Bab 37

1158 Kata
*** “Apa yang harus kulakukan Hellen? Rasanya aku hnaya ingin mengembalikan waktu dan menahan kepergian Dave. Aku begitu takut jika terjadi sesuatu padanya hiks. Astaga kenapa aku begitu bodoh untuk mengijinkan dia pergi Hellen?”   Laura tidak henti menyalahkan diri sendiri atas apa yang telah menjadi keputusannya itu. Hellen sendiri hanya bisa terdiam mendengarkan segala keluh kesah Laura saat ini. Malam itu Hellen hanya duduk diam dan membantu menenangkan Laura yang nampa begitu kalut akan pikirannya sendiri.   Sementara itu di dalam gua, Dave masih berjuang untuk bertahan hidup melawan monster bersisik ikan itu. beruntung untuk Dave bahwa ransel yang ada di belakang punggungnya memabntu pria itu menahan benturan tubuhnya pada dinding sehingga membuat Dave tidak sampai terluka parah. Setelah tubuhnya terlempar ke samping dan jatuh ke tanah, Dave berusaha sekuat mungkin membangkitkan tubuhnya dan bersiaga untuk melawan monster bersisik ikan itu.   Meski harus bersusah payah dalam memfokuskan pandangan matanya, Dave segera meraih senjata tajamnya yang tersimpan di saku paha. Semua begitu tiba-tiba ketika dalam pandangan mata Dave monster itu sudah berdiri begitu dekat dengannya. Monster itu menatap wajah Dave yang nampak terkejut dengan begitu lekat sebelum kemudian kembali melayangkan sapuan tangan berselaput ikannya pada pria itu.   Sekali lagi Dave terpental ke samping dan berguling cukup jauh. Ketika tubuh Dave akhirnya berhenti, dave dipaksa harus bergerak dengan cepat untuk menghindari serangan injakan dari kaki monster ikan itu. Dave dengan cepat kembali bergulung ke samping lalu melayangkan mata pisau tajamnya pada kaki monster ikan itu. Seketika goresan luka itu menimbulkan darah segar pada kaki tersebut. Monster bersisik ikan itu langsung meraung kesakitan.   Dave langsung bergerak secepat mungkin memosisikan diri untuk bertarung selama monster ikan itu merintih kesakitan di depannya. Tanpa disadari Dave darah segar sudah merembes keluar dari hidung dan sudut bibirnya. Pukulan makhluk itu benar-benar terasa begitu kuat. Tubuh Dave terasa remuk. Setidaknya pria itu merasa yakin bahwa beberapa tulung rusuknya telah patah saat ini dan itu cukup berbahaya untuk pria itu harus bertahan hidup di dalam sarang monster seperti mereka.   Dave meludah ke samping membuang darah yang sudah memenuhi isi mulutnya. Tidak ingin menunggu lama lagi Dave segera menarik senapan yang masih tersampir di sisi tubuhnya. Pria itu bersiap menembak monster bersisik itu dan segera pergi dari tempat itu. Dave berencana bertindak cepat sebelum monster yang lainnya semakin datang berkumpul di tempat itu.   Dor! Suara tembakan yang dilayangkan oleh Dave langsung mengenai d**a makhluk itu. tubuh atas monster itu terdorong ke belakang hingga melengkung ketika menerima serangan peluru dari Dave. Lalu kemudian kembali menegak kembali dan menatap tajam Dave. Hal itu membuat Dave mengumpat kesal.   Pelurunya tidak cukup melukai d**a bersisik ika milik monster itu. dave mulai menyadari bahwa sisik ikan itu juga salah satu pelindung untuk meonster tersebut. Pelurunya akan terbuang sia-sia jika hanya bisa mengenai sisiknya saja. terpaksa, Dave harus kembali melakukan pertarungan jarak dekat. Dirinya perlu menemukan titik lemah yang lain dari monster itu untuk bisa membunuhnya.   Dave kini menunggu dengan hati-hati untuk berhadapa satu lawan satu dengan makhluk besar itu. nampak ekor belutnya bergerak ke sana dan ke mari. Monster itu menatap tajam Dave, lalu dalam sekejab mata Dave harus kembali saling berbenturan dengan monster sisik itu. Menghindar, berkelit ke samping, menahan sekaligus menyerang, lalu menghindar kembali, begitu seterusnya yang dilakukan Dave dalam menghadapi monster sisik tersebut.   Dave harus memaksa tubuhnya untuk bergerak cepat dan lincah agar tidak mendapat serangan mematikan dari makhluk itu. dirinya harus bisa menganalisa juga titik lemah monster tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa monster itu sedikit berbeda dengan monster kecil sebelumnya. Yang satu ini terlihat lebih pintar dan lebih berpengalaman dalam menghadapi serangan musuh. Dan itu cukup merepotkan bagi Dave.   Blakk! Tubuh Dave kembali terpental ke belakang ketika mendapat serangan tiba-tiba dari ekor monster itu. Dave sedikit lengah. Pria itu kembali merasakan tulang rusuknya yang patah dan itu sungguh menyakitkan. Dave terbatuk berdarah di tempat. Kesempatan itu tidak dilewatkan oleh monster sisik ikan itu.   Dengan penuh rasa antusias dan senang monster itu berlari menerjang Dave tanpa ampun. Perasaan di atas awan dari monster itu diam-diam dimanfaatkan Dave untuk melancarkan startegi terakhir yang bisa pria itu pikirkan. Secepat monster itu datang mendekat. Secepat mungkin Dave merogoh saku celananya yang lain dan meraih benda hitam di sana.   Dave langsung menempelkan benda itu pada bagian perut monster tersebut, dan seketika aliran listrik mengalir dengan cukup kuat. Stunt gun. Benda kecil beraliran listrik dengan tegangan kuat itu beruntungnya berhasil menyelamatkan Dave dari serangan makhluk itu. nampak makhluk itu langsung melemas tidak berdaya di atas tanah.   Kesempatan itu tidak bisa disia-siakan oleh Dave. Pria itu segera bergerak melarikan diri dari tempat itu sebelum monster itu tersadar dari pingsannya. Dave tahu bahwa tegangan listrik yang dibawanya tidak cukup untuk membuat monster itu terbunuh. Dengan kondisi tubuh yang berantakan Dave akhirnya berhasil keluar dari gua itu dan pergi menjauh.   Aku masih melangkahkan kaki telanjangku menyusuri hutan. Tanpa bisa berpikir lebih dalam aku hanya mengandalkan insting liarku untuk menemukan sesuatu yang bisa menolongku. Tidak tahu sudah berapa lama aku berjalan, yang jelas aku tetap tidak berhenti melangkah.   Suara-suara hewan yang bersembunyi di balik kegelapan hutan berhasil mengusik indera pendengarankan. Suara itu terdengar begitu berisik. Aku tidak tahu apa itu karena bagian otakku yang bermasalah atau aku memang mendengar ada suara tembakan di dekat hutan ini. Aku bahkan tidak melihat satu orang pun dalam perjalanan yang terasa panjang malam ini.   Meski begitu aku mencoba menelusuri suara tembakan yang sempat kudengar itu. hingga akhirnya aku berhenti di tempat. aku merasa lelah melangkah karena tidak menemukan apa yang kucari sedari tadi. di sini nampak begitu gelap dan aku sendirian. Aku menundukkan kepala untuk mengistirahatkan sejenak tubuh lelahku. Sejujurnya aku hnaya ingin menenangkan isi kepalaku yang terasa begitu pening saat ini.   Aku tanpa sadar terbuai akan ketenangan di sekitar hingga tidak menyadari sesuatu datang mendekat. Tubuhku langsung terpental ke samping ketika tiba-tiba aku mendapat serangan dari depan. Aku langsung mengeluarkan darah segar dari mulut dan terbatuk. Merasa terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, sekaligus terkejut dengan apa yang tengah kulihat saat ini.   Seekor monster dengan wujud yang berbeda dari monster sebelumnya kembali datang menyerangku. Monster itu lebih besar dengan tubuh bersisik seperti ikan. Juga memiliki ekor seperti belut. Aku merasa melemas di tempat. Dalam hati berpikir bahwa aku akan kembali dimakan hidup-hidup seperti sebelumnya.   “GRAAHH!” raung monster itu setelah berhasil menghantam keras tubuhku dengan memakai entah apa itu. Aku tidak sempat melihat apa yang terjadi barusan. Merasa tidak memiliki pilihan lain aku segera berlari menjauh dengan tubuhku yang masih berjalan seperti zombie ini. Aku tidak mengerti apa yang salah dengan cara berjalanku.   Semua tubuhku terasa baik-baik saja, tapi kenapa perubahan dari cara berjalanku terasa cukup lama. Aku terlihat seperti seorang balita yang baru saja belajar berjalan. Tentu saja monster itu akan bisa menangkapku dengan mudah. Dan benar saja.   Tubuhku kurusku dengan mudah ditangkap dari belakang oleh monster itu dengan kedua tangan. Aku langsung mengerang merasakan sesak akibat cengkraman dari kedua tangannya yang besar dan berselaput seperti ikan itu. Aku merasa aku akan mati untuk kedua kali setelah ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN