Sekarang Giliran Sarah yang Menjodohkan Cinka

1699 Kata
Sebelumnya, Sarah sudah menjelaskan permasalahan yang sedang ia hadapi bersama saudaranya. Agar Cinka segera menemukan jodohnya, Tomi membantu Sarah untuk mencarikan jodoh untuk Cinka. Kebetulan, Tomi memiliki kakak sepupu yang seusia dengan Cinka. Sepupu Tomi itu adalah Lucky, pria tampan yang hidupnya sudah mapan dan sedang mencari pasangan hidup. Melihat kecocokan antara Lucky dan Cinka, Tomi dan Sarah pun berinisiatif menjodohkan mereka. Karena Lucky serius ingin mencari calon istri, Lucky bersedia untuk mendekati Cinka. Malam ini, Sarah dan Tomi sudah membuat janji untuk bertemu dengan Lucky di tempat yang tak jauh dari rumah Sarah. Namun, Sarah dibuat kesal karena Lucky tak kunjung datang. “Sebenarnya kamu jadi ngenalin sepupu kamu sama kakak aku gak sih? Masa jam segini gak dateng-dateng,” ucap Sarah ketika melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. “Jadi dong. Kamu sabar dong baru juga jam segini,” ucap Tomi. “Gimana aku bisa sabar? Kita disini udah sejam tapi sepupu kamu gak dateng-dateng. Padahal sepupu kamu sendiri yang ngajak janjian jam 7 malem tapi dia sendiri juga yang mengingkarinya,” ucap Sarah. “Baru telat sebentar kok,” ucap Tomi membela sepupunya. “Telat satu jam kamu bilang sebentar? Parah ya,” ucap Sarah sambil menggelengkan kepala. Tak lama kemudian, ada mobil mewah yang berhenti tepat di dekat Sarah dan Tomi. Ternyata itu adalah Lucky, sepupu Tomi. Sebagai pengusaha sukses, Lucky sangat sibuk sehingga terkadang tidak memiliki waktu yang cukup selain bekerja. Hal ini karena sebagian besar waktu Lucky ia gunakan untuk bekerja. “Sorry ya kalau aku telat. Soalnya tadi ada meeting mendadak sama klien,” ucap Lucky. “Meeting apaan sih bang malem-malem begini. Kayak gak ada waktu selain ini aja,” ucap Tomi. “Ya mau gimana lagi soalnya dia klien penting dan banyak yang mau kerja sama dia. Kebetulan aku yang kepilih untuk kerja sama dengan dia, makannya aku gak mau menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Mau dia ngajak meeting kapanpun aku pasti selalu siap karena ada benefit yang aku dapetin dari dia,” ucap Lucky. “Udah cukup bang. Jangan jelasin soal pekerjaan abang sama kita karena tujuan kita bukan untuk pekerjaan tapi untuk percintaan,” ucap Tomi. “Dia perempuan yang mau kamu kenalin sama aku?” tanya Lucky. “Bukan dia tapi kakaknya dia. Oh iya kenalin ini Sarah, pacar aku bang. Sarah kenalin ini bang Lucky sepupuku yang mau aku kenalin sama kakak kamu,” ucap Tomi. Setelah dikenalkan, Lucky dan Sarah saling berjabat tangan. “Salam kenal kak Lucky,” ucap Sarah. “Salam kenal juga,” ucap Lucky. “Ya udah kita langsung ketemu kakaknya Sarah aja ya,” ucap Lucky. Di Rumah Sarah Sesampainya dirumah, Sarah langsung mengajak Lucky dan Tomi untuk duduk di ruang tamu. Setelah itu, Sarah bergegas untuk memanggil Cinka di kamarnya. Karena Olivia sudah gagal menjodohkan Cinka, Olivia berharap Sarah tidak gagal untuk menjodohkan Cinka dengan pria yang ia bawa. “Tomi, kak Lucky, kalian tunggu sebentar ya. Aku mau minta bibi buatin minum buat kalian sekaligus aku juga mau manggil kakak aku,” ucap Cinka. “Iya, silahkan. Kami akan menunggu disini,” ucap Lucky. Saat berjalan ke kamar Cinka, Sarah berpapasan dengan Olivia. Sarah mengatakan pada Olivia bahwa ia akan mengenalkan sepupu Tomi kepada Cinka. Menurutnya, sepupu Tomi ini sangat sempurna mulai dari fisik yang tampan, kehidupan yang mapan, serta niat serius ingin mencari calon istri. “Mau kemana kamu?” tanya Olivia pada Sarah. “Aku mau ke kamar kak Cinka,” ucap Sarah. “Tumben. Mau ngapain?” tanya Olivia. Sarah menjawab, “Aku mau ngenalin sepupunya Tomi sama kak Cinka, namanya Lucky. Kalau menurut aku sih Lucky cocok banget sama kak Cinka. Soalnya Lucky itu sosok pria idaman karena dia punya banyak kelebihan. Udah ganteng, kaya raya, pinter, dan usianya sama kayak kak Cinka.” “Kamu yakin bakal berhasil? Tadi siang aja aku sama Damar bawa 5 orang cowok ganteng gak ada satupun yang kak Cinka lirik. Malahan kak Cinka ngusir semua cowok yang aku bawa,” ucap Olivia. “Mungkin karena cowok yang kak Olivia bawa gak ada yang menarik perhatian kak Cinka, makannya kak Cinka ngusir semua cowok itu. Tapi kalau cowok yang aku bawa ini sih pasti bikin kak Cinka jatuh cinta karena dia itu perfect,” ucap Sarah. “Ya udah. Kamu langsung aja masuk ke kamar Cinka tapi jangan bilang kalau kamu mau ngenalin cowok sama dia,” ucap Olivia. “Emangnya kenapa?” tanya Sarah. “Ya pasti kak Cinka gak bakal mau keluar kamarnya karena dia udah bilang kalau dia gak mau dijodohin. Kamu bilang aja kalau ada temennya yang nyariin kak Cinka pasti deh nanti kak Cinka mau keluar,” ucap Olivia. “Siap,” ucap Sarah. “Good luck!” ucap Olivia. Di Kamar Cinka Sarah mengetuk pintu kamar Cinka dan langsung mengatakan sesuai apa yang Olivia sampaikan tadi. Karena Sarah mengatakan bahwa ada teman yang datang, maka Cinka mau keluar dari kamarnya dan menemuinya di ruang tamu. Tok Tok “Iya,” ucap Cinka membuka pintu. “Ada apa Sar?” tanya Cinka. “Ada temen kakak tuh,” ucap Sarah. “Siapa?” tanya Cinka. “Aku gak kenal lah kan dia temen kakak. Mendingan kakak langsung samperin aja. Orangnya udah aku suruh nunggu di ruang tamu,” ucap Sarah. “Kamu gak lagi bohongin kakak kan?” tanya Cinka sedikit curiga. “Ngapain sih aku bohongin kakak? Gak ada untungnya tau gak. Sekarang sih terserah kakak aja. Kalau kakak mau temuin dia, silahkan. Kalau enggak mau nemuin ya gak apa-apa biar aku nyuruh dia pulang,” ucap Sarah. “Kayaknya Sarah gak bohongin aku,” batin Cinka. “Eh jangan-jangan disuruh pulang dulu. Biar aku ketemu dia dulu siapa tahu ada hal penting yang mau dibicarakan sama aku,” ucap Cinka. Di Ruang Tamu Betapa terkejutnya Cinka saat berada di ruang tamu tetapi sama sekali tidak melihat orang yang Sarah sebut sebagai temannya. Ternyata Sarah sudah membohongi Cinka dengan mengatakan ada temannya yang datang agar dia mau bertemu seorang pria yang ingin dikenalkan kepadanya. “Tadi kamu bilang ada temen kakak. Mana?” tanya Cinka. “Itu,” ucap Cinka menunjuk pada Lucky. Lucky tersenyum dan menyapa Cinka, “Hai.” Tetapi Cinka tak menghiraukannya. “Dia bukan temen kakak. Kamu jangan ngada-ngada deh,” ucap Cinka. “Sebelumnya emang bukan temen kakak tapi sekarang kan bisa jadi temen kakak. Iya kan kak Lucky?” ucap Sarah pada Cinka kemudian berbicara pada Lucky. “Ohhh.. Jadi kamu sengaja bohongin aku supaya aku mau ketemu sama dia? Keterlaluan kamu ya!” ucap Cinka hendak pergi tetapi dihalangi oleh Sarah. “Jangan pergi dulu dong kak. Kakak harus temuin kak Lucky dulu. Kasihan kan kak dia udah bela-belain malem-malem kesini cuma buat ketemu kakak,” ucap Sarah. “Siapa suruh malem-malem kesini buat ketemu aku? Udah deh kamu gak usah bikin kakak emosi,” ucap Cinka. “Kak Lucky ini sepupunya Tomi dan Tomi itu pacar aku kak. Jadi, tolonglah kakak temuin kak Lucky dulu. Aku gak enak sama Tomi dan kak Lucky kalau kakak bersikap kayak gini,” ucap Sarah. “Oke. Aku mau ketemu dia demi kamu. Dan ingat aku mau ketemu dia gak lebih dari 15 menit,” ucap Cinka. “15 menit itu waktu yang terlalu singkat kak. Tambahin dong waktunya,” ucap Sarah. “Mau atau enggak sama sekali? Kalau gak mau sekalian aku gak usah ketemu dia,” ucap Cinka. “Eeee iya-iya. 15 menit gak apa-apa deh yang penting kakak mau ketemu kak Lucky,” ucap Sarah. Demi Sarah, Cinka akhirnya mau bertemu dengan Lucky. Disini, Cinka dan Lucky memiliki dua keinginan yang berbeda. Lucky ingin mencari calon istri, sedangkan Cinka tak ingin menikah karena masih trauma dengan pengalaman buruknya di masa lalu. Oleh sebab itu, Cinka hanya mau mengobrol biasa dan tak mau lebih. “Kak Cinka kenalan dulu ya sama kak Lucky,” ucap Sarah. “Hai. Kenalin namaku Lucky,” ucap Lucky mengulurkan tangannya tetapi Cinka tak menanggapinya. “Sombong banget sih nih cewek,” batin Lucky karena Cinka tak mau bersalaman dengannya. “Kak Cinka, bang Lucky ini sepupuku. Kalau menurutku sih bang Lucky cocok sama kak Cinka karena bang Lucky punya beberapa kelebihan yang gak bakal bikin kak Cinka kecewa,” ucap Tomi pada Cinka. “Oh,” ucap Cinka singkat sambil tersenyum tak ikhlas. “Aku denger dari Tomi katanya kamu pengusaha kosmetik ya? Wah.. hebat ya! Udah cantik jago bisnis lagi,” ucap Lucky memuji Cinka. “Biasa aja kok,” ucap Cinka. “Aku juga pengusaha sama kayak kamu. Cuma bedanya kamu kan pengusaha kosmetik nah kalau aku pengusaha properti,” ucap Lucky. “Wadaw… Pria mapan kayak kak Lucky pasti cocok sama wanita mapan kayak kak Cinka,” ucap Sarah. Cinka melihat ponsel yang ia genggam, “15 menit sudah selesai. Waktu ngobrol kita selesai.” “Ya ampun baru juga kita kenalan dan ngobrol sebentar masa mau udahan sih? Padahal aku masih pengen ngobrol sama kamu,” ucap Lucky. “Sorry tapi aku gak ada waktu buat ngobrol sama kamu,” ucap Cinka kemudian ia pergi meninggalkan ruang tamu. Setelah Cinka pergi ke kamarnya, Lucky terus terang kecewa. Setelah ini, Lucky tidak mau lagi dikenalkan dengan Cinka. Menurutnya, masih banyak wanita yang jauh lebih baik dan mau menghargai orang. “Terus terang aku kecewa. Selesai meeting, aku bela-belain kesini buat ketemu sama wanita yang mau kalian kenalin sama aku. Tapi aku malah mendapatkan perlakuan yang gak mengenakkan kayak gini,” ucap Lucky. “Maafin kakak aku ya kak. Aku juga gak tahu kalau kak Cinka akan bersikap kayak gitu,” ucap Sarah. “Halah! Aku udah terlanjur kecewa dan aku gak akan pernah mau ketemu cewek yang namanya Cinka itu. Mentang-mentang dia cantik dan udah sukses, dia jadi bisa seenaknya gitu sama laki-laki. Gak lagi-lagi deh aku kenal sama cewek model kayak gitu karena dia sama sekali gak bisa menghargai orang!” ucap Lucky kemudian hendak pulang. “Bang Lucky mau kemana?” tanya Tomi. “Aku mau pulang karena gak ada gunanya juga aku ada disini,” ucap Lucky bergegas untuk keluar dari rumah Cinka. Olivia menyusul Sarah dan Tomi di ruang tamu, “Gimana Sar? Berhasil?” “Gagal kak,” jawab Sarah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN