Part 15

1315 Kata
**** Danen memasuki ruangan yang gelap gulita dengan bau kusam itu dengan langkah tenangnya. Tidak ada rasa ketakutan sedikitpun yang Danen rasakan. Sedangkan Bram mengikutinya dari belakang. Terus menyusuri ruangan itu sampai ia melihat cahaya dari sebuah lampu. “Dia pingsan, Tuan,” Danen menganggukkan kepala dan memasuki pintu di dalamnya, memberi isyarat pada Brram untuk membangunkan orang yang masih sedang berada di alam bawa sadarnya. Bram mengambil sebaskom air dan menyiram seorang pria yang duduk diatas kursi tersebut. Membuat pria itu terbangun dengan terkesiap kaget. “ Sialan, siapa kalian?” Hanya terdengar suara langkah yang menjawab pertanyaan pria di kursi tersebut. “ Aku akan pastikan kalian mendapat ganjarannya.” “Dari siapa? Memang apa yang bisa dilakukan atasankmu yang tua bangka itu?” “Dia pasti akan membunuhmu." “Kau yakin?” “Dia tak akan melepaskanmu.” “Kau yakin?” Satu pukulan telak di berikan Bram pada perut pria tersebut. Membuat pria tersebut mengerang kesakitan. “Nama Artha Kusuma, status menikah.” Lalu Bram memperlihatkan video seorang perempuan yang sedang berbelanja di sebuah mall dari sebuah tablet. “ Dimana tuan yang kau bangakan itu? Bisakah dia melindungi keluargamu?” Pria itu terdiam cukup lama dengan tatapan yang tak lepas dari layar tablet di depannya. “ Jangan sentuh istriku sedikitpun.” Desisnya ttajam. Melemparkan tatapan tajamnya pada pria asing di depannya. “ Kita lihat saja nanti, give and take.” “Tidak akan, dia berjanji untuk melindungiku dan keluargaku.” Artha berkata dengan penuh keyakinan. “ Benarkah?” Ejek Bram. Bram mengambil ponsel dalam sakunya. “ Kalian bisa mulai.” Seketika di dalam layar tablet di depan Artha menunjukan sebuah panggilan masuk dari nomor tersembunyi. Bram mengangkat panggilan tersebut dan terlihat istri Artha yang sudah dalam keadaan pingsan di sebuah mobil dengan diapit dua orang yang memakai masker wajah hitam. “ Really? Give and Take.” Salah satu dari orang di samping istri Artha mengeluarkan belati. “ Give and take.” “ TIDAK.” “ Ok.” Orang bertopeng hitam itupun meletakan belati di leher istri Artha. “ Ucapkan salam perpisahan.” Bram menganggukan kepala dan… “ GIVE, I GIVE YOU. SIALAN KALIAN.” Artha memberontak sekuat tenaga. Namun hal itu percuma karena ia tak bisa melepaskan ikatan pada tubuhnya sedikitpun. Danen hanya tersenyum miring melihat seberapa putus asa apa Artha melihat sang istri tercintanya yang dalam keadaan terancam “ Ok, siapa yang menyuruhmu mengambil dokumen itu?” “ Dokumen apa? Aku tak mengambil dokumen apapun.” Jawab Artha yang mendapat ganjaran sebuah pukulan di perutnya. “ Sialan.” “ Siapa yang menyuruhmu?” Tegas Bram. “ Aku bersumpah bukan aku yang membocorkan desain itu.” “ Lalu.” “ Pak Chandra hanya menyuruhku membuka akses pada dokumen itu, dia mengancamku.”Artha berusaha menggerakan tangannya dengan sekuat tenaga, namun hanya kesakitan yang ia dapatkan. ” Sialan.” Desisnya lagi. “ Lalu?” “ Aku hanya membuka akses ke dokumen itu, setelah memastikan Tuan Danendra keluar dari ruangannya. Karena itu juga keinginan Tuan Chandra. Setelahnya aku tidak tahu.” “ Dia mengancammu dengan foto perselingkuhanmu?” Artha terdiam. “ Kau tahu, Artha? Perempuan yang bersamamu pada malam itu adalah salah satu koleksi Chandra.” “Tidak mungkin.” “ Dia berkata ingin melindungimu namun faktanya dia lah yang menjebakmu. Jadi nikmati kehidupan barumu besok.” Artha terdiam, merenungkan perkataan Bram. “ Nikmatilah movie yang akan kami putar.” Tablet di depan Artha memperlihatkan istrinya yang masih berada di mobil, namun tak lagi bersama orang orang bermasker. Hanya sendiri dengan satu amplop coklat di genggamannya. Perempuan itu membuka amplop coklat tersebut. Seketika air mata keluar dari pelupuk matanya, melihat begitu banyak foto suaminya yang tak lain adalah Artha berdua dengan seorang perempuan yang bukan dirinya. Apalagi ketika foto Artha yang keluar dari hotel dengan tangan yang melingkar pada pinggang perempuan tersebut. Sang istri semakin menangis meraung melihatnya. “ Tidak….. tidak…. TIDAK. SIALAN KALIAN, KALIAN SUDAH BERJANJI TAK AKAN MENYAKITI ISTRIKU.” Artha terus berusaha memberontak dari ikatannya. “ Bukan kami yang menyakiti istrimu Artha. Tapi kebejatanmu. Jika kau tidak ingin menyakitinya maka tidak seharusnya kau berselingkuh di belakang istri tercintamu itu. Ah aku bahkan tidak yakin kau begitu mencintainya. Karena jika kau mencintai istrimu, tidak mungkin kau berselingkuh di belakangnya bukan.” “DIAM KAU SIAALAN!!!” Bram dan Danen pun keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Artha yang terus berteriak. Mereka berdua berhenti pada orang yang menjaga ruangan tersebut. “ Buat dia pingsan. Lepaskan ikatannya dan tinggalkan. Biarkan dia pergi. Tapi tetap dalam pengawasan.” Danen berkata dengan nada yang tak terbantahkannya. **** Danen mendekati Aludra yang tampak sedang bermain dengan Mr. Grey dengan menunggangi Black. “ Berkuda?” tawar Danen. Aludra menggelengkan kepalanya. “ Aku tak bisa menunggangi mereka.” “ Aku bisa mengajarimu.” “ Benarkah?” Seketika matik hitam pekat Aludra terlihat bersinar karena senang dengan perkataan Danen.. “ Hmm. Kemarilah.” Danen mengulurkan tangannya. “ Tapi….” Aludra melihat Grey yang berada di gendonganya sejenak. Memahami maksud dari tatapan Aludra pada Grey, Danen pun memanggil salah satu pegawainya yang terlihat sedang membersihkan tanamannya dan menyuruhnya membawa Grey kedalam mansionnya. “ Kemarilah.” Danen berusaha berkata selembut mungkin sambil mengulurkan tangannya. “Aku tidak bisa, dia terlalu tinggi.” Tunjuk Aludra pada Black. Danen melompat turun dari punggung Black. “ Black, diamlah!” Danen memegang pinggul Aludra secara tiba tiba, membuat perempuan itu terkejut. Satu detik kemudian Aludra sudah berada di punggung Black. Dan Satu detik kemudian Danen menyusul Aludra. Ia duduk di belakang Aludra. “ Tenang lah. Black bisa merasakan kegugupan.” Terdengar helaan nafas Aludra yang membuat Danen mengeluarkan senyumnya. Namun hanya di ujung bibirnya saja. Merasa lucu melihat ketegangan Aludra. Bagaimana tidak, Perempuan itu bisa menaklukan Roxy dalam hitungan hari dan bisa akrab dengan hewan hewan buas miliknya, Namun merasa tegang ketika menunggangi hewan jinak. Bukankah terbalik? “ Hampir semua kuda milikku tak menggunakan tali kekang. Karena aku ingin membuat mereka merasa bebas.” Danen mulai menjalankan Black menuju hutan buatannya dengan Aludra yag duduk di depannya. “ Kenapa suka hewan?” Tanya Aludra tiba tiba. Danen terdiam sejenak. “ Karna mereka apa adanya. Marah ketika merasa diganggu dan diam ketika merasa aman. Tak seperti manusia. Mereka terkadang terlihat diam, namun didalamnya penuh dengan tipu muslihat.” Aludra terkekeh pelan. “ Kau benar. Manusia lebih berbahaya dari pada hewan. Terkadang mereka tak menyadari sebuas apa dirinya.” “ Benar. Aku pernah membaca sebuah berita, dalam satu tahun ada belasan manusia mati karena gigitan hiu. Dengan berita itu mereka membesar-besarkan bahaya hiu tanpa mereka ketahui bahwa ratusan bahkan ribuan hiu dibunuh manusia dalam waktu satu bulan.” “ Benar. Sekejam itu lah manusia.” Keduanya pun terdiam. Ketika mereka sampai pada padang rumput, Danen mulai mengajari Aludra cara menunggangi kuda tanpa tali kekang. Awalnya Aludra menjerit ketakutan ketika Danen membiarkan nya menunggangi Black sendirian. Namun akhirnya perempuan itu bisa dengan mudah menyatu dengan Black. Padahal kuda hitam itu sangat susah didekati oleh orang lain. Satu jam kemudian keduanya terduduk di atas rerumputan dengan Black yang dibiarkan menikmati rumput-rumput segar di sekitarnya. “Kau berbeda jika menyangkut hewan-hewanmu.” Aludra memecah keheningan. “ Maksudnya.” “ Kau terasa lebih hidup.” Danen tersenyum tipis. Benar, ia merasa berkali-kali lipat lebih hidup jika sedang bersama para anaknya. “ Mereka adalah keluargaku, anak anakku. Kau sendiri, apa kau punya hubungan keluarga dengan Mr. Augra?” “ Om Augra? Kau mengenalnya.” “ Hanya sebatas tahu.” Balas Danen mengedikkan bahu acuh. “ Aku mengenal Om Augra sejak berkencan dengan Jivar. Mungkin sekitar tiga tahun yang lalu. Dia orang yang sangat baik.” Danen mendengus pelan mendengarnya. ‘ Ya baik sekali, sampai mencuri desain resort impian ibuku’ Desis Danen dalam hati. “ Sudah hampir gelap, sepertinya kita harus kembali.” Danen berdiri dari duduknya, mengulurkan tangan kanannya yang langsung disambut oleh Aludra. “ Terima kasih.” “Hmm.” Keduanya pun berjalan menghampiri Black dan segera pergi meninggalkan hutan buatan Danen tersebut. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN