Tidak terasa sudah tinggal seminggu lagi kami akan tampil acara perpisahan angkatan. Kostum baru yang dibelikan mama udah siap dan Owie sudah menyocokkan dengan bajuku.
Dan rencananya semua pengisi acara dan panitia akan menginap di Puncak untuk gladi resik pada hari jumat minggu depan karena acara akan dilaksanakan pada Sabtu Sore hingga malam.
"Pris, nanti mau bareng aku aja nggak ke Puncak?'" Tanya Owie ketika kami sedang melakukan latihan terakhir.
"Aku naik bis sama rombongan aja ya Wie, nanti takut diomongin macam-macam kalo ada yang tahu aku pergi sama kamu."
"Emang kenapa takut, kita kan satu tim."
"Nggak deh, aku mau aman aja. Nggak apa-apa kok naik bis dengan yang lain. lagian bisnya bagus yang disewa panita." Aku masih tetap menolak.
"Apa bedanya sih kalo pergi sendiri? Mereka juga nggak akan tahu kamu pergi sama siapa."
"Ntar ada yang nanya.. 'Priska mana yaaa...kok nggak ada, temen duetnya juga hilang...jangan -jangaaaan' ...Nah aku nggak sanggup deh kalo udah ada kata jangan-jangaaaan.." Aku mencoba menjelaskan alasanku.
"Dipikirin amat sih! "
"Iya dong aku pikirin, kalo pacar kamu ngamuk lagi bubar lah acara kita, bisa-bisa latihan sebulan lebih ini nggak ada guna nya."
"Ya udah deh."
"Kamu kan bisa sama Luna kalo memang males sendirian," ucapku lagi.
"Bisa nggak sih nggak usah usul pergi sama Luna terus, kalo aku mau pergi sama dia nggak akan juga aku ngajak kamu!" Owie menjawab agak kesal sepertinya.
"Uluh-uluuh ngambeg...iya..iyaaa, nggak ngusulin deh tapi aku tetap nggak mau pergi sama kamu, Aku mau naik bis aja bareng rombongan."
Owie hanya menatap kearahku dan menghela nafas pendek.Kenapa sih dia?
*
" Cyiinn.. sini duduk sama akyuuu. " panggilan centil Nandi membuatku menoleh .
"Kayaknya panas disana cong, sebelah sini adem nggak kena matahari," jawabku sambil memilih kursi dekat jendela.
Peserta pengisi acara mulai memasuki bis satu persatu. Owie yang baru saja memasuki bis langsung menghampiriku.
"Kosong nggak Pris?"' Tanya Owie sambil menunjuk kursi disebelahku.
"Iya kosong kok."
Owie duduk disebelahku.
"Kok kamu naik bis Wie?"
"Emang nggak boleh?"
"Ckk.. aku kan cuma nanya, sensi banget sih Om," jawabku santai.
"Males nyetir nggak ada temannya." Owie masih ketus cara menjawabnya.
"Kan bisa ajak Luna."
"Mulaiii...males!"
"Bisa gitu males? pacarnya sendiri dimalesin." Aku menggumam tapi masih jelas didengar Owie.
"Emang kenapa? Situ masalah?"
"Santaii bang..kenapa bawaannya ngegas aja sih?"
"Lagian kamu juga yang nyari ribut, tadi manggil om, abis itu ganti bang, ntar lamaan dikit pasti ganti mas."
Aku tertawa menanggapinya. "Galak banget masbro."
"Tuh kan."
Aku tertawa lagi melihat Owie mulai sewot.
"Yaudah aku diam deeh..salah terus dari tadi," ucapku mengalah.
"Kenapa sih nggak mau naik mobil bareng aku aja?"
"Astagaa..masih tema minggu lalu nih?"
Dia acuh tak acuh dengan pertanyaanku. Masih penasaran rupanya.
"Ya heran aja, alasan kamu tuh bener-bener nggak masuk akalku. biarin aja kalo orang mau ngomongin juga, nggak usah didengerin.
"Yang ngomongin mungkin nggak kelihatan..tapi bunyinya bisa kayak dengungan nyamuk yang lagi muter-muter dekat kuping, ngeselin dan mengganggu. Lagian ini juga kita semobil kok..sama aja kan?" Ucapku lagi yang tentu saja disertai senyuman manis untuk mengambil hati ayang yang lagi Bete #Eh ayangnya Luna maksudnya.
"Paling bisa kamu tuh kalo nyaut," jawab Owie yang sudah santai mukanya dan kelihatan dari matanya yang mulai menunjukkan keramahan, nggak jutek kayak tadi. Alhamdulillah.
Dari dalam bis aku melihat Luna bersama teman-temannya berjalan menuju bis.
"Luna ikutan kita?"
"Kenapa nanya?"
"Tuh." Aku menunjuk keluar bis dimana Luna sedang berjalan menuju bis.
"Aku nggak tahu, bukannya ini cuma buat pengisi acara dan panitia aja ya? Setahuku dia nggak ikutan sebagai pengisi acara."
"Tapi dia ikut tuh, kamu jauh-jauh sana. nanti dia ribut lagi ngeliat kamu disini."
aku mendorong lengannya.
"Nggak. aku disini aja," ucapmya bertahan.
Tidak berapa lama Luna sudah berdiri di depanku dan Owie.
"Gue mau duduk sama pacar gue, lo bisa pindah nggak?" Ucapan Luna aku dengar lebih sebagai perintah dari pada sebagai kalimat tanya.
Aku berdiri bersiap untuk pindah. Aku sungguh malas kalau sampai harus ribut dalam bis ini.
"Lun... kok lo bisa ikutan disini sih?Bukannya lo bukan pengisi acara? Panitia juga bukan." ucap Nandi.
"Masalah buat lo?"
"Terserah elo deh, gue nanya karena heran lo ada disini.Nggak ada status kok ikutan!" Jwab Nandi seperti biasa, Judes!
"Pacar gue kan yang ngisi acara, lagian ini Vila calon mertua gue nanti, jadi boleh aja kan gue ikutan."
"Wie permisi, aku mau pindah." Aku meminta izin agar Owie menggeser badannya sedikit karena aku mau cari tempat lain.
"Kamu disini aja, biar aku yang pindah," jawab Owie.
"Nggak usah, aku aja, Luna mau duduk sama kamu disini."
"Sejak kapan lo ber aku kamu sama pacar gue.. akrab lo sekarang?" Luna menyela percakapanku dengan Owie dan mulai cari ribut. Aku langsung tersadar. ah...salah nih!
Aku duduk lagi dan Owie yang berdiri untuk pindah tempat duduk.
Aku diam aja sambil merapal doa pengusir syaiton. Untung doaku manjur karena tanpa melirik pun aku mendengar langkah Luna bergerak menjauh mengikuti Owie yang sudah beranjak dari tempat duduknya dan pindah kebelakang. Pfiuuh lega rasanya..
"Gue duduk disini ya Pris.. udah penuh soalnya." Tiba-tiba Ario sang DJ duduk disebelahku.
"Ya Boleh.. lo baru datang?"
"Iya.. kesiangan bangun abis begadang gue "
"Owh. "
" Wendy nggak ikut Pris?"
"Kan dia nggak isi acara, jadi dia datang besok."
"Ini kita cuma berangkatnya aja kan yang naik bis? Pulang sendiri-sendiri kan.. ? "
"Iya."
"Gue tidur dulu ya.. ngantuk banget." Aku melirik Ario.
"Ya tidur aja.. gue juga masih ngantuk nih," jawabnya.
Sebenarnya aku tidak terlalu mengantuk. Tapi ya sudahlah.. Menjaga kondisi juga sebelum nanti capek selama gladi resik. Perjalanan dua jam memang tidak terasa kalo dipake tidur. Aku dan Ario sudah membuktikannya. Karena kami terbangun dengan teriakan Nandi tepat disamping kursi kami.
"Udah kayak penganten bulan madu ya tidur sender-senderan kepala.. mesra amat , bangun.. bangun... udah hampir sampe nih."
"Mesra pala lo.. ngantuk Pe'a." Sahut Ario.
"Gue masukin grup kelas ah foto lo berdua," ucap Nandi sambil mengetik sesuatu di hapenya.
Daan...' ting.'. notifikasi masuk lagi dihapeku.
IPA 3 The Best
Nandi
Share foto
Couple of the year Ario and Priska. Nggak nyangka yaaa.
Langsung masuk belasan komentar. Ada yang mengucapkan selamat, ada yang memanas - manasi, pokoknya aku dan Ario menjadi bulan-bulanan gara-gara seus Nandia. Emang cari gara-gara tuh anak.
*
Kami melakukan gladi resik mulai jam 1 siang setelah sholat Jumat untuk persiapan besok.
Tampak Owie menjauh dariku, mungkin dia takut Luna ribut dan bikin malu nanti. Bagus deh dia menjaga jarak, dari pada aku dijudesin Luna lagi. Owie hanya terlihat ketika giliran kami tampil, setelah itu dia menghilang lagi. Mungkin dia lagi mojok sama Luna. ciiee mojoookk..haha.
Aku duduk bersama Nandi, Ario dan Keanu anak IPS yang juga pengisi acara.
Kami ngobrol biasa sambil melihat pengisi acara yang sedang di panggung.
"Nanti sore kita keluar Villa yuk, dekat sini banyak cafe bagus," ajak Ario.
"Naek apa kita?" Tanya Nandi
"Pesan taksi online aja"
"Yuk..ngajak siapa aja?"
"Nggak usah rame-rame banget, kita aja. Lo mau ikut nggak Nu?"
"Ya boleh," jawab Keanu.
"Lo nggak apa-apa kan cewek sendiri Pris?"
"Nggak apa-apa, gabut juga gue disini," jawabku santai.
"Kita ngajak Owie nggak?" Tanya Ario sebagai best Friend Owie.
"Nggak usah..males gue lihat ceweknya," sahut Nandi nyolot. Syukurlah sudah di wakili Nandi.
"Iya juga sih...ngapain Luna ikutan kesini ya, keliatan banget Owie bete.Ya udah kita aja ya, jangan bilang yang lain."
"Ini kan Gladi kelar jam limaan, kita langsung cabs aja ya, sekalian makan malam diluar aja, nanti biar jam sembilanan kita udah bisa pulang."
"Oke sip."
Begitu selesai gladi resik, tanpa mandi sore kami langsung pergi ke Cafe Orion yang berada tidak jauh dari lokasi Vila yang kami tempati. Suasana Cafe sangat cozy. Jumat sore aja Cafe ini cukup ramai terlihat dari kursi yang hampir penuh. Kami hanya memesan minuman karena masih jam setengah enam. Pinter sekali Ario memberi rekomendasi tempat.
"Nanti kalo laper kita bisa makan disini atau pindah tempat juga boleh," usul Ario.
"Panitia juga menyiapkan makan malam di vila " ucap Nandi.
"Nggak apa - apa deh, jatah kita bisa di makan yang lain kan?"
"Mending bilang dulu, biar kita nggak di pesenin makanan kan mubazir," aku memberi saran.
"Ya bener juga ya, gue yang info digrup panitia deh, eh tapi foto dulu biar mereka tau siapa aja yang pergi," ucap Nandi yang segera action bergaya macam-macam untuk Selfie. Persis kayak uget-uget di ember penampungan aer ujan.
.