Part 12

1452 Kata
Part 12 ***** Danen masih berada di depan komputer miliknya walaupun jam sudah menunjukan pukul dua belas malam. Semakin pria itu tenggelam pada dokumen-dokumen yang ia baca semakin kemarahan Danen bergemuruh. Hanya sebuah petunjuk kecil yang Danen dapat dari pria bermasker. Dan itu sama sekali tidak merubah apapun. Bram datang memasuki ruangan Danen. Membuat Danen memutus pandangannya dari komputer di depannya. “ Menurut Rendy, pria yang membawa tong sampah. Mereka di iming-imingi dengan uang lima puluh juta secara cash yang diletakan di dalam loker kerja mereka.” “Hari apa mereka mendapat uang tersebut?” “ Tepat di hari mereka meletakan mayat tersebut, Tuan.” Danen kembali menghadap komputer miliknya dan membuka akses pada CCTV Midnight pada ruang loker pekerja. Memang ada beberapa ruangan yang hanya Danen lah yang bisa mengakses nya. Bahkan hanya ada beberapa orang yang tahu jika ada CCTV di tempat yang tak akan mereka sangka-sangka. Bram berdiri di belakang Danen, ikut menonton rekaman CCTV. Seorang perempuan berbaju kekurangan bahan memasuki ruangan loker. Mengendap-endap dan mengeluarkan dua buah amplop coklat dari tas yang dibawanya. Memasukan amplop tersebut kedalam dua loker. Setelah itu berjalan keluar ruang pekerja setelah mengecek keadaan luar ruangan. “ Cari tahu tentang perempuan itu. Secepatnya!” Bram menganggukan kepala dan keluar dari ruangan Danen. Danen berdiri dari singgah sananya. Ia membutuhkan hiburan. Dan pulang adalah hiburan yang tepat untuk melepas kepenatan dan bebannya. Ia hanya perlu bertemu dengan anak-anaknya dan beban akan terasa sedikit terangkat. Danen menurunkan kecepatan mobil miliknya ketika memasuki akses menuju mansionnya. Menikmati Hiruk pikuk suasana malam yang gelap dan sunyi. Hal yang sangat Danen sukai. Saat memasuki mansionnya, Danen melihat seorang perempuan dengan baju tidur satin menuju dapur miliknya. Raut lelah sangat terlihat dari wajah Aludra. Tanpa sadar pria tersebut terus mengikuti langkah Aludra. Berjalan di belakang Aludra dengan mata yang terus mengikuti gerakan perempuan itu. Gadis itu mengeluarkan sekotak s**u kemasan dari kulkas, mengambil panci kecil dan menghidupkan kompor listrik di depannya. Gadis itu membuka lemari di atasnya mengambil sebuah toples yang entah berisi apa. Kemudian tangannya ingin mengambil sebuah toples yang berada di lemari bagian atas. Mencoba mengambilnya lagi dengan menjinjitkan kakinya namun tak berhasil. Membuat perempuan berambut panjang itu mendengus jengkel. Tanpa sadar Danen tersenyum simpul melihat hal tersebut. Danen berjalan mendekati Aludra. Berdiri tepat di belakang Aludra, mengambilkan toples tadi. Posisi itu membuat Aludra tak tampak karena badan mungilnya tertutupi oleh badan besar Danen. Danen bisa merasakan ketegangan yang menyergap tubuh Aludra. Namun ia membiarkannya. “Kenapa berkeliaran di jam segini?” Danen melangkah mundur, membuat perempuan di depannya menghela nafas lega. “T … tidak bisa tidur.” Aludra masih menundukan kepalanya. “ Bersikaplah biasa kepadaku, Aludra. Aku tak akan memangsamu,” ‘Mungkin hanya akan memperalatmu.’ Gumam Danen dalam hati. “ Jadi santai saja, tidak perlu takut.” Aludra menganggukan kepalanya dan berusaha menenangkan diri dan semua gerakannya pun mampu dibaca oleh Danen. Danen melepas jas miliknya dan meletakan pada sandaran kursi. Duduk pada kursi pantry yang menghadap pada punggung Aludra. “ Tidak bisa tidur?” “ Hmmm.” “ Dan apa yang akan kau lakukan?” Danen terus memancing agar Aludra bisa santai kepadanya. “ Membuat susu.” Jawab Aludra seadanya. “ Kenapa?” “ Apanya?” Aludra berbalik. Mata keduanya bertemu, membuat Danen tenggelam sejenak pada manik hitam pekat Aludra. “Vanilla?” Danen menunjuk kemasan s**u milik Aludra. Aludra menaikkan satu alisnya. “ Kenapa s**u vanilla?” “Karena aku suka vanilla.” “Jawaban yang bagus.” “Dan apa yang kau lakukan disini?” Danen terkekeh pelan. “Ini rumahku jika kau lupa. Dan aku bisa bebas melakukan apapun di rumahku.” Aludra menyaring s**u dan vanilla yang telah ia panasakan tadi dan meletakan kayu manis ke dalam dua gelas, duduk di depan Danen dan meletakan satu gelas s**u vanilla racikannya tersebut di depan Danen. " Cobalah." Tawar Aludra. Danen mengernyitkan dahinya, sedikit ragu menerima tawaran Aludra. Aludra meneguk s**u miliknya dengan sekali teguk. Sedikit yakin, Danen pun dengan pelan-pelan meneguk s**u miliknya juga dan seketika sisi melankolis dirinya muncul. " Kata mamaku s**u vanilla hangat yang dicampur kayu manis, akan membuat tidur ku lebih nyenyak. Dan hal itu selalu berhasil saat aku tak bisa tidur." Danen mengernyitkan dahinya, teringat dengan suatu kejadian yang sudah sangat lama terjadi pada dirinya. ' Sama persis,' Kalimat yang dikatakan Aludra sama persis dengan kalimat yang dikatakan ibunya. Setiap Danen merindukan kedua orang tuanya, ia akan membuat minuman tersebut. Namun rasanya tak pernah sama dengan buatan Sang ibu.Tapi kenapa buatan Aludra tadi rasanya sama persis dengan buatan Mamanya. Danen terus menatap Aludra yang berbicara banyak hal tentang Mamanya dengan senyum yang terus merekah. Sampai akhirnya ia tidak dapat lagi menahan pertanyaan yang sedari tadi sudah tertahan di tenggorokannya, “Siapa yang mengajarimu membuat ini?” “Huh?” "Siapa yang memberimu resep ini?” Mata Danen mengarah pada gelas kosong yang isi telah ia habiskan. “ Eh.. Mama.” Danen hanya mengangguk kan kepalanya. Melihat Aludra yang mulai menguap, Danen pun berdiri dari duduknya dan mengambil jas yang ia sampirkan di sandaran kursi. “ Sepertinya efeknya mulai bekerja.” Aludra bersemu malu. Dan mulai berdiri dari duduknya, mengambil kedua gelas di atas meja dan meletakkan pada tempat cuci piring. “ Biarkan pelayan yang membersihkannya.” “Tidak. Aku bisa melakukannya sendiri.” Kekeras kepalaan Aludra mulai muncul, membuat Danen berdecak. “ Lalu untuk apa aku menggaji mereka dengan gaji yang besar. Terserah.” Danen berjalan meninggalkan Aludra di dapur sendirian, ketika ia sudah berada di ambang dapur dan lorong, Danen menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. Menolehkan kepalanya pada Aludra yang sedang mencuci gelas bekas s**u mereka. “ Aludra.” Panggilnya dengan nada lembut. Entah apa yang mendorong nya berkata dengan lembut, ia pun tidak tahu. Perempuan yang dipanggilnya pun menoleh dengan tangan penuh busa. “Ya?” Jawabnya dengan wajah penuh tanda tanya. “ Terima kasih.” Beberapa detik kemudian Danen sudah menghilang dari pandangan Aludra. Saat jam sudah menunjukan pukul dua belas malam, Danen kecil berjalan pelan menuruni tangga rumah menuju kamar kedua orang tuanya dan mengetuk pintu beberapa kali. “ Bu…. ibu.” Panggil Danen kecil. Tak berselang lama seorang perempuan berusia tiga puluh tahun keluar dari kamar dengan wajah khawatir. “ Ada apa, nak? Apa kau tidak bisa tidur?” Bocah berusia sepuluh tahun itu hanya menjawab dengan anggukan kepalanya. “ Danen bermimpi di kejar monster.” Ceritanya dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Sedangkan san ibu hanya mengulum seyum. Alma, sang ibu pun menggendong putra kesayangannya, Berjalan menuju dapur dan mendudukkan Danen kecil pada kursi meja makan. entah apa yang dilakukan ibunya itu, Danen kecil hanya melihat punggung ibunya yang berjalan kesana kemari. Seperti mempersiapkan sesuatu untuknya. “ Tunggu sebentar ya,” Danen kecil hanya menganggukan kepalanya. Tak berselang lama, sang ibu memberikannya segelas s**u hangat. “ Minumlah pelan-pelan, s**u vanilla hangat yang di berikan kayu manis akan membuat tidurmu nyenyak.” Dengan tak sabaran, Danen kecil mengarahkan gelas ke mulut kecilnya . “ Ah..” “Masih panas, sayang. Pelan-pelan, tiup terlebih dahulu.” Danen kecil pun mengikuti perkataan ibunya. Sedangkan tangan Alma tak lepas mengelus kepala bocah kesayangannya tersebut. Setelah selesai menghabiskan minumnya, sang ibu pun mengajak Danen menuju kamar nya sendiri. Alma membaringkan badan Danen kecil di atas kasur. “ Kemarilah.” Danen mematuhi ajakan tersebut. Beban di samping sang ibu dengan tangan yang terus melingkari perut sang ibu. “ Tenang saja, Ibu akan selalu melindungi Danen. Jadi Danen tidak perlu takut, sayang.” “Tapi dalam mimpi Danen tadi, Ibu dan ayah pergi meninggalkan Danen karena monster tadi.” “ Ssstt…. Tenang saja Ibu dan Ayah tak akan membiarkan Danen sendirian, apalagi meninggalkan. Danen tidak perlu khawatir.” “ Ibu janji?” Danen mengulurkan jari kelingkingnya yang langsung disambut dengan jari kelingking SangIbu dengan senyum yang tidak lepas dari bibirnya. “ Janji. Sekarang tidurlah. Ibu akan terus memeluk Danen sampai bangun besok.” “ Hmm.” Danen menganggukkan kepalanya yang berada di depan d**a ibunya. Tak berselang lama, Ia pun sudah memasuki alam mimpinya. Danen tersentak dalam tidurnya. “Ibu…..” Gumam nya pelan. Ini pertama kalinya bagi Danen bisa bermimpi kedua orang tuanya tanpa bermimpi kejadian pembunuhan kedua orang tuanya. Membuatnya menghela nafas pelan. Namun satu detik kemudian matanya terbelalak ketika melihat jam pada jam di atas nakas. Pukul sebelas siang. Rekor tidur terpanjang bagi Danen selama lima belas tahun ini. Danen tak pernah bisa tidur pulas setelah kejadian pembunuhan pada kedua orang tuanya. Karena setiap ia menutup matanya, bayangan pembunuhan itu selalu muncul. Dan hal itu selalu membuat emosinya mendidih. Ia benar-benar harus dengan cepat membalas pembunuhan yang terjadi kepada kedua orang tuanya. Dan tidak akan ada kata maaf bagi mereka semua para pengkhianat. Apapun yang terjadi, Danen tidak akan memberikan mereka semua ampun.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN