"Kamu udah nikah sama dia, enggak bilang bilang sama aku, li?" Ku lihat gurat kekecewaan dari kedua sorot matanya Ervan. Tentu saja, karena kami ini sudah sangat dekat. Ibaratnya saudara, itu lah ikatan diantara kami. Jadi wajar kalau Ervan sampai marah padaku. "Oh, ini saya yang salah mas Ervan. Karena pernikahan kami terjadi secara tiba tiba. Kam--" "Apakah kamu hamil?" desak Ervan padaku. Dan otomatis membuat Tuan Asegap batuk tiba tiba. Mungkin karena ia tersedak oleh air liurnya sendiri. "Oh, tidak. Mas Ervan. Berlian tidak sedang hamil. Berlian masih belum hamil." lagi lagi, Tristan yang bicara. "Oh," Aku tidak memiliki keberanian untuk menatap Ervan. Namun aku mungkin butuh bicara berdua dengannya. "Mungkin mas Ervan dan istri saya mau bicara penting. Mari kita mengobrol d