Part 9

1400 Kata
****** Pagi ini Danen melakukan rutinitasnya seperti biasa. Bermain dengan anak-anaknya secara bergantian. Tapi entah kenapa, hari ini Max mulai bermanja-manja dengannya. Singa besar itu terus menggesekan bulunya pada paha Danen dengan manja. Sedangkan ia hanya duduk dengan tenang di atas batu yang berada pada kandang Max, dengan tangan yang sibuk membelai bulu si raja hutan tersebut. “ Kau sudah bertemu dengannya kan, Max? Bagaimana menurutmu? Dia cukup baik menjadi dokter kalian bukan. Namun, sepertinya ia juga mempunyai maksud terselubung dengan menerima tawaran dariku."  Singa jantan itu hanya merespon dengan membuka mulutnya tanpa bersuara. Mungkin mulai mengantuk setelah mendengar Danen bercerita, juga belaian lembut yang singa itu dapatkan.   Pikiran Danen melayang pada kejadian satu minggu lalu, saat dia di serang tepat di depan mansion nya.  Musuhnya sudah mulai berani dan Danen tak akan pernah membiarkan dirinya lengah sedikitpun untuk membiarkan musuhnya meraih kebahagiaan dengan keberhasilan menyerangnya. Sejak kejadian tersebut, Danen memasang kamera tersembunyi pada akses menuju mansionnya. Belum juga dengan musuhnya yang sedang berada di dalam mansionnya. Danen harus lebih berhati-hati untuk yang satu itu. Musuh dalam selimut, Danen tersenyum miring. Ia bersumpah akan menghancurkan mereka semua. Danen menundukkan kepala, dan matanya langsung menangkap Max yang sudah memejamkan matanya dengan tenang. Ia pun tersenyum, Max terlihat begitu pulas. Setengah jam kemudian Danen masuk kedalam mansionnya dengan tenang.  Danen menghentikan langkahnya saat manik hazelnya menangkap Aludra yang berada di  taman depan mansionnya dengan Roxy yang berada disampingnya. Sejak kedatangan Aludra, Roxy memang selalu berdekatan dengan gadis itu. Tak jarang hewan berbulu itu akan lebih sering bermanja-manja dengan Aludra daripada dengannya.  Dan kebalikannya, Mr.Grey justru lebih senang berada di dekatnya sejak tinggal di mansion Danen. Mungkin karena Aludra yang lebih sering dengan Roxy. Hebatnya, Mr. Grey adalah hewan jinak pertama yang bisa sedekat ini dengan Danen. Danen menenggelamkan kedua tangannya pada saku celana santai yang ia kenakan saat melihat Aludra yang berjalan dengan tenang mendekatinya. “ Danen, bisakah untuk hari ini saya bekerja setengah hari? Ada beberapa urusan yang harus saya selesaikan dan saya tidak bisa menundanya.”  Sejak beberapa hari yang lalu Aludra memang sudah mulai memanggil Tuan nya dengan sebutan nama karena itu perintah langsung dari atasannya tersebut. Dengan alasan yang Danen buat buat lebih tepatnya dan ia tidak bisa menolaknya. “Selagi pekerjaanmu selesai dan kau sudah selesai melakukan pengecekan rutin pada semua hewan-hewanku, kau bisa pergi.” “ Terima kasih.”   Danen mengangguk, lalu berjalan melewati Aludra saat mendengar pengucapan terima kasih dari perempuan itu. Toh Aludra akan terus menerus berada dalam pengawasannya. ****  Saat Danen dan Aludra menikmati sarapan mereka, Bram datang dengan wajah datar namun sorot mata terburu-buru, sorot mata  yang amat sangat Danen kenali dapat ia temukan di manik Bram. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan salah satu usahanya yang akan membuat Danen benci.  Bram mengarahkan pandangannya ke arah Aludra. Pertanda bahwa ia bertanya apakah tak masalah jika menyampaikan kabar tersebut di depan Aludra. Dan Danen menganggukan kepalanya sebagai jawaban.     “ Bicara lah!” “Beberapa polisi mendatangi Midnight, Tuan, mereka ingin meminta keterangan tentang perempuan yang tewas di toilet Club kemarin." “Kenapa kabar mayat itu baru terdengar di telingaku?” “ Kepala pengelolah juga baru tahu tadi malam, Tuan. Saat tiba-tiba seorang polisi mendatangi Club dan mengatakan seseorang ditemukan tewas di toilet Club wanita. Berita tersebut sudah menjadi trending topik di berita. ”  Danen menggebrak meja dengan keras membuat Aludra yang melihatnya terperanjat karena terkejut. Mata hazel Danen menggelap. Amarahnya benar benar diuji beberapa minggu ini. “ Sialan!! Bereskan Bram. Berikan apa yang penyelidik inginkan. Awasi semua pergerakan dalam Club. Dan siapkan pesawat untuk terbang satu jam lagi.” Bram pun berjalan meninggalkan ruang makan dengan handphone di telinganya. Seperti nya ia harus ke Bali untuk mengecek di Midnight hari  ini juga. Ia menjamin pasti ada yang berusaha menjatuhkannya lewat Midnight miliknya. Ia harus memberi pelajaran pada orang tersebut.   Danen berdiri dengan derapan kursi yang terdengar keras.      “ Jika terjadi sesuatu dengan hewan milikku dalam beberapa hari saat saya pergi, anda tahu ganjarannya, Dokter Aludra. Nyawa anda menjadi taruhannya.” Dengan langkah yang tenang namun kemarahan yang terlihat jelas dalam raut mukanya, Danen meninggalkan ruang makan dengan langkah lebarnya. Sedangkan Aludra hanya terdiam dengan raut sedikit kesal bercampur takut melihat kemarahan Danen.  Mempunyai perusahaan besar tak melulu memiliki kehidupan tenang, justru musuh yang Danen miliki semakin banyak dan mereka tak segan segan untuk mengotori tangan mereka untuk menjatuhkannya.  ***** Danen memantau semua kegiatan di Club  Midnight dari  layar lebar di depannya. Matanya tak lepas dari layar tersebut. Club milik Danen tak bisa sembarangan orang bisa masuk, bahkan untuk menjadi pelanggan VIP Midnight mereka harus melalui proses yang panjang. Danen tak pernah mau klub malamnya berurusan dengan pihak hukum karena masalah remeh. Ia akan memastikan bahwa klub malamnya bebas dari interaksi illegal. Danen hanya mau Bar miliknya menjadi tempat yang nyaman untuk semua tamu yang membutuhkan sedikit hiburan.  Danen menatap seseorang dalam layar tersebut dengan tatapan tajam. Tangan Danen mengepal kuat, terlihat seorang pria berbaju barista yang mengenakan masker berjalan dengan sangat mencurigakan memasuki toilet wanita. Diikuti seseorang berpakaian tukang bersih bersih dengan tong sampah besar berwarna hijau yang di seretnya. Tak berselang lama keduannya keluar bersamaan. Dan setengah jam kemudian beberapa polisi datang menggerebek Barnya, membuat beberapa pengunjung tak nyaman dengan kedatangan polisi tersebut. Meskipun tidak banyak, namun tetap saja mereka merasa tidak nyaman dan berakhir dengan pergi keluar dari Bar nya.  “ Cari tahu semua data dua orang tersebut dan polisi yang mendatangi Midnight.” “ Mencurigakan bukan?” Bram mengatakan dengan santai. Tangan kanan yang sudah Danen anggap saudara itu memang terkadang akan berbicara dengan santai ketika berada di luar jam kantor, berbeda saat jam kerja yang akan terlihat sangat kaku.     “ Lihat lah.” Bram menunjukkan sebuah potongan video yang memperlihatkan orang yang memakai seragam bartender tadi menelpon seseorang setelah keluar kamar mandi wanita.     “Dan lagi, perempuan yang dinyatakan tewas tersebut merupakan seorang p*****r di sebuah Bar.” Sebuah petunjuk yang kuat. Karena Midnight tak pernah mengizinkan adanya p*****r ataupun sejenisnya. Karena Midnight  hanya bisa di gunakan oleh orang-orang tertentu yang menginginkan Club dengan kualitas privat Club.       “ Hubungi orang orang yang berada pada pihak kita!”  Danen benar benar tak akan membiarkan musuhnya merasakan kebebasan. Ia tidak akan pernah membiarkan mereka tersenyum bahagia diatas masalah yang selama ini tidak berhenti mengusik hidupnya. Tidak akan pernah.  “ Danen.” Bram memberikan ponsel miliknya pada Danen. Pria itu langsung membaca dokumen yang berada pada handphone Bram dengan tenang. Ternyata benar. Semuanya hanya sebuah rekayasa. Tak sia-sia ia membayar mahal untuk menekan buronannya dalam hitungan Jam. Team IT yang ia miliki memang tak main-main dengan kecepatannya bekerja. “Temukan mereka!” ****  Saat Danen ingin membaringkan badan nya pada kasur empuk mahal miliknya, Tiba-tiba suara deringan Handphone menginterupsi kegiatannya. “ Mereka sudah dalam markas.”  Danen membatalkan niatnya untuk tidur dan mengambil jaket yang tergantung pada lemari dan keluar dari villa miliknya. Berjalan menuju gudang belakang villa tersebut.  Terlihat Bram dan beberapa pengawalnya mengelilingi dua orang yang sedang pingsan dan terduduk dengan badan yang terikat. Bram mengambil wadah yang berisi air es dan menyiramkan nya pada kedua orang tersebut yang langsung membuat keduanya terbangun dengan tergelagap. Menghirup nafas sebanyak-banyaknya. “ Siapa yang menyuruh kalian?”  Bram mengarahkan pistol tepat di kepala mereka.  Keduanya hanya menggeleng dengan sorot yang ketakutan. Saat Bram bersiap menarik pelatuk, keduanya berteriak ketakutan.  “ Tidak tahu!!”   Danen berjalan dan mengambil sebuah samurai yang berada di dinding. Mengeluarkannya dari sarung senjata dengan gerakan pelan. “ Tidak tahu kami hanya disuruh oleh seseorang yang mengancam kami.” Danen mengangkat satu alisnya. Menyuruh mereka meneruskan cerita mereka. “ Dia hanya menyuruh kami membawa tong sampah tersebut ke dalam toilet wanita di Midnight dan menukarkannya dengan tong sampah yang sudah ada pada toilet tersebut.” Salah satu dari keduanya bercerita dengan terbata bata dengan  mata yang tak lepas memandang  samurai yang di genggam Danen dengan raut muka cemas.  “ Jangan berbohong.” Bram menekan mulut pistol miliknya pada pelipis pria yang berada di sebelah kanan. “ Ka..kami tak berbohong. kalian bisa mengecek panggilan pada handphone kami.” Salah satu pengawal menyerahkan dua handphone pada Danen yang memperlihatkan panggilan masuk terakhir pada kedua ponsel tersebut. ‘********1121’ Danen mengerutkan dahinya ketika melihat empat angka dibelakang nomor tersebut. Angka tersebut, angka yang sama dengan plat mobil yang menyerangnya. Ada apa dengan nomor tersebut? Ia yakin, pelaku pasti orang yang sama. Danen bersumpah akan menemukan pelakunya  dan memberikan mereka hukuman yang sepadan.  ****   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN