Part 21

1999 Kata
**********  BENARKAH KEPEMILIKAN PALSU PENYEBAB KEGAGALAN PEMBANGUNAN RESORT KENDRICK GROUP DENGAN WIJAYA PROPERTI ? Pembangunan resort mewah oleh Kendrick Group dan Wijaya Properti yang berada di Pulau Lombok tepatnya di Daerah Oberoi `di gadang-gadang akan membuat resort dengan tema privat. Maldives indonesia adalah julukan yang diberikan pada resort terse begitu desainnya di keluarkan.  Bahkan sudah banyak orang yang mengincar walaupun belum di bangun. Apalagi kedua perusahaan itu menyeret perusahaan properti  dari Dubai yaitu Qatar Crop.  Sayangnya pembangunan resort itu harus dibatalkan karena sebuah insiden yang sangat tak terkira. Salah seorang sumber mengatakan bahwa pembangunan resort itu dibatalkan karena surat-surat tanah pada tempat tersebut disebut palsu bahkan ada simpang siur soal surat tanah yang mereka gunakan adalah tanah rampasan milik orang lain. Hingga membuat kedua perusahan di cap terlalu menyepelekan proyek tersebut. Bahkan Qatar Crop juga sudah membatalkan kerja sama tersebut. Hal itu membuat kedua perusahan mengalami turunnya saham.   Namun  sampai saat ini  dari kedua perusahaan belum mau angkat bicara tentang kegagalan pembangunan tersebut.  Danen tersenyum miring begitu selesai membaca berita pada salah satu situs internet yang sedang iya buka. Puas dengan kerja Alex yang sanga bisa di banggakan. Tak butuh waktu lama berita tersebut sudah menjadi trending yang cukup menyusahkan kedua perusahaan tersebut. “Kau puas, Bos?” Danen hanya diam mendengar ucapan bawahannya itu. Tatapannya sama sekali tidak lepas memandang berita yang sangat membuatnya bahagia.  “Ya, diammu kuanggap kau puas dengan kerjaku. Apa itu  berarti aku akan mendapat bonus? Aku akan sangat berterima kasih jika kau memberiku sepeda Harley davidson mu yang berwarna orange itu.” Danen melirikkan mata dengan bengis “ Kau harus tidur bersama Max terlebih dahulu jika ingin mendapatkannya.” Sinis Danen. Alex bergidik mendengarnya, sedangkan Bram sudah tertawa terbahak mendengar perdebatan itu. “Sekalian saja kau membunuhku,” Alex berdecak, membaringkan dirinya membelakangi Danen  di sofa biru dongker milik Danen.  “Ya, sepertinya itu ide yang bagus. Bersiaplah sebentar lagi….” “Arrghh, aku hanya bercanda, bodoh.” Danen berdecih sambil memalingkan kepala, “Bodoh berteriak bodoh.” Hening…. Bram menatap punggung Alex yang tidak bergerak meringkuk di sofa. “Dia tidur?” Tanya Bram memastikan keadaan Alex.  Danen mengedikkan bahu. “ Biarkan saja beberapa hari ini ia cukup lelah dengan sistem keamanan perusahaan.” Bram menganggukan kepala mendengar perkataan Danen. “ Setelah ini kita akan berbuat apa? Tak mungkin keduanya diam saja.”  “ Mereka tak akan menyangka itu dari kita. Tenang saja jika pun mereka membalas, perusahaan sudah terlalu kuat untuk di goyah,” Ucap Danen penuh keyakinan.                      Danen tersenyum ketika melihat Roxy yang berjalan ke arahnya.  “Come on, boy.” Roxy berlari ke arahnya dan Danen dengan sigap meletakan jari pada mulutnya, tanda Roxy tidak boleh berisik. Dan dengan cerdasnya Roxy menurut.  Tak berselang lama Aludra terlihat di belakang Roxy. Matanya mengarah pada punggung Alex yang terbaring  di sofa. “ Dia tertidur?” Tanya Aludra. “ Ya.” Jawab Bram dengan tak acuh karena keripik kentang yang ia makan. “ Kau pasti sangat merindukanku, ya?” Danen membelai leher Roxy dengan gemas. Mendekatkan wajahnya hingga menempel pada hidung Roxy.      “Bermain di luar?” Roxy menjawab dengan rengekan. Bram memutar bola matanya melihat drama anak dan ayah di depannya. Selalu seperti itu. Satu kebiasaan Danen yang diketahui semua penghuni mansion. Tuannya itu jika berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan sibuk bekerja maka ketika kesibukannya selesai ia akan mengajak kencan semua anak-anaknya satu persatu. Tak jarang, bosnya itu akan melewatkan makan siangnya hanya untuk berkencan dengan anak-anaknya tersebut. Dan mungkin hari ini jadwalnya dengan Roxy. Dan akan menjadi hari libur untuk Bram. ****    “ Aludra,” Panggil Danen ketika melihat gadis itu duduk di halaman belakang mansion dengan Grey yang sedang menikmati wortel segar miliknya. “Ya?”Aludra menoleh kearah pintu. Tempat Danen berada. “ Bisa menemaniku sebentar?” “Kemana?” “ Nanti kau akan tahu sendiri. Bersiaplah. Satu jam lagi kita berangkat,” Danen balik tanpa memperdulikan jawaban Aludra. “Ta….”     “Tak menerima penolakan.” Tegas Danen, mengurungkan niat Aludra yang akan menolak ajakannya.  “Yakin akan membawa Aludra?” Tanya Bram. Bosnya itu berencana mengajak Aludra ke sebuah restoran yang akan menjadi tempat pertemuan Augra dengan rekan bisnisnya. Mungkin karena menurunya harga saham perusahaan. Dan Danen ingin membuat sebuah kejutan untuk Augra. “ Ya,” Danen berjalan menuju kamarnya meninggalkan Bram.  Satu jam kemudian, Danen sudah siap dan menunggu Aludra selesai bersiap-siap. Lima menit kemudian Aludra sudah siap dengan baju  model casual yang dipadu padankan dengan sepatu converse favoritnya. Gaya andalan Aludra.  “ Sudah?”Tanya Danen yang hanya di tanggapi angukan oleh Aludra. Keduanya pun meninggalkan mansion dengan mobil BMW milik Danen. Sepanjang perjalanan hanya kedamaian yang menemani keduanya. Danen yang sibuk menyetir dan Aludra yang sibuk dengan pikirannya sendiri di sepanjang jalan.  Tak lama kemudian, keduannya tiba di sebuah restoran yang terlihat mewah. Danen melihat Aludra yang menatap kagum tempat di depannya, namun kemudian menunduk untuk  melihat pakaian yang perempuan itu keenakan. “ Ayo keluar.” “ Tapi, ba…” “ Tak perlu khawatir . Ayo keluar.”  Potong Danen, seakan tahu pemikiran perempuan berambut ikal yang berada di sampingnya. Gadis itu mungkin merasa mal u dengan pakaiannya melihat konsep mewah yang digunakan restoran tersebut. Karena toh dia juga hanya mengenakan jeans pendek dengan kaos biasa. Danen keluar dari mobil, berjalan memutari mobil dan membukakan pintu penumpang untuk Aludra.     Keduanya berjalan beriringan, hampir saja satpam restoran itu akan menghentikan keduanya karena pakaian yang keduanya kenakan. Karena restoran ini hanya menerima orang-orang yang berpakaian formal. Namun, begitu melihat dan ternyata Danen . Satpam itu pun mengurungkan niatnya. Takut jika dipecat.      Keduanya benar-benar menjadi pusat perhatian ketika memasuki restoran. Penampilan Aludra yang hanya memakai celana jeans panjang dengan kaos hitam yang dilapisi blazer dan Danen yang hanya memakai celana jeans yang panjangnya hanya sampai lutut dan kaos hitam pas body. Danen berjalan dengan santai yang  diikuti Aludra dengan wajah tertunduk.  “ Aludra.” Panggilan itu jelas menarik perhatian Aludra. Sedangkan Danen tersenyum begitu keinginannya tercapai. Rencananya berhasil. Augra berjalan mendekati keduanya. Dan matanya membulat dalam waktu beberapa detik ketika melihat Danen yang bersama Aludra. Aludra tersenyum di sebelahnya. “ Hai, Om.” Sapa perempuan itu dengan ceria. “Hai, Aludra. Apa kau ingin makan malam disini?” Augra tersenyum, berjalan mendekati Aludra dan menempelkan pipinya di pipi Aludra. Aludra hanya tersenyum simpul. Danen melihat interaksi kedua nya dalam diam. Sangat akrab.  “ Ya, makan malam.” Jawab Danen dengan lemah lembut. “ Paman sendiri sedang apa?” Tanya penasaran Aludra.  “Hanya makan dengan rekan kerja,” Elak Augra. Danen tahu jika di dalam pikiran pak tua di depannya pasti bingung dengan keadaan Aludra yang bersama dirinya. Bukannya bersama Jivar yang berstatuskan kekasih Alura.  Ah….pasti akan lebih seru lagi jika Jivar melihat Danen dan Aludra yang berencana makan malam. Ia ingin melihat kemarahan pria itu di hadapannya langsung.  “ Om, aku turut bersedih dengan kabar resort itu, Sungguh jahat sekali orang yang menipu kalian.” Ucap Aludra bersimpati. ' Tanpa sadar Aludra menyindirnya. Tak tau saja perempuan itu sejahat apa orang yang ia panggil Om itu' “ Tidak apa, memang dalam urusan bisnis tipu menipu bukan hal yang tabu. Bukan begitu tuan Danendra?”            Danen hanya menanggapi dengan anggukan kepala. Malas  berkata di depan Augra. Danen tahu sindiraan it untuknya.     “ Sepertinya Om harus pergi?” Pamit Augra. Aludra hanya menjawab dengan anggukan. Sedangkan Danen hanya acuh tak acuh.        Setelah kepergian Augra. Danen dan Aludra berjalan menuju meja yang telah di pesan Danne. “Sepertinya kau sangat mengenal laki laki yang menyapamu tadi?" Pancing Aludra. " Hanya sekedar kenal, Jivar yang memperkenalkan kami. Om Augra orang yang sangat baik."puji Aludra.     ‘Ya sangat baik untuk menjadi musuh.' Gumam Danen dalam hati.  Keduanya pun memakan makanan dengan santai dengan obrolan yang terus mengalir. Sampai tidak sadar jika makanan mereka sudah habis.  Danen menatap piring kosong miliknya, “Kemana hilangnya makananku, Aludra? Apa kau memakannya?” Aludra tertawa pelan mendengar penuturan Danen. Ia memegang perutnya yang terasa sangat kenyang, “Ya, semuanya masuk ke dalam perutku.” Danen membuka bibir tidak percaya, “Wow, apa perutmu sangat besar hingga menampung dua piring makanan sekaligus.” “Ya, mungkin.” Danen terkikik geli, “Sepertinya kita harus pulang,” Ujar Danen. “Ya,” Balas Aludra sambil menyeka makanan yang menempel di sekitar bibirnya.  Keduanya pun berjalan beriringan meninggalkan restoran, hendak pulang. Namun baru saja keduanya melangkah menuju pintu keluar, manik keduanya menangkap Jivar yang berada di depan mobil milik Danen. Danen tersenyum melihat itu. ' Singa milik Aludra pasti akan marah,'  Sedangkan wajah perempuan di sampingnya terlihat pucat. Apalagi saat melihat pandangan tak bersahabat yang kekasihnya tujukan untuknya. “Wow, kenapa kalian berdua tampak seperti pasangan yang telah menghabiskan waktu untuk makan malam dengan mesra.” Danen tersenyum, “Benarkah?” “Ya.” “Jivar….” “Diam, Aludra.” Jivar melemparkan tatapan tajamnya pada Aludra yang sudah memucat.  “A..akuu….” “Kubilang diam, Aludra!!” Bentak Jivar. Lalu mengayunkan kakinya lebar-lebar ke arah keduanya dan hendak menarik kasar lengan Aludra. Namun sebelum niatnya terwujud, Danen sudah terlebih dahulu lebih cepat menyembunyikan badan mungil Aludra di belakangnya. “Jangan berbuat kasar padanya,” Ujar Danen datar. Jivar mendengus melihat pembelaan Danen. “Apa ini sebabnya kau tidak mau menuruti keinginanku?” “T..tidak, Jivar. Kau salah paham.” “Kali ini tidak ada kesalahpahaman, Aludra. Kau sudah sangat tertangkap basah denganku.” “Jivar….” Hap…. Danen menangkap lengan Aludra yang hendak berjalan menghampiri Jivar. Mencegah perempuan itu agar tidak berdekatan dengan Jivar. Ia tidak mau pria b******k itu kembali menyakiti Aludra. Danen kembali membawa badan Aludra untuk bersembunyi di belakang badan kekarnya. “Apa yang anda lakukan, Tuan Danendra?” “Maaf, aku hanya mencegah tindak kekerasan yang mungkin saja sudah anda rencanakan.” Jivar mendengus, “Kau tahu itu bukan urusanmu, Tuan Danendra.” “Ya, memang. Tapi anda tidak lupa bukan jika Dokter Aludra adalah dokter hewan saya. Jadi sebagai sang majikan yang baik hati, saya tidak akan membiarkan siapapun menyakiti karyawan saya.” “Saya sama sekali tidak peduli. Sekarang kembalikan kekasih saya,” Jivar mengulurkan tangannya. Danen menatap jenaka tangan Jivar yang melayang. Tidaka akan ia biarkan pria b******k ini kembali melukai Aludra. Ya, meskipun Aludra adalah anak musuhnya. Namun tetap saja ia tidak akan membiarkan Jivar senang dengan memukuli kekasihnya sendiri. Apalagi saat melihat wajah menderita Aludra. Danen tersenyum miring melihat Jivar memejamkan mata untuk meredam amarah yang sudah sangat menggunung di kepalanya.  “Aludra,” Panggil Jivar lembut. Pria itu mengepakan tangannya yang melayang di udara dengan sangat mengenaskan. “Kemarilah, sayang.” Danen mendengus, sebenarnya Jivar ini punya berapa muka? Kenapa pria itu sangat mudah merubah suasana hatinya dengan mudah. “Maaf, tapi waktu saya tidak banyak jadi permisi.” “Anda boleh meninggalkan kami kalau begitu.” “Seharusnya begitu, tapi sekali lagi saya minta maaf. Saya kesini dengan Dokter Aludra dan sudah seharusnya juga saya pulang bersama Dokter Aludra.” “Tidak perlu khawatir, saya bisa menjaga kekasih saya sendiri.” “Ya, saya tahu. Tapi tetap saja saya tidak enak meninggalkannya sendirian.” “Tidak perlu sungkan, Tuan Danendra. Kami ingin menyelesaikan masalah yang hampir membuat hubungan kami merenggang.”  Danen memasang senyum terbaiknya, “Maaf, tapi saya tidak punya waktu banyak lagi untuk memperpanjang perdebatan ini.” “Kalau begitu bisakah anda segera meninggalkan kami berdua?” “Saya sudah bilang bukan, saya tidak bisa, Tuan Jivar.” Danen menarik pelan lengan Aludra dan berjalan mendekati mobilnya. Ia membuka pintu penumpang di depan dan membawa tubuh Aludra tenggelam dalam mobilnya. Dan kepasrahan Aludra membuatnya semakin leluasa untuk memanas-manasi kekasih perempuan itu. Mungkin Aludra juga tidak ingin sang kekasih kembali melakukan kekerasan pada dirinya, itulah sebabnya perempuan itu hanya bisa pasrah dengan perbuatan Danen padanya. Danen tersenyum senang penuh kepuasan ketika melihat kedua tangan Jivar yang mengepal serta wajah pria itu yang memerah. “Permisi.” Ujar Danen sebelum memasuki mobilnya dan melajukan kendaraannya,  meninggalkan Jivar yang terdiam dengan berbagai kemarahan yang memenuhi hati serta kepalanya.  'Menyenangkan sekali hari ini.'  Gumam Danen dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN