. Hal yang paling tidak kuinginkan akhirnya benar-benar terjadi. Hellen berkencan dengan pria sialan seperti Jason! Tidak. Lebih tepatnya Hellen telah kembali terperdaya akan bujuk rayuan pria sialan itu. Aku yakin itu!
Aku menatap Hellen dengan wajah terkejut sekaligus tidak percaya. Melihat tatapanku saat ini, aku yakin Hellen langsung merasa tidak enak hati. Terbukti dengan senyuman lebarnya yang lalu memudar secara perlahan. Gadis itu nampak kikuk di hadapanku. Bahkan Hellen kini menundukkan kepalanya seakan menghindar dari tatapanku.
“Hallo Danny. Aku telah mendengar kabar kejadian itu. Kau pasti sangat ketakutan bukan? Tapi aku ikut senang mendengar kabar dan melihat sendiri bahwa kau telah baik-baik saja sekarang. Kau beruntung bukan?”
Aku merasa tidak ingin melihat wajah tengil itu. Aku yakin ini adalah satu-satnya alasan Jason melempar pandang sebagai pemenang di hadapanku. Karena dia berhasil mengencani Hellen secara terang-terangan selama aku tidak ada. Sungguh aku merasa ingin melempar wajah itu ke tempat sampah. Tapi aku berusaha untuk menahan diri.
Aku hanya melirik Jason sekilas dengan tajam, sebelum kemudian kembali beralih ke arah Hellen lagi. Jika aku memiliki kekuatan sinar laser dalam pandangan mataku, maka aku yakin tubuh Hellen sudah dipenuhi dengan lubang saat ini. Aku merasa kecewa pada Hellen. Sangat, sangat kecewa. Kenapa dia begitu bodoh sekali kembali berkencan dengan pria b***t seperti Jason?!
Gigi gerahamku kembali bergemeletuk dengan keras menahan geram. Dan semakin tersentak kaget ketika aku melihat tangan Jason menarik tubuh Hellen untuk merapat ke arahnya, dan merangkulnya dengan mesra. Seakan pria itu sengaja ingin menunjukkan kepadaku bahwa Hellen telah menjadi miliknya. Aku langsung melempar tatapan tajam pada Jason.
“Kau membuat pacarku menjadi sedih atas kabar kematianmu, Danny. Karena itu, jangan membuat masalah lagi. Meski aku siap untuk menghapus air matanya kapan pun itu, namun tetap saja aku tidak ingin melihat Hellen terpuruk lagi. Apa kau mengerti?”
“Jason,” tegur Hellen dengan suara mencicit. Mata gadis itu sesekali akan menoleh ke arahku dengan takut-takut. Kulihat wajah Jason semakin cerah. Bibirnya tersenyum lebar mendengar teguran Hellen yang jelas terdengar takut-takut itu.
Sepertinya Jason tahu bahwa Hellen tidak ingin melihatku dan dia kembali bertengkar seperti biasanya. Jason melirik ke arahku sembari memajukan wajahnya ke arah Hellen.
“Baiklah, baiklah, aku mengerti Sweety. Aku akan diam.” Jason mengecup dengan suara yang sengaja dikeraskan pada kening Hellen. Aku tahu dia ingin membuatku semakin merasa marah akan kemesraan mereka berdua. Aku hanya bisa menatap lurus adegan roman picisan di depanku ini dalam diam.
“Aku akan pergi lebih dulu dengan teman-temanku. Nanti malam aku akan menjemputmu, Sayang. Bersiaplah,” pesan pria itu sembari mengusap pipi Hellen dengan lembut, lalu melempar cengiran tengil kepadaku, kemudian melangkah pergi. Bergabung kembali bersama teman-temannya, entah menuju ke mana. Aku bisa merasakan Hellen kini mendekatiku dengan perlahan.
“Danny,” cicit Hellen memanggil namaku. Aku tahu Hellen akan membahas hubungannya dengan Jason saat ini. Tapi aku merasa sudah terlanjur muak dengan mereka berdua. Aku menolak menatap Hellen yang kini berdiri di hadapanku. Aku lebih senang melihat tembok dibanding wajah manis itu.
“Aku tahu, kau pasti terkejut dengan kabar ini Danny. Tapi kau tahu, Jason selalu menemaniku di saat aku terpuruk akan kehilanganmu. Dan aku masih memiliki rasa kepadanya. Maksudku,” Hellen menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan pelan. Mencoba memberanikan diri untuk mengatakannya kepadaku. “Maafkan aku.”
Kata maaf yang terucap dari bibir Hellen justru semakin membuat hatiku sakit. Untuk apa dia harus meminta maaf? Aku merasa lucu sekaligus geram. Aku merasa bodoh. Untuk sesaat kemarin, bahkan sampai detik sebelum Jason datang, aku merasa hubungan di antara kita akan menjadi berubah genre. Ternyata aku salah.
Hanya aku yang merasa di atas awan dan berpikir kita akan menjadi lebih dari teman dekat. Hellen tidak pernah berpikir sama tentangku. Dia masih mencintai pria b******n seperti Jason. Aku merasa benar-benar bodoh sekarang. Bagaimana besarnya tubuhku berubah di mata Hellen, aku akan selamanya tetap menjadi seorang teman untuk Hellen. Tidak akan menjadi lebih dari itu. Dan aku telah sadar sekarang mengenai kenyataan itu.
“Aku akan pergi lebih dulu,” ucapku kemudian. Nadaku terdengar begitu datar. Aku segera beranjak dari hadapan Hellen. Namun segera kurasakan tarikan dari tangan Hellen yang mencoba untuk menahanku.
“Aku akan mengantarmu, Danny. Bukankah kita akan pergi ke ruang guru bersama?”
“Aku bukan anak kecil lagi Hellen. Aku bisa pergi sendiri,” jawabku dengan tegas. Aku melepaskan kedua tangan Hellen dari lenganku dan beranjak dari tempat itu. Namun sebelum itu, aku kembali berbalik ke arahnya.
“Dan selamat atas hubungan kalian berdua. Kuharap kau bahagia bersama dengannya.” Setelah itu aku benar-benar pergi meninggalkan Hellen tanpa berniat menoleh kembali. Aku hanya ingin pergi melarikan diri dari tempat itu. Aku merasa mendidih hingga aku takut akan melontarkan kata jahat pada Hellen ketika aku masih tetap bersamanya tadi. Ini benar-benar melukai harga diriku entah bagaimana caranya.
Aku mempercepat langkahku menuju ruang guru dan melakukan apa yang harus kulakukan di sana. Sebisa mungkin aku ingin menjaga jarak dari Hellen untuk sementara waktu hingga aku merasa lebih tenang dari sebelumnya. Tiap pergantian pelajaran aku akan berusaha sesibuk mungkin hingga Hellen akan berpikir dua kali untuk menggangguku.
Bahkan aku juga tidak mendatangi kantin dengan gadis itu. Yang satu ini bukan karena ulahku. Tapi karena ulah Jason yang langsung menculik Hellen dan membawanya pergi menjauhiku. Jason mengajak Hellen untuk bergabung bersama kelompoknya yang jelas itu bukan tempat yang cocok untukku. Kesal. Rasanya aku sangat kesal. Tapi aku hanya membiarkannya saja.
Aku hanya mencoba bersikap biasa di depan mereka semua. Aku mengambil nampan makananku sendiri dan mengambil tempat dudukku sendiri tanpa memedulikan tatapan mata Hellen yang menunjukkan tatapan penyesalan atau apalah itu, aku tidak perduli lagi. Aku hanya menikmati makan siangku dengan secepat mungkin, lalu segera beranjak dari tempat itu setelah menyelesaikannya.