PART. 1 KESALAHAN BERBUAH DOSA
Bisma menghisap rokoknya dalam, ia hembuskan asapnya perlahan, asap segera menghilang tersapu angin malam. Pandangan Bisma seakan ingin menembus kegelapan, menggapai sesuatu yang sesungguhnya tidak bisa ia lihat.
Kedua tangan Bisma mencengkeram pagar pembatas balkon. Ia membungkukan tubuhnya dalam. Dipejamkan matanya rapat, penyesalan yang kini tengah ia rasakan. Karena kebodohannya, ia lalai dalam mengemban amanah. Amanah dari putranya sendiri, putra yang sangat ia sayangi.
"Arghhh!" Bisma mendongakan wajahnya, mengacak rambut dengan satu tangannya. Ingin sekali ia berteriak, untuk melepaskan beban pikiran dan perasaannya.
Masih terbayang dibenaknya, kejadian satu tahun lalu. Saat putranya ingin berangkat ke luar negeri untuk meneruskan studinya di Inggris, tempat di mana mantan istrinya kini tinggal.
Bagas, putranya pulang ke rumah dengan membawa seorang gadis belia, yang diakui sebagai kekasihnya. Gadis itu yatim piatu sejak bayi, lalu diadopsi oleh keluarga kaya. Namun kedua orang tua angkatnya meninggal dalam kecelakaan, dan ia diusir oleh adik ayah angkatnya, yang ingin menguasai harta peninggalan ayah, dan ibu angkatnya. Nirmala Aprialiani, nama gadis yang baru menginjak usia 18 tahun saat itu.
Bagas meminta agar ayahnya mau menerima Mala tinggal di rumah ayahnya. Dan menjaga Mala untuknya, sampai ia menyelesaikan kuliahnya. Karena Bagas tidak akan pulang, sampai kuliahnya selesai, sebagaimana perjanjian antara Bisma, Bagas, dan Astika, ibu Bagas.
Bisma kembali menghisap rokoknya dalam, lalu ia hembuskan dengan asap berbentuk lingkaran, yang langsung lenyap tersapu angin. Bisma mematikan rokonya, saat rokok itu tinggal seper empat batang saja..
Ia masuk ke dalam kamar, lalu menutup pintu yang menuju balkon.
Bisma berjalan dengan langkah ragu, menuju ranjang besar miliknya.
Ditatap tubuh yang terlelap dengan tubuh tertelungkup. Bekas air mata terlihat jelas di pipinya. Bercak merah memenuhi tubuhnya. Bisma tahu, gadis yang baru saja ia lecehkan itu, pasti benar-benar kehabisan tenaga, karena 3 jam harus melayaninya, tanpa ada waktu untuk istirahat baginya.
Bisma duduk di sofa, ia menyandarkan punggung, memijit pelan keningnya. Apa yang terjadi bukanlah hal yang ia sengaja. Tapi karena obat perangsang yang dibubuhkan entah siapa pada minumannya, saat ia datang ke klub, untuk bersenang-senang bersama teman-temannya. Obat itu pasti dimasukan seseorang ke dalam minumannya, minuman yang ia tenggak sebelum pulang. Saat ia datang, beberapa wanita mengajaknya berkencan, seperti biasanya. Tapi ia menolak mereka, ia sedang enggan bercinta.
Faza adalah wanita yang paling getol menggodanya, mungkin Fazalah yang sudah memasukan obat itu. Tapi karena setelah meminum minumannya ia langsung pulang. Pengaruh obat itu baru bereaksi dalam perjalanan. Dan reaksinya semakin hebat saat ia tiba di rumah. Celakanya, saat ia naik ke lantai atas, ia bertemu dengan Mala yang hanya mengenakan baju tidur saja.
Tanpa ampun, Bisma yang sudah tegangan tinggi, membekap mulut Mala, dan menyeret Mala masuk ke dalam kamarnya. Tubuh besar Bisma membuat Mala tak berkutik, tubuhnya habis dikuliti Bisma. Tidak tanggung-tanggung, tubuh belianya harus menerima keganasan Bisma selama 3 jam penuh. Hebatnya Mala tidak pingsan, meski ia kehabisan suara. Meski ia kehabisan tenaga, karena masih terus berusaha melawan Bisma.
"Enghh" suara gumaman lemah dari mulut Mala membuat Bisma menegakan punggungnya. Tatapannya lekat pada Mala yang berusaha merubah posisi berbaringnya.
Meski ia bukan pria baik, tapi rasa bersalah, dan penyesalan terasa menyesakan dadanya. Karena ia telah menodai wanita yang sangat dicintai oleh putranya. Satu tahun sudah Mala tinggal bersamanya, dan selama itu mereka memang jarang sekali bertemu, dan bicara. Pembicaraan mereka, hanya menyangkut kepentingan pendidikan Mala, ataupun tentang Bagas saja. Mereka tetaplah bagai orang asing, satu dengan yang lainnya.
"Enghh, hiks ... hikss ...." Mala terlihat menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Bisma bangun dari duduk, ia mendekati ranjang, dan duduk di tepinya. Mata merah Mala langsung menyambar mata Bisma, lalu ia beringsut menjauhi Bisma. Terlihat ia meringis saat menjauhi Bisma, karena merasakan nyeri pada seluruh tubuhnya, dan terluka luar biasa pada perasaannya. Ia baru saja diperkosa ayah pacarnya, calon mertuanya.
"Mala, aku tahu, tak ada maaf bagi perbuatanku. Tapi aku ingin kamu tahu, ini semua di luar kemauanku, di luar kendali diriku. Katakan, apa yang bisa aku perbuat untuk menebus kesalahanku," ucap Bisma dengan suara lemah penuh penyesalan. Penyesalannya, lebih kepada karena ia tak mampu menjaga apa yang dititipkan putranya kepadanya.
"Anda b******n! Anda seorang ayah yang b******k, anda hikss ... hiks, anda sudah membuatku ternoda!" Mala berusaha bangun dari berbaring, ditarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
"Anda sudah menghancurkan masa depanku, Pak Bisma. Anda sudah merenggut kebahagiaanku, juga kebahagiaan putra anda sendiri!" Seru Nirmala dengan nada tinggi. Tubuhnya bergetar, menahan rasa marah yang tak mampu ia tumpahkan. Ia merasa ternoda, terluka, kecewa luar biasa.
"Aku akan bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan," sahut Bisma.
"Apakah dengan pertanggung jawaban anda, semuanya akan selesai? Bagaimana dengan kelanjutan hubunganku dengan Bagas? Apa bisa aku menikah dengannya, setelah dia tahu kalau Ayahnyalah yang sudah merenggut, apa yang aku jaga untuknya!? Jawab, Tuan Bisma!" Seru Mala dengan suara terbata, karena air mata yang mengalir di pipinya.
Bisma menarik napas dalam, lalu ia hempaskan dengan perlahan.
"Kamu tidak perlu mengatakan apapun kepadanya. Kalau dia sungguh mencintaimu, dia pasti akan bisa menerimamu," jawab Bisma.
"Mungkin dia bisa menerimaku apa adanya, tapi apakah boleh seorang anak menikahi bekas ayahnya?" Lantang suara Mala, dan penuh tekanan pada kata 'bekas' yang diucapkannya. Hatinya sendiri terasa tercabik-cabik karenanya. Ia sangat mencintai Bagas, mereka sudah 2 tahun menjalin hubungan, Bagas sangat menjaga perasaannya.
Bisma kembali menarik napas. Ini seperti makan buah simalakama baginya.
"Aku jamin, kalian akan tetap bisa menikah. Kamu jangan khawatir akan hal itu. Aku berjanji tidak akan menyentuhmu lagi setelah ini. Dan kamu harus tahu, apa yang aku lakukan kepadamu bukan atas kemauanku sendiri. Tapi karena efek dari perbuatan seseorang, yang sudah memasukan obat perangsang ke dalam minumanku. Aku memang bukan pria suci, tapi aku tidak pernah memaksa wanita untuk melayaniku, apa lagi sampai memperkosanya," ucap Bisma penuh tekanan.
Bisma bangkit dari duduknya.
"Kamu bisa tetap di sini, biar aku tidur di kamar lainnya" Bisma meninggalkan Mala yang masih menumpahkan tangisnya. Mala tidak bisa pergi dari rumah ini begitu saja, karena hatinya terikat pada Bagas. Selain itu, berkeliaran di luar tanpa tujuan, bukanlah pilihan yang baik baginya. Selama ini, ia hidup sebagai anak tunggal yang sangat dimanjakan, oleh orang tua angkatnya. Ia tak memiliki kebisaan apapun juga, pergaulannya pun sangat terbatas, pada teman yang itu-itu saja. Kepergiaan kedua orang tua angkatnya yang secara tiba-tiba, benar-benar menyisakan duka mendalam, dan penderitaan dalam hidupnya. Apa lagi Paman, dan Bibinya, mengusirnya dari rumah yang sudah ia tempati sejak balita. Dan sekarang, nasib buruk kembali menghampirinya, diperkosa oleh pria tua, yang merupakan calon mertuanya. Mala merasa, tidak benar-benar ada tempat aman bagi dirinya. Rumah yang tadinya terasa nyaman, kini menggoreskan luka teramat dalam pada hatinya. Luka yang mungkin tak akan pernah bisa disembuhkan selamanya.
BERSAMBUNT