Anita sampai di Harbour Front Singapore. Dia sibuk mencari petunjuk arah menuju MRT. Tidak ada ketakutan sedikitpun dalam dirinya. Ia sudah bebas dari Lutfi sekarang. Ia kembali menemukan kepercayaan dirinya. Anita memutuskan naik MRT saja , tidak naik taksi seperti kalau ia pergi bersama Lutfi . Sekarang ia bukan lagi Nyonya Lutfi Aditya. Sekarang ia kembali menjadi dirinya sendiri, yang bebas dan tidak terkungkung lagi. Untuk hidup kedepannya, ia harus lebih hemat. Uangnya tinggal dua puluh dua juta dan semuanya sudah Anita tukarkan ke dollar Singapore di Bandara Hang Nadim tadi. Uang ini harus cukup untuk bekal hidupnya selama ia tinggal di Singapore, sampai ia berhasil menemukan pekerjaan. Sebenarnya dalam lubuk hati terdalamnya , Anita ragu apakah ia akan sanggup mendapatkan pekerjaan di Singapura?
Aku harus menelepon Annie sekarang, tapi ini masih jam lima sore. Pasti Annie masih ada di kantor. Lebih baik aku tidak menganggunya dulu. Aku sudah mengetahui alamatnya. Annie tinggal di Hougang Central dan apartemennya sangat dekat dengan station MRT. Jadi lebih baik aku menunggunya di stasiun MRT Hougang. Anita langsung berjalan menuju MRT Harbour Front. Huh! Lega rasanya. Annie pasti akan terkejut bila aku meneleponnya. Aku harus mencari free wifi dulu, Tadi SIM Card Handphone ku, sudah aku buang di Jalan tol menuju Bandara. Aku tidak mau Lutfi bisa melacak ku lewat sim card itu.
Singapore memang kota yang memanjakan penduduknya. Transportasinya aman dan nyaman. Free Wifi tersedia di setiap sudut kota. Setelah connect dengan Wifi, aku langsung menelepon Annie via w******p call.
“ Hello” Suara lembut Annie terdengar bagai suara malaikat
“ Hello Ann, ini aku Anita. Aku ada di Stasiun MRT Hougang sekarang, aku harus exit gate apa? Aku mau ke rumahmu? Kataku dengan nafas terburu-buru karena perasaanku meletup-letup senang.
“ Hah! Kamu ada di Singapore? Sama Suamimu?”
“ Nggak, sendirian. Nanti aku cerita. Sekarang aku keluar gate apa?”
“ Kamu, Exit A aja, nanti kamu tunggu aku di Toko Comic, setengah jam lagi aku sampai baru kita jalan bareng ke apartemenku ”
“ Baiklah, aku akan menunggu mu di Toko Comic. See you” Kataku menutup pembicaraan. Hatiku masih berdebar-debar senang, rasanya seperti anak kecil yang akan mendapat permen dan boneka.
Akhirnya aku bebas, aku bisa menjadi Anita lagi. Anita yang senang tertawa ngakak, Anita yang senang makan bakso dan makan di kaki lima. Anita yang ceria dan punya banyak teman. Meskipun sekarang baru ada satu teman yang setengah jam lagi baru bisa menjumpaiku, tapi aku yakin kedepannya aku pasti bisa menemukan beratus-ratus bahkan beribu-ribu teman. Aku harus kuat. Aku yakin Annie bisa membantuku mencari jalan bagaimana aku harus melewati hidup ini selanjutnya. MRT telah sampai di Station Hougang. Aku bergegas turun lalu naik escalator yang lumayan panjang dan sampai ke pelataran yang luas. Langit Singapore masih tampak terang, tidak seperti Jakarta yang langitnya cepat sekali menjadi gelap. Aku menoleh ke belakang, ternyata Toko Comic ada di bagian belakang escalator panjang ini. Toko Comic adalah toko yang menjual buku-buku komik. Aku berjalan dan duduk di bangku depan yang disediakan. Aku memandang sekeliling, banyak sekali orang yang berlalu lalang. Ada pembantu yang sedang mendorong kereta bayi. Kelihatannya pembantunya orang Indonesia. Ada lagi pembantu yang berciri Indonesia sedang menemani seorang nenek tua yang berjalan-jalan sore. Pikiranku melayang ke Jakarta. Sedang apa Catherine? Tentu dia sudah pulang sekolah. Jadi anak yang baik ya. Sekolah yang rajin Nak. Mama pasti akan sangat merindukanmu. Semoga engkau mengerti keputusan mama ini. Tiba-tiba suara detak sepatu mengejutkanku.
“ Anita” Sapa suara merdu yang sudah kutunggu.
Aku berdiri dan berlari ke Annie. Aku langsung memeluknya dan air mataku langsung mengalir deras tak bisa kubendung, rasanya aku menemukan bahu untuk bersandar, tempat aku bisa meletakkan semua bebanku. Aku masih tersedu-sedu dalam dekapannya. Annie hanya diam memelukku, ia seakan mengerti, menepuk-nepuk bahuku dan berkata
“ Shuh.. Shuhh.. jangan nangis. Udah ayo kita pulang, ceritanya nanti di rumah aja”
Aku heran mengapa Annie tidak bertanya lebih lanjut, mengapa aku memeluknya dan menangis. Dia seakan tahu aku pasti ada masalah dan sedang lari menghindar. Kami berjalan pulang beriringan, bergandengan tangan seperti waktu kami kecil dulu. Apartemen Annie ternyata dekat sekali dengan stasiun MRT. Kami berjalan melewati stasiun bus , berjalan lagi melewati jalan setapak dan taman yang asri. Lalu menuju Gedung A dan naik lifnya. Apartemen Annie ada di lantai enambelas . Ia membuka pintu apartemennya. Aku dipersilahkan masuk. Ia menunjukkan kamarku, dan menyuruhku mandi dulu, baru nanti akan diajaknya aku makan malam di Hougang mall.
“ Daniel, suami mu belum pulang?” Aku bertanya padanya
“ Dia tidak akan pulang sebelum jam sembilan , Ada rapat di kantornya”.
Selesai mandi, Kami kembali berjalan melewati taman, jalan setapak dan stasiun bus menuju Hougang Mall. Annie bertanya aku ingin makan apa?”
“ Apa aja, aku mau makan semuanya. Sudah lama aku tidak menikmati kesukaanku sendiri” Kataku senang
“ Emang kenapa?” suamimu kan kaya, masak kamu nggak bisa makan makanan kesukaanmu?”
Aku menghela nafas “ Aku pergi sekarang ini salah satu sebabnya, ya karena itu. Aku tidak bisa melakukan hal yang aku mau, meskipun suami ku kaya. Aku terus diaturnya. Kamu tahu kan, kalau dari kecil aku paling suka makan bakso. Tapi Lutfi paling benci makan bakso, katanya itu makanan orang miskin dan tidak sehat. Jadinya aku tidak boleh makan bakso. Aku senang tertawa lepas, itu juga tidak boleh kulakukan. Katanya sebagai Nyonya Lutfi Aditnya, aku harus tertawa dengan anggun. Pokoknya semua hal yang aku suka, tidak boleh aku lakukan. Tidak boleh berteman, tidak boleh pergi-pergi tanpa didampingi dirinya. Pokoknya segala sesuatu yang senang aku lakukan, ia tidak akan mengijinkan aku melakukannya. Semua harus dia yang atur. Gaya pakaianku, makananku, caraku bersikap semua harus Lutfi yang atur. Kalau tidak sesuai dengan keinginannya,aku dimarahi, di caci, dimaki, dikatai wanita bodoh, wanita jalang dan segala isi kebun binatang di makinya kepadaku” Kata ku berapi-api
“ Udah-udah nggak usah cerita lagi, makan aja dulu. Nanti aja lanjutin ceritanya kalau kita kembali ke apartemen ” Kata Annie menghentikan ceritaku ketika melihat mataku mulai berkaca-kaca.
“ Makan dulu, nikmati dulu, lupakan masalahmu selama jam makan malam ini” Tegasnya lagi
Senang hatiku mendengar Annie yang begitu mengerti. Kami makan dengan riang dan berbicara hal-hal ringan. Tidak sedikitpun ia menyinggung tentang masalahku. Ia memesankan dua mangkok bakso untukku. Satu mangkok berisi bakso ikan dan satu mangkok lagi bakso sapi. Aku melahapnya seperti orang kelaparan. Semua makanan terasa enak dan nikmat sekali. Kami juga makan rujak yang ada juhinya juga minum es jelly. Rasanya benar-benar luar biasa. Meskipun kami cuma makan di food court, aku sangat menikmati makanan dan suasananya. Rasanya sudah berabad-abad aku tidak menikmati suasana penuh keramaian ini, mendengar tawa hangat orang-orang yang duduk disekeliling meja kami. Mendengar suara sendok dan garpu beradu riuh. Di Jakarta, aku tidak pernah sekalipun makan di food court. Kata Lutfi , makan di food court itu tidak elite, hanya untuk orang miskin . Pengusaha seperti Lufti hanya boleh makan di restoran-restoran yang ada di hotel atau restoran besar, yang cara makannya saja diatur. Yang makanannya sedikit tapi mahalnya minta ampun. Aku tidak pernah merasa nyaman makan bersama Lutfi, jadi meskipun makanannya enak tetap saja aku merasa makananya tidak enak.
Sehabis makan malam kami, aku mengajak Annie untuk berjalan-jalan keliling Hougang Mall. Aku ingin membeli celana jeans dan baju kaos. Aku senang sekali sewaktu memilih dan mencoba baju di kamar pas. Sejak menikah, aku tidak bisa menentukan pilihanku sendiri. Biasanya Lutfi akan menunjuk baju ini, baju itu pada pegawai toko dan langsung dibungkus tanpa aku mencobanya lagi. Lutfi tidak mau aku mencoba di kamar pas, katanya pasti ada kamera yang tersembunyi. Lutfi takut badanku akan terlihat oleh orang lain. Dasar laki-laki paranoid dan pencemburu tingkat tinggi.
Akhirnya setelah memilih dan mencoba-coba, aku membeli dua buah celana jeans dan dua buah kaos yang menurut annie sangat pas di tubuhku. Aku jadi keliatan muda seperti anak gadis katanya.
“ Annie, umur kita hampir empat puluh tahun loh, kamu lupa?”
“Ah , biarin aja, umur boleh tua tapi gaya dan pikiran harus tetap muda dan kamu harus ingat banyak orang bilang life begins at forty. So enjoy It” Balasnya sambil tersenyum manis sekali.
“ Mudah-mudahan deh. Hidup baruku bisa aku mulai di usia empat puluh tahun ini ” Kataku
“Kamu harus optimis, Tuhan pasti akan menunjuk kan jalan bagimu Anita. Jangan pernah pesimis”
“ Nie, udah mau jam sembilan nih, kita pulang yuk. Ntar waktu Daniel pulang, kamu nggak ada di rumah” Kataku mengingatkannya
“ Nit, Daniel itu bukan anak-anak. Dia kalau pulang, ya pulang aja. Dia bisa urus dirinya sendiri, dia bisa makan sendiri dan melakukan apapun sendiri. Aku tidak harus mengurus nya. Makanya aku baru kawin ketika umurku udah tiga puluh enam tahun, saat aku menemukan Daniel , aku merasa Daniel itu benar laki-laki yang diciptakan untukku. Dia begitu pengertian, dia tidak pernah minta aku melayaninya. Kami hidup berdampingan bagai teman yang saling membantu, saling mengasihi dan saling mensupport. Kalau pas aku lagi di rumah, ya kami makan bareng. Selesai makan kalau aku capek, dia yang cuci piring, begitu juga sebaliknya. Jadi nggak ada larangan darinya aku harus begini begitu. Itu bukan tipe Daniel banget. Aku bebas melakukan semua kesukaanku, dia tidak pernah melarang. Karena dia tahu pasti aku tidak akan macam-macam dan aku juga sebaliknya. Aku tidak pernah melarangnya melakukan yang dia suka. Pokoknya kami menghormati privacy masing- masing. Kami tetap bebas melakukan apapun seperti saat kami belum kawin, tidak ada yang berubah. Kami hanya berkomitmen untuk saling setia, saling sayang dan mejalani hidup bersama sampai kami tua nanti. Jadi kamu nggak usah khawatir. Kalau masih mau belanja, Ayo kita bisa keliling lagi” Kata Annie dengan suaranya yang tegas
“ Nggak lah, Uda cukup untuk hari ini, masih ada hari esok. Kita pulang aja” Kataku
Kami berjalan santai kembali ke aparteman Annie. Annie membuka pintu dan melihat Daniel sedang duduk di sofa dan menonton TV.
“ Hi Honey, Where have you been?” Sapanya dan maju mencium pipi Annie.
“ Daniel, do you remember Anita, my friend from Jakarta. She came to visit us. We went to dinner at Hougang Mall “
“ Of course I remember. Hi ! Anita, Nice to meet you again”.
“ Nice to meet you too Daniel” Kataku membalas sapaannya yang ramah
“ Honey , I will go to bed now, I know you girls need to catch up. Good night” Katanya penuh pengertian dan beranjak masuk ke kamarnya.
“ Good night honey. Sweet dream” Balas Annie sambil memeluk Daniel
Anita melihat mereka dengan perasaan haru. Betapa bahagianya hidup Annie, bisa menemukan seorang suami yang begitu pengertian. Mudah-mudahnan Daniel tetap bersikap manis seperti ini sampai mereka berdua tua nanti.
Annie memandangnya dan berkata “ HI.. Jangan melamun. Semua orang punya kebahagiannya sendiri. Sampai sekarang setelah satu setengah tahun perkawinanku, aku merasa bahagia. Tidak ada yang berubah tapi kan perkawinanku masih seumur jagung, mungkin ke depannya , kami juga bisa ada masalah. Rumput tetangga itu selalu lebih hijau”
“ Rumput tetangga yang selalu lebih hijau kan tergantung tetangga yang merawatnya. Kalau rumputku dari luar memang kelihatan hijau tapi dalamnya sudah kering kerontang. Akarnya uda mati mengering” Kataku berumpama
Aku pun lalu mulai bercerita semua kejadian dan masalahku pada Annie sambil kami tiduran di kamar. Aku bercerita dari awal ketika Lutfi melamarku, pesta perkawinan kami di hotel mewah dan berlangsung tiga hari juga tentang hari-hari yang harus aku lalui dalam belenggu Lutfi. Annie ikut menangis ketika aku bercerita bagaimana Lutfi memukulku pertama kali ketika aku pulang dari salon, ketika Lutfi menyuruhku menanda tangani surat pelepasan hak atas Catherine dan aku terpaksa menyetujuinya demi kesembuhan papa. Matanya melotot marah, ketika aku bercerita mengapa aku nekat lari dari rumah, karena kemarin adalah hari yang bagaikan neraka bagiku. Aku dipukul dan diperkosa Lutfi bagai seekor binatang.
“ Nie, kalau untuk kata-katanya yang kasar dan merendahkan aku, aku masih bisa terima dan pasrah, mungkin itu sudah nasibku. Tapi perlakuan Lutfi padaku kemarin, benar- benar membuat hatiku, dadaku dan seluruh jiwa ragaku rasanya mau pecah meledak. Jiwaku rasanya mati . Semalaman aku tidak tidur, dan ketika kamu mengabari kalau kamu balik ke Singapore, aku langung memutuskan untuk lari ke sini aja. Aku tahu Lutfi tidak mungkin bisa menemukan aku disini. Dia tidak tahu tentang kamu sama sekali. Kemarin aku belum sempat bercerita tentang pertemuan kita, dia sudah terlanjur ngamuk dan memukulku” Aku menangis tersedu-sedu.
“ Aku heran mengapa kamu bisa bertahan selama lima belas tahun, kalau aku satu bulan saja mungkin aku sudah lari meninggalkan suami super dictator dan gila seperti suami mu itu ” Kata Annie sambil menepuk-nepuk punggungku untuk menenangkan diriku yang masih menangis terisak-isak.
“ Aku tidak bisa meninggalkan Catherine, Aku juga bodoh. Aku selalu berpikir memang itu yang harus aku lakukan sebagai seorang istri. Tunduk dan mengikuti semua perintah suaminya. Lama-kelamaan aku semakin terbelenggu dan takut untuk lari dan membantahnya. Akhirnya hanya bisa pasrah dan terima nasib”.
“Memang sudah sepantasnya kamu lari hari ini. Tadi aku dan Daniel naik pesawat pagi dari Jakarta. Sampai di Singapore kami langsung menuju kantor masing-masing, karena Daniel ada rapat. Waktu kamu meneleponku sore tadi, aku sudah tahu pasti sesuatu yang buruk terjadi padamu. Tapi aku tidak menyangka kalau ternyata masalahmu begitu berat.Aku pikir paling kamu hanya bertengkar biasa dan lari sebentar dari masalahmu. Rupanya kamu benar-benar lari dan memutuskan tak mau kembali lagi untuk selama-lamanya”.
“ Iya.. Nie, aku nggak mau kembali lagi. Tapi aku binggung, gimana aku mesti hidup di Singapore ini. Aku nggak mau tinggal di rumahmu terus. Aku nggak mau jadi parasitmu. Kalau bisa tolong bantu aku cari kerjaan. Nggak usah kerja kantoran Nie, pasti nggak ada yang mau terima aku di Singapore ini. Tadi waktu menunggumu di toko Comic , aku melihat banyak pembantu dari Indonesia yang jaga anak-anak atau orang tua. Aku mau jadi pembantu aja Nie, asal ada tempat berlindung dan dapat sedikit gaji itu sudah cukup bagiku”
“ Hah !!! Kau gila ya? masak mau jadi pembantu? Kamu kan lulus sarjana” Kata Annie sewot.
“ Nie, coba kamu pikir, aku memang lulus sarjana. Tapi aku tidak pernah mempraktekkan ilmuku. Aku sudah lupa semua ilmu sastra yang kudapat. Cuma aku ya bisa ngomong Bahasa Inggris itu pun sudah mulai kaku karena sudah lama tidak aku gunakan. Jadi selain jadi pembantu, aku bisa jadi apa di Singapore ini? Itu pembantu dari Philipina juga banyak yang sarjana. Benar Kan?”
“ Nit, tapi kamu itu mana bisa jadi pembantu? Kamu sudah kebiasaan hidup enak, dilayani, sekarang mau melayani mana mungkin bisa? Kamu itu sedikitpun nggak ada gaya pembantunya. Lihat outfit lu. Tas ransel merek Burberry, tas tangan merek LV, jam tangan merek Rolex. Anting-anting dan cincin berlian meskipun kecil karatnya aku tahu itu mahal. Mana ada pembantu mewah kayak kamu” Kata Annie tertawa.
Aku memandang Annie dengan tekad kuat “ Nie, ala bisa karena biasa. Aku pasti bisa. Jam dan tas juga anting-anting dan cincin ini, akan aku tinggal di sini aja. Kamu yang simpanin. Pokoknya aku sudah bertekad keras untuk mencari pekerjaan. Meskipun jadi pembantu nggak apa-apa. Karena itu pekerjaan yang paling masuk akal yang bisa aku dapatkan di sini.
“Udah jangan berpikiran terlalu jauh dulu. Sekarang kita tidur dulu, ini uda jam tiga subuh. Aku masih harus berangkat ngantor besok. Nanti kita pikirkan lagi pekerjaan apa yang cocok buatmu. Keras kepalamu dari kecil masih belum berubah ya? Kalau sudah mau sesuatu, pasti kamu berusaha keras untuk itu.Makanya aku heran, kok Anita yang begitu tangguh bisa terkapar tak berdaya dan sabar menghadapi suami diktator selama lima belas tahun. Kamu diguna-gunai Lutfi ya? Kata Anita sebelum menutup matanya dan langsung tertidur.
Aku menatapnya sambil tersenyum. Aku tidak diguna-gunai Lutfi. Aku hanya bodoh dan penakut dan tidak ingin meninggalkan Catherine. Aku terbelenggu sendiri oleh ketakutan dan kebodohan ku sampai limabelas tahun kemudian dan puncaknya adalah kejadian Lutfi yang keterlaluan kemarin, akhirnya jiwaku berontak dan membuat aku lari ke Singapore, dan sekarang aku bisa tidur di samping sahabat masa kecilku. Semua memang sudah diatur Tuhan. Semoga kedepannya aku diberi kemudahan . Aku menutup mata dan ikut terlelap di samping Annie, sahabatku..
Setiap perjalanan hidup pasti ada jalan berliku
Kadang panjang , kadang pendek, kadang terjal atau lurus
Teruslah maju dan jangan pernah menyerah mundur
Yakinlah bila terus berjalan tanpa ragu
Kebahagiaan pasti akan menunggu