Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Berlian masih di kamar nya dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut. Ia sungguh takut pada apa yang terjadi padanya beberapa saat yang lalu. Bagaimana bisa Devan tahu kalau dirinya berada di hotel itu. Apakah laki laki itu memang menguntit dirinya sampai ke sana. Wajah Devan yang kesakitan, saat ia berhasil menusuk laki laki itu oleh pisau, masih saja terus terngiang di telinga dan kedua mata. Laki laki itu hampir saja mendapatkannya kalau saja, Berlian tidak bisa menggapai benda tajam itu. "Aku takut sekali ..." dia memejamkan kedua matanya. Disaat saat seperti ini, maka yang ia ingat adalah kedua orang tuanya dan juga Ervan. Berlian sungguh tidak tahu di mana keberadaan laki laki itu. Apakah dia baik baik saja? apakah operasinya telah selesai? "Kamu di mana ervan. Apakah kamu sudah pe