Lutfi tersenyum puas menutup telepon dan menatap Andri sahabatnya.
“ Apa kataku, Anita benar masih tidur. Dia tidak akan berani kemana-mana.Anita pasti sadar kesalahannya. Kalau dia mau pergi? Dia harus ke tempat siapa? Dia sudah tidak ada rumah, tidak ada keluarga dan tidak ada teman. Emang nya dia sanggup hidup menderita? Emangnya Anita sanggup hidup tanpa bergelimang harta dan fasilitas yang selama puluhan tahun telah dinikmatinya. Sudah aku bilang Ndri, Anita itu sudah benar- benar menjadi milikku seutuhnya”. Lutfi menyandarkan badannya santai dan puas ke kursi empuknya.
Andri berkata “ Kalau kamu bilang, Anita sudah benar menjadi milikmu seutuhnya mengapa kamu tetap tidak memberinya kebebasan? Istri itu bukan b***k Lutfi . Seorang istri juga perlu waktu untuk dirinya sendiri. Apalagi orang yang mempunyai sifat aktif dan supel seperti Anita. Anita pasti sangat menderita dengan apa yang kamu lakukan padanya selama ini. Suami istri itu harus duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Istri itu bukan b***k suami”
“ Itu kan menurut kamu, makanya istri mu itu kurang ajar padamu. Pulang sesukanya, kerjanya cuma shopping, ke salon, ikut arisan ini itu dan segudang kegiataan yang tidak bermanfaat yang hanya menghabiskan uang suaminya. Aku sih nggak mau istriku seperti istrimu. Makanya aku nggak mengizinkan Anita bergaul dengan istrimu Lina, bisa-bisa ia terpengaruh semua kebiasaan buruk istrimu”.
“ Masalah Lina adalah masalah rumah tanggaku. Aku mengizinkan semua kegiatan yang ia lakukan itu karena aku tahu ia juga pantas memiliki teman dan kesenangannya sendiri, asal ia tidak lupa tugasnya sebagai ibu dan istri. Itu sudah cukup bagiku. Aku tidak pernah menganggapnya menghabiskan uangku. Karena aku bekerja juga untuk anak istriku. Aku hanya ingin istriku bahagia. Aku tidak mau ia hidup bagaikan dalam penjara dan hidupnya hanya untukku dan anakku. Itu tidak sehat!” Kata Andri menghela nafas
“Sudahlah Lutfi, aku susah ngomong sama kamu. Kamu keras kepala dan selalu merasa benar. Kamu akan menyesal nanti kalau ternyata Anita meninggalkan kamu”
“ Sudah aku bilang, Anita tidak mungkin meninggalkan aku. Aku mencintainya, dia hanya tidak kuberi kekebasan untuk bergaul karena aku ingin dia jadi milikku sepenuhnya. Aku susah payah bersaing dengan banyak pria baru bisa menjadikan nya istriku. Aku cukup sabar dengan segala kelakuannya dulu , dan ketika aku berhasil menjadikannya miliku , aku harus menjaganya baik baik dan memilikinya hanya untukku. Wanita lain pasti iri melihat hidupnya sesudah menikah denganku, bayangin dia tidak perlu menjaga anak di waktu malam. Aku menyediakan baby sitter untuknya. Dia tidak perlu ke pasar, tidak perlu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Setiap tahun aku bawa jalan-jalan dan shopping ke luar negri.Aku beliin baju, tas dan barang-barang branded lainnya. Lihat dari atas kepala sampai ujung kaki mana ada barang Anita yang produk dalam negri. Semuanya branded and made in luar negeri. Aku suami sempurna , Ndri. Tidak pernah pulang telat, tidak clubbing, tidak selingkuh dan sayang pada istri. Masak istri masih mau lari dan cerai?
“ Tapi kamu kan memukulnya “ Potong Andri
“ Iya, tapi itu kan akibat perbuatannya sendiri. Aku ingin menghukumnya,karena tidak patuh padaku. Itu bentuk disiplin dariku. Seenaknya dia mencat rambutnya. Aku tidak suka wanita baik-baik mencat rambutnya. Kalau kita bersalah, orangtua kita juga menghukum kita. Orangtua yang membesarkan dan menghidupi kita saja kalau kita melakukukan kesalahan juga dipukul. Jadi saya berhak dong, memukul istriku yang aku kasih nafkah lahir dan bathin kalau dia berbuat salah”
“ Lutfi!!!! Ampun… Kamu itu bukan orang tua Anita, Kamu itu suaminya. Kamu ini Stress kali ya?” Kata Andri kesal sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku nggak stress. Aku bicara karena memang menurut aku, suami harus bisa mendidik istrinya biar keluarga bisa berjalan harmonis. Lihat banyak kan suami yang tidak bisa mendidik istri, akibatnya istri keblablasan. Pulang tak tahu waktu, tak mengurusi rumah dan anak, menghambur-hamburkan uang suami, ya ujung- ujungnya cerai”
“ Lutfi.. Anita itu manusia. Dia itu cewek yang sangat aktif dan ceria. Aku kan kenal dia dari zaman kuliah dulu. Kalau tertawa dia lepas dan ceria sekali. Sekarang aku lihat dia tidak seperti dulu lagi, tertawapun diatur dan selalu ada kilat sedih dimatanya seperti ketakutan”
“Aku yang melarangnya tertawa ngikik kayak kuda, itu kan tidak anggun. Sebagai istri dari seorang Lutfi Aditya, dia harus selalu terlihat anggun, jangan tertawa seenaknya. Ngomong juga harus diatur jangan kayak dulu zaman kuliah, dia toh bukan remaja lagi , dia itu uda punya suami seorang CEO terhormat dan punya anak, jadi harus bisa jadi contoh yang baik untuk anaknya”.
“ Kamu memang tidak pernah mau disalahkan, ada aja alasan pembenaran yang bisa kamu ucapkan. Capek aku berdebat sama kamu” Andri kembali menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya putus asa.
“ Ha..Ha..Ha,Kamu memang selalu kalah dari aku Ndri. Kamu dulu juga ada perasaan suka sama Anita kan? Tapi nggak apa-apa itu masa lalu. Kamu tetap sahabatku. Soal Anita jangan khawatir, aku yakin dengan apa yang aku perbuat. Suami harus menjadi hakim di depan istri dan anaknya. Kalau mereka salah harus dihukum , kalau mereka manis dan menurut harus kita beri hadiah. Semua perempuan itu sama aja Ndri. Ada harta pasti ada cinta dan mereka tidak akan lari kalau kita kasih banyak harta dan kesenangan. Aku yakin dengan prinsipku ini. Lihat aku sudah menikah 15 tahun dan Anita tidak lari dan minta cerai”.
“ Ah… dulu kamu juga takut dia minta cerai setelah kamu pukul. Tuhan aja yang tidak memberi Anita jalan. Dan kamu malah menyuruhnya menandatangani surat pelepasan hak atas Catherine dan juga tidak akan memberikan Anita harta gono gini”
“ Iya aku akui, dulu aku takut. Untung papanya Anita kena stroke dan aku mengambil kesempatan itu untuk mengikatnya agar tidak lari dariku. Tapi setelah orang tua nya meninggal, aku tahu bahwa ia tidak mungkin lagi bisa lari dariku. Anita tidak punya siapa-siapa lagi. Ia tidak punya uang, tidak punya tempat berteduh, dia tidak punya pekerjaan. Tidak punya teman, emang dia bisa ke mana? Itu tandanya Tuhan juga merestui perbuatan ku” Kata Lutfi mantap dengan sifat kepala batunya.
“ Lutfi, Tuhan itu tidak buta. Kamu pasti akan kena batunya nanti. Apalagi setelah apa yang kamu lakukan padanya kemarin. Masak karena terlambat pulang dan tanpa kamu dengar apa alasannya, kamu memukulnya lagi”
“ Aku kesal, dia tidak mengangkat teleponku. Aku kesal Anita belum pulang saat aku sudah tiba di rumah. Sudah ku bilang , aku hanya mendidiknya seperti orang tua mendidik anaknya. Tapi karena aku suaminya. Aku kasih tahu ya Ndri, aku kemarin bukan hanya memukulnya tapi aku memperkosanya. Aku menyobek bajunya dan menghempaskannya ke meja lalu aku perkosa dia dari belakang. Aku mendengarnya menjerit kesakitan tapi aku malah makin terangsang. Ini benar-benar sensasi baru Ndri dan membuat aku sangat sangat terangsang” Kata Lutfi sambil memejamkan mata.
“ Kau… Kau uda gila Lutfi. Kau benar-benar sudah gila. Aku benar-benar tak habis pikir, kenapa cinta mu bisa seperti itu? Katanya kamu cinta pada Anita, kenapa kamu sampai hati melakukan hal itu padanya? Andri menghela nafas panjang dan menutup matanya dengan tangannya, Andri tak habis pikir kenapa sahabatnya bisa begitu kejam memperlakukan istrinya sendiri.
“ Sudah ku bilang, aku hanya menghukumnya dan menunjukkan padanya bahwa aku ini adalah suaminya yang berhak seratus persen atas dirinya. Aku sangat mencintainya dan itulah caraku mencintainya. Kalau dia mau menerima semua yang aku berikan, dia juga harus bisa menerima hukuman dari aku bila ia melakukan kesalahan”.
“Kamu akan kehilangan Anita suatu hari nanti. Mungkin sekarang ia tidak berdaya, tapi nanti dia pasti akan mencari jalan. Batu besar yang setiap hari ditetesin setetes air aja lama-lama bisa bolong. Manusia itu juga punya kesabaran , Lutfi..Sebagai sahabatmu, aku menasehatimu. Sebelum terlambat, kamu harus memperbaiki caramu mencintai. Cinta itu bukan seperti itu Lutfi….. Ingatlah … Cinta itu harus saling memberi dan melengkapi bukan hanya meminta dan meminta. Harus ada take and give” Kata Andri dengan suara pelan sedikit putus asa, bagaimana caranya dia bisa menyadarkan sahabatnya yang keras kepala ini.
“ Ndri. Anita sudah tigapuluh delapan tahun, emang dia bisa ke mana sekarang ini. Kalau dia mau lari , dia uda lari dari dulu. Nggak usah tunggu sampai dia menjelang empat puluh tahun. Di depannya ada suami yang sempurna, suami yang setia, gagah dan tampan, ada fasilitas dan segala-galanya. Mengapa dia harus lari dan minta cerai? Kalau dia minta cerai dari aku, dia tidak dapat apa-apa. Anita nggak bisa hidup tanpa uang, Ndri. Dia uda biasa pake baju bermerek, barang bermerek, hidup di rumah mewah, mobil mewah lengkap dengan supir. Emang kalau dia minta cerai. Ada orang lain yang mau sama dia, apa dia bisa mendapatkan semua fasilitas yang aku berikan? Apa dia bisa kawin lagi? Sudah terlambat baginya Ndri” Kata Lutfi tetap keras kepala dan sejuta argument meyakinkan.
“ Aku tahu dalam hatimu kamu tidak terlalu yakin. Kalau kamu yakin, kamu tidak usah menelepon ke rumah dan menyuruh pembantumu mengecek ke kamar apakah Anita masih tidur. Kamu tidak usah menyuruh satpam rumahmu untuk mengunci pintu pagar dan melapor kalau Anita keluar rumah”
“ Aku yakin dia tidak akan pergi dan lari dariku, aku hanya mengecek apakah Anita benar sedang menjalankan hukumanku”.
“ Ya, semoga saja kamu benar Lutfi. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, kamu memang bahagia bisa merubah Anita jadi seperti sekarang. Dia seperti robotmu, tak punya kebebasan untuk hal apapun. Rambut, baju, makan , ke mana aja bahkan sikapnya harus kamu yang atur. Sebagai suami , kamu harus menghormati Anita sebagai istri dan manusia bukan sebagai b***k. OK! Aku balik dulu ke ruanganku. Lain kali jangan terlalu ekstrim menghukum Anita” Kata Andri masih mencoba menasehati sahabat kepala batunya.
“ OK! Nanti pulang kantor, aku akan bersikap baik padanya. Jangan Khawatir, dia tidak akan meninggalkan aku. Semua uda ada di tanganku. Oh ya. Nanti kamu langsung ketemu Pak Iskandar kan? Usahakan dia setuju dengan harga yang kita tawarkan.” Kata Lutfi kembali bersikap seperti seorang bos. Andri memang bekerja sebagai wakil Lutfi di perusahan milik Lutfi
“ Beres Boss! Kata Andri menutup pintu Kantor lutfi dan berjalan menuju ruangannya dengan pelan dan muka sedih. Andri sangat sedih dengan nasib Anita . Yang tabah , Anita.. Kamu pasti bisa melalui nya….. Kamu pasti Bisa… Kamu adalah wanita kuat .
Cinta tidak bisa diukur dengan materi, hanya bisa dengan saling memberi & saling menghormati tanpa pamrih, baru cinta itu akan memberi arti bagi dua insan untuk saling mencintai.