Part 24

1893 Kata
******* " Bacakan!" Danen menyandarkan bahunya pada kursi kebesarannya. Dengan mata tertutup. Sungguh bagi Danen, lebih baik menyelesaikan masalah besar pada perusahaan miliknya daripada tentang hewan-hewannya. Sangat sedih melihat anak anaknya sakit karena kecolongannya. Rasa bersalah terus menerus merongkol dalam hatinya. Apalagi Felix kembali muntah muntah kemarin. Membuatnya semakin cemas. Dan syukurnya Max sudah membaik. Ia tak pernah mematikan monitor yang menampilkan keadaan Felix sama sekali sejak kemarin. Terus menerus mengawasinya dari jauh untuk memastikan keadaannya. Rasa khawatir itu sama sekali tidak bisa hilang. Kepalanya terus menerus memikirkan keadaan Felix. Meskipun Dokter Faris sudah mengatakan jika keadaannya membaik, namun tetap saja rasa khawatir itu masih tertanam di hatinya. " Dokter Aludra mengenal Augra sejak dirinya berpacaran dengan Jivar, Tuan. Lebih tepatnya satu tahun setelah berpacaran barulah Aludra mengenal Augra.Mereka cukup dekat. Begitu pula Jivar dengan Augra. Bahkan salah satu pegawai Augra ada yang berkata kedekatan keduanya karena Augra yang cukup dekat dengan mama Jivar." Jelas Bram. " Sebentar, kedekatan Augra dan Jivar karena hubungan dekat dengan mama Jivar. Bukankah itu aneh. Kecuali Augra adalah ayah kandung Jivar." Selidik Danen. " Anda benar, Tuan. Itu yang sedang saya curigai untuk saat ini dan saya juga sedang mencari tahu. Apalagi pertemuan keduanya yang terlalu sering untuk sebuah hubungan profesional." Imbuh Bram. " Apa karena Aludra tahu jika Augra adalah ayah Jivar, sehingga membuatnya membela Augra mati matian?" Danen membuka matanya dan meraih segelas coklat panas di atas mejanya. Dan menyesapnya pelan. " Hubungi Alex!" Bram menganggukan kepalanya pelan, mengambil handphone miliknya dan menekan panggilan untuk Alex. "Ada apa? Tak bisakah kalian tidak menggangguku sekali saja? Biarkan aku beristirahat. Aku ini manusia bukan robot yang tidak akan merasakan rasa capek." Keluh Alex. " Bisa. Tapi jangan berharap kau bisa bekerja lagi. " Desis Danen. " Ck sialan, Bercandamu sama sekali tak lucu… " Alex menghela nafasnya sejenak, menekan kuat-kuat rasa capek yang sedang menderanya, ". . . Ada yang bisa saya bantu Tuan Danendra yang terhormat." "Masih ingin bercanda dengan ku? " Tawar Danen. " Tidak, terima kasih. Aku masih ingin menggunakan harta mu untuk bersenang senang." "Ck…. Alex. " Terdengar tawa yang menggema dari panggilan di seberang " Ya, baiklah. Ada apa?" " Hubungkan handphone Dokter Aludra dengan handphone milikku. " " Wow, tak kusangka kau senakal ini, Danen. Apa kau ingin berbuat. . . ." " Hapus pikiran kotormu itu dan cepat lakukan tugasmu, sialan. Omong kosongmu itu hanya bisa membuang-buang waktuku yang berharga, kau tahu?" " Baik. Beri aku waktu sepuluh menit. " "Lima menit. Kau sudah membuang banyak waktu ku." " Kau memang bos yang tidak punya hati." Keluh Alex. " Dan kau sudah tahu jawabannya." Tiga menit kemudian handphone milik Danen mendapat notifikasi bahwa tersambung dengan nomor milik Aludra. " Pintar." " Kau baru tahu?" " Huh, kenapa aku menjadi menyesal telah memujimu. Otakmu hanya pintar tentang ini dan perempuan Alex. Jika kau lupa aku mengingatkanmu." " Kau benar benar bos sialan, sudah lah. Aku mau bersenang senang. Jika bertemu besok, kau harus membayar mahal atas waktuku yang terbuang sia-sia ini, Danen." " Ya, akan kubayar dengan memecatmu. Kutunggu besok pagi kau di mansion." " Hei. . . " Seketika panggilan telepon terputus. Bram hanya menggeleng melihat kelakuan dua temannya itu. Keduanya memang kerap kali bertengkar dan memaki satu sama lain. Namun itulah bentuk kedekatan keduanya. Danen mengarahkan pandangan pada komputer di depannya. Mengakses semua CCTV mansin miliknya. Lebih tepatnya mencari keberadaan perempuan yang menjadi bahan bahasannya sekarang. Aludra terlihat sedang duduk bersama Dokter Faris, sepertinya membahas tentang Felix. Keduanya terlihat serius. Danen pun menghidupkan suara pada CCTV tersebut. " Kita harus membicarakannya dengan Danen. Bagaimanapun ia harus tahu keadaan Felix yang sebenarnya. Racun itu memang semakin menipis di tubuh hewan yang lain. Tapi tidak dengan Felix. Ia harus mendapat obat yang khusus." Wajah tua Dokter Faris semakin terlihat lelah. Dokter yang selalu ada membantu Danen itupun menyandarkan kepalanya di sandaran sofa dengan mata yang dipejamkan. " Saya akan mengatakannya." Usul Aludra. " Jangan, biarkan aku saja. Danen masih sedikit marah karena pembelaanmu pada Augra kemarin. Ia akan semakin tak terkontrol jika kau yang mengatakannya." Seketika Aludra menundukan kepalanya dengan tangan yang saling meremas. Merasa bersalah dengan perdebatannya kemarin dengan Danen. Namun bagaimana lagi, ia memang tidak percaya jika Om Augra lah yang telah meracuni para hewan Danen. Karena yang ia kenal Om Augra adalah sosok pria tua yang penyabar dan penyayang hewan. Ia rasa para pengkhianat itulah yang mengatakan kebohongan pada Danen. "Saya hanya belum percaya saja Dok, bagaimanapun sosok Om Augra sangat baik kepada saya. Apalagi Om Augra salah satu teman dekat ayah saya dulu, Dok." Keterkejutan tampak di wajah tua Dokter Faris begitu pula dengan Danen dan Bram. Ternyata ini adalah alasan Aludra membela Augra. Danen menyadap ponsel Aludra hanya ingin tahu hubungan perempuan itu dengan musuh Ayahnya itu. Tapi sebuah fakta baru justru di buka oleh perempuan itu sendiri. Apa ini sebuah keberuntungan yang sedang berpihak padanya. Pandangan Danen berpindah ketika terdengar bunyi notifikasi dari handphone miliknya. Oh.. ternyata dari handphone milik Aludra yang terhubung dengan miliknya. Terlihat beberapa pesan berantai dari seseorang yang Danen kenal sebagai kekasih Aludra. Jivar❤ Aludra. Sayang. Aludra. Apa hewan hewan Si DANENDRA SIALAN ITU LEBIH PENTING DARI AKU? JAWAB!!! Salah satu hewan ada yang sakit Jivar, dan aku harus berkonsentrasi` Pada mereka. Kumohon mengertilah, sayang.` Akan lebih baik jika mereka mati semua. Aludra. Kau mengabaikanku lagi. Aludra. Aludra. Sialan kau. Danen menggeram marah membaca pesan dari Jivar yang menyumpahi hewan hewannya. Danen tak akan membiarkan sumpah serapah Jivar terkabul untuk hewan hewannya. Ia pastikan itu. Saat melihat ke monitor lagi. Danen melihat wajah kusut Aludra. Perempuan itu menarik nafas dan menghembuskannya lagi berulang kali. Mungkin untuk mengatur emosinya. Jivar memang seorang pria yang tak tahu diri. Setelah melukai Aludra secara fisik sekarang berani-beraninya pris itu mengumpat pada Aludra. Sungguh temperamental sekali Jivar sialan ini. "Kekasihmu?" Tanya Dokter Faris melihat wajah kusut Aludra. " Ya," Jawab Aludra seadanya. Dokter Faris menanggapinya dengan hanya mengangguk dan meneruskan menutup matanya lagi.Terlihat benar benar lelah. Apakah seberat itu masalah Felix? Sehingga membuat Dokter Faris sangat berantakan. Ini pertama kalinya Danen melihat Dokter Faris sampai seperti itu. Ia harus menanyakan secara langsung. Dan disinilah ia sekarang. Berada dalam ruangan kerjanya hanya dengan Dokter Faris dan Aludra. " Apa ada yang ingin kalian katakan kepadaku tentang kondisi Felix?" Danen berjalan menuju sofa single di samping Dokter Faris. Mengetuk-ngetuk kam jari telunjuknya di atas paha kananya yang bertumpu pada paha kiri. Menatap bergantian pada Dokter Faris dn Aludra. Terdengar helaan nafas berat dari Dokter Faris. " Kondisi Felix cukup sulit, Nak. Mengingat ini bukan pertama kalinya ia sakit." Dokter Faris menatap mata Danen dalam. Dan Danen tahu jika tatapan itu mengatakan bahwa Felix sedang tak baik baik saja. " Lanjutkan." " Felix membutuhkan perawatan yang cukup intensif. Aku dan Aludra tak akan bisa mengatasi. Dan ia membutuhkan vitamin tertentu. Apa kau setuju untuk membawa Felix ketempat khusus?" Danen mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Mencoba menenangkan diri. Bertanya pada dirinya sendiri, apa ia siap untuk membiarkan seseorang yang asing untuk merawat Felix? Orang kepercayaan nya saja bisa dengan mudah mengkhianatinya dan meracuni para anak-anaknya. Apalagi mereka yang berstatuskan orang asing baginya? " Aku tidak tega membiarkan Felix di rawat orang asing. Apa ia tidak stres jika di letakan di tempat baru lagi? Dan dengan orang orang yang tak dikenal? Belum tentu tempatnya lebih baik dari tempat tinggal Felix sekarang." Ungkap Danen setelah mendapat ketenangan. " Kau benar. Maka jalan satu satunya adalah menambah dokter. Aku yang akan turun tangan. Dan kau harus mengambil obat-obatan dan vitamin yang ada di klinik. Namun vitamin itu hanya tersedia minim. Kau harus membelinya dari sekarang agar tak kehabisan stok untuk merawat Felix." " Aku mampu dan akan aku pastikan semua kebutuhan untuk kesembuhan Felix terpenuhi. Dan mulai sekarang saya minta pada Dokter Aludra untuk selalu mengawasi makanan-makanan yang diberikan kepada semua hewan di sini." Danen menatap bola mata hitam pekat itu dengan tajam. Dan di balas oleh Aludra dengan tatapan lembutnya. Perempuan ituu mengangguk patuh. " Baik. Akan ku lakukan semampuku." " Itu harus." " Baiklah semua sudah dikatakan, sekarang waktunya aku dan Aludra istirahat. Bisa kami keluar Danen?" Mengetahui Danen siap menindas Aludra maka Dokter Faris menghindari hal itu. Danen mendengus dan mengangguk sebagai jawaban untuk Dokter Faris. Kedua dokter hewan itu pun keluar meninggalkan Danen dalam ruangan kerjanya. Saat akan berdiri bunyi notifikasi terus menerus muncul di layar handphone Danen yang berasal dari pesan Jivar untuk Aludra. Lengkap dengan caci maki laki pria tersebut tentunya. Benar benar psychopath kekasih Aludra itu. " Kau sungguh salah dalam mencari pasangan, Aludra. Kenapa pria seperti ini bisa kau terima untuk menjadi kekasihmu selagi banyak pria baik dan tidak b******k yang mungkin akan bersedia menjadi kekasihmu." Namun mengingat siapa orang tua Aludra. Danen menjadi tahu bahwa karma akan terus berjalan. Ketika orang tua perempuan itu sibuk dengan keserakahan dan obsesinya, tanpa peduli menyakiti orang lain atau tidak, maka disaat itulah tuhan mendatangkan orang untuk terus menerus menyakiti anak perempuan dari orang tua yang serakah tersebut. ****** "Selamat pagi." Suara keras Alex menggema di seluruh mansion saat pria yang tingginya setelinga Danen itu berjalan dengan teriakan yang menyakitkan telinga. Pria berusia tiga puluh tahun itu berjalan menuju ruang makan dengan koper yang ia geret. " Wa…..bibi memang paling pintar memasak." Pandangan kagum Al"ex menelanjangi semua makanan yang berada di atas meja makan. " Apa yang kau bawa?" Tanya Danen dengan datar, menatap koper besar yang dibawa Alex memasuki ruang makan." Alex tersenyum lebar, "Katakan selamat datang untuk penghuni baru mansion mu, Danen. Mulai sekarang aku akan tinggal disini." Danen mengerutkan kening tidak suka, "Siapa yang menyuruhmu pindah kesini? Aku tidak menerima seorang benalu dimansion ku." "Wah, apa kau tidak merasa keterlaluan dengan kata-katamu, Danen. Apa kau bilang? Benalu? Ck ck ck…" "Memangnya kenapa? Benar bukan, aku tahu tujuanmu kemari pasti karena kau tidak ingin mengeluarkan banyak uang untuk kebutuhan rumah mu." Alex berdecak tidak suka, "Kenapa kau selalu mengerti apa yang aku pikirkan, Danen. Apa kau ini cenayang?" "Matamu dimana? Apa kau tidak melihat kalau aku ini manusia normal. Kenapa otakmu itu sangat dangkal, Alex. Sia-sia orang tuamu membayar untuk kuliah tinggimu jika kau saja sangat bodoh." "Kenapa kata-katamu sangat kejam, Danen. Diam kau." " Ya, aku memang tidak berniat memanjangkannya." " Good boy," Balas Alex lalu mendudukkan dirinya di sebelah Aludra. " Selamat pagi, Aludra." " Pa. . . pagi." Danen melengos melihat kecentilan Alex pada Aludra. Seorang perempuan selalu tidak jauh dari otak seorang Alex. "Ck ck, kenapa suaramu tiba-tiba membuatku berdebar, Aludra. Apa yang telah kau perbuat padaku." Danen memutar bola matanya mendengar perkataan Alex itu. Benar benar racun sekali kalimat Danen itu. " Diam lah Alex, apa kah semua dokter yang datang akab kau rayu satu persatu nanti?" " Apa? Jadi nanti akan ada beberapa dokter yang datang ke sini. Ya tuhan sungguh beruntung sekali hambamu " Alex mengusap wajahnya dengan mendramatisir. " Diam Alex. Sarapan atau kau akan ku ajak sarapan dengan Max sekarang juga." Seketika Alex mengatupkan mulutnya. Dengan wajah sedikit di tekuknya. Ah….jangan lupa makian makian yang akan dikeluarkan dengan suara lirihnya. Dan Danen hanya berpura pura tak mendengarnya. Ia semakin Alex di tanggapi semakin pria itu berulah. Toh tak akan menghabiskan hartanya dengan merawat satu lagi seorang Alex yang otaknya hanya berguna di saat saat tertentu. atau lebih tepatnya mungkin otaknya tak lebih pintar dari Zeus saat otaknya itu tak ia pakai dalam urusan perempuan dan komputer.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN