Janisa memang anak yang supel dan ia sangat mudah akrab dengan teman yang baru saja ia kenal, namun itu juga menjadi kelemahannya. Janisa sering kali dikhianati teman-temannya dan juga dimanfaatkan. Kecantikan Janisa juga menjadi buah bibir para lelaki yang melihatnya. Janisa melangkahkan kakinya bersama Nela dan keduanya berbincang mengenai kesukaan mereka yang ternyata hampir memiliki kemiripan, namun Nela lebih menyukai komik dimandikan Kpop seperti Janisa.
"Nah ini ruangan Pak Rayhan," ucap Nela.
Janisa membaca papan nama yang ada didepan pintu ruangan ini dan ia terkejut ternyata Pak Rayhan Dosennya itu memiliki jabatan di Fakultasnya yaitu sebagai pembantu dekan satu. "Astaga ini Bapak ternyata punya jabatan juga," ucap Janisa.
"Beliau itu sangat pintar Janis dan dia itu dosen kebanggaan kampus kita ini, hmmm...Janis lebih baik masuk saja sekarang dari pada nanti Pak Rayhan tambah marah sama kamu loh!" Ucap Nela.
"Kamu temenani aku masuk ya!" Pinta Janisa.
"Nggak Jan, aku tunggu diluar saja," ucap Nela.
"Katanya kamu suka sama Pak Ray," bisik Janisa dengan suaranya yang sangat rendah.
"Aku hanya kagum dan nggak berani juga buat cari masalah sama Pak Ray," ucap Nela yang juga berbicara dengan suara rendahnya agar tidak terdengar oleh orang lain yang berada disekitar mereka.
"Yang diluar masuk!" Perintah seseorang yang berada di dalam ruangan. Suara berat milik dosennya yang membuat hati para mahasiswi perempuan ketar-kerir karena terlalu cinta.
Janisa memegang tangan Nela "Please do'ain aku ya Nel biar selamat dari iblis jelmaan setan," ucap Janisa membuat Nela menelan ludahnya karena seseorang yang baru saja membuka pintu ruangan ini dan ia
menatap dingin punggung Janisa.
"Pokoknya Bapak itu harus bisa ditaklukan," ucap Janisa dan ia mengisyaratkan tangannya dileher seolah ingin memotong leher Pak Dosen tampannya itu.
"Jan..." ucap Nela , ia menelan ludahnya dan ia mengisyaratkan dengan matanya agar Janisa mengerti jika saat ini Rayhan ada dibelakang Janisa.
Janisa menelan ludahnya mengerti isyarat Nela dan ia membalik tubuhnya dengan pelan. "Eh...Bapak," ucap Janisa dan ia mengulurkan tangannya ingin mencium punggung tangan Rayhan.
Rayhan dengan terpaksa memberikan tangannya agar Janisa menjabat tangannya dan mencium punggung tangannya karena hormat. "Masuk!" Ucap Rayhan.
"Iya Pak," ucap Janisa dan ia melihat punggung Janisa yang masuk kedalam ruangan Rayhan. Janisa kagum karena ruangan ini sangat rapi dan bersih. Ia kemudian duduk dihadapan Rayhan dan menatap Rayhan sambil tersenyum ramah. Senyum ramah yang terlihat aneh bagi Rayhan karena seperti menyimpan sesuatu yang berbahaya.
"Kamu mahasiswa baru?" Tanya Rayhan.
"Iya Pak," ucap Janisa.
"Kamu tahu perturan di kelas saya?" Tanya Rayhan.
"Tidak tahu Pak, beneran deh. Sumpah!" Ucap Janisa menujukkan dua jarinya karena ia memang tidak tahu peraturan baru.
"Janisa H.K," ucap Rayhan.
"Iya Pak itu namaku," ucap Janisa.
"Kamu ini nggak sopan sekali berbicara sama orang yang lebih tua," ucap Rayhan kesal.
"Ini sopan loh Pak," ucap Janisa.
Rayhan memperhatikan Janisa yang memang terlihat cantik dengan gaya kasualnya, namun tidak dengan sifatnya yang sepertinya pembangkang. Janisa kesal karena Rayhan menatapnya dengan tatapan menilai dan ia merasa direndahkan saat ini. Janisa membalas tatapan Rayhan dengan juga menatapnya dengan tatapan menilai hingga dengan bodohnya ia harus mengakui jika Rayhan memang benar-benar sangat tampan dan berwibawa.
'Gila mana ganteng banget nih orang, tapi sayang minus banget sikapnya. Apalagi dia berani banget menatap aku kayak gitu,' Batin Janisa.
Mata Rayhan dan Janisa bertemu, keduanya segera mengalihkan pandangannya dan menatap kearah lain karena merasa canggung. "Kamu harus menerima hukuman karena terlambat masuk ke kelas saya!" Ucap Rayhan.
"Kan baru satu kali Pak terlambatnya kasih diskon dong Pak!" Pinta Janisa.
"Saya tidak bisa mentorerir mahasiswa yang suka terlambat karena jika saya tidak memberikan kamu hukuman, nanti akan ada mahasiswa lain yang berani terlambat masuk ke Kelas saya," jelas Rayhan.
"Kalau Mahasiswa lama kan lain cerita Pak, ini aku mahasiswa baru loh Pak," ucap Janisa.
"Baru disini tapi dikampus lain kamu itu mahasiswa lama yang harusnya sudah tamat kuliah. Mana ada universitas yang membiarkan mahasiswanya datang terlambat masuk kelas," ucap Rayhan dingin.
"Pak, saya ini pengecualian ya Pak!" Pinta Janisa dan ia mengerjapkan kedua matanya mencoba merayu Rayhan agar luluh dan tidak memberikan hukuman padanya.
"Tidak bisa, kamu harus saya hukum! Kamu buat paper mengenai SWOT salah satu perusahaan terkenal atau organisasi dan kumpulkan kepada saya dua hari lagi!" Ucap Rayhan membuat Janisa membuka mulutnya. "Sekarang kamu keluar dari ruangan saya!" Usir Rayhan membut Janisa membuka mulutnya.
'Dasar gila...' Batin Janisa berteriak.
"Pak please dong Pak, saya jangan dikasih tugas kayak gitu Pak, hukumannya bersikan kelas saya ya Pak!" ucap Janisa.
"Ada OB yang bersihkan kelas dan saya paling tidak suka mahasiswa yang suka mengatur saya kayak kamu," ucap Rayhan.
Janisa mengepalkan tangannya dan jika kali ini ia membantah dosen ini kemungkinan ia akan mendapatkan hukuman berat dari Jagadta Hutama Kamandaka Kakak sulungnya.
Tanpa pamit Janisa segera keluar dari ruangan ini dan ia melihat Nela yang ternyata masih menunggunya. Nela tahu jika pertemuan Janisa dan Rayhan pasti tidak berjalan dengan baik, terbukti Janisa terlihat sangat marah saat ini. "Pak Rayhan marah sama kamu?" Tanya Nela.
"Marah ini namanya, masa karena terlambat di pertemuan pertama aku sudah harus mengerjakan tugas berat. Arghh...kesel banget," ucap Janisa sambil melangkahkan kakinya menjauh dari ruangan Rayhan.
"Jadi tugasnya apaan?" Tanya Nela yang saat menyamakan langkahnya dengan Janisa.
"Analisis SWOT," ucap Janisa.
"Itu mah gampang di internet banyak," ucap Nela.
"Iya, tapi tetap saja aku kesal, itu orang gantengnya kebangetan tapi angkuh banget ya sama Mahasiswi," ucap Janisa.
"Aku dengar gosip sih dari kakak tingkat, katanya Pak Rayhan itu sering banget digoda mahasiswinya awal-awal jadi dosen disini, bahkan ada yang parah banget sampai ngaku-ngaku punya hubungan gelap sama Pak Rayhan," ucap Nela.
"Mungkin bisa saja iya, nggak ada asap kalau nggak ada api," ucap Janisa.
"Tapi banyak yang nggak percaya dan ternyata Pak Rayhan memang nggak salah, beliau begitu-begitu sholeh banget loh. Sholat nggak pernah tinggal dan dia juga ramah kalau sama orang yang lebih senior meskipun gelar yang dia dapat itu lebih tinggi," jelas Nela.
"Apa Pak Ray itu udah nikah?" Tanya Janisa.
"Belum, makanya dia banyak jadi incaran termasuk Bu Dewi dosen kita juga, beliau itu kalau natap Pak Rayhan kayak ingin memangsa Pak Rayhan," ucap Nela.
"Memangsa memang Pak Rayhan mau dimakan," ucap Janisa.
"Iya, dimakan dalam arti tanda petik, soalnya Bu Dewi itu cantik dan dia terkenal banget di kampus sebagai dosen perempuan yang memiliki sejuta pesona sama seperti Pak Rayhan, jadi mereka berdua cocok. Apalagi Bu Dewi selalu caper gitu kalau ketemu Pak Rayhan," jelas Nela.
"Udah ah bosan membicarakan Bapak Killer, yuk kita ke kantin! Aku lapar banget Nel," ucap Janisa.
"Yaudah ayo!" ucap Nela. Keduanya melangkahkan kakinya menuju kantin dan seorang laki-laki tampan menatap Janisa dengan tatapan kagum. Janisa seolah terbiasa mendapatkan perhatian kaum adam, namun ia berusaha untuk tidak terlihat menyadari tatapan kagum itu agar ia bisa bersikap acuh tak acuh. Bagi Janisa tipe laki-laki yang ingin ia jadikan pacar haruslah tampan setampan idolanya.