Teman Baru

2314 Kata
Kinan merasa bosan mendengarkan dosen yang menjelaskan pelajaran dan teori sebelum terjun langsung dengan acara masak-memasak. Meskipun ini adalah hari pertama, tapi di kelas itu sungguh membuat Kinan bosan. Apalagi ia tidak mengenal satu sama lain, dan berbahasa Inggris Kinan belum begitu mahir dengan bahasa itu. Kinan lebih suka masak langsung tanpa di beri pelajaran teori-teorian. Setelah saling berkenalan dengan teman satu angkatan. Kinan memiliki satu teman yang baru ia kenal bernama Lisa. Mungkin Lisa bisa membantu Kinan nanti saat ia kesulitan dalam belajar. Karena Lisa tampaknya gadis yang ramah dan banyak bicara. Kinan keluar dari kelasnya celingukan mencari seseorang. Belajar dengan membahas hal-hal yang baru membuatnya merasa bosan. Kinan berjalan keluar dari kampusnya mencari Romi. Biasanya pria itu sudah menunggu di halaman parkir kampus tapi mobilnya tidak tampak disana. Kinan menghela nafasnya panjang, ia berbalik lalu menubruk seseorang cukup kuat yang membuatnya harus terduduk di lantai. Pria yang menabrak Kinan seketika ikut berjongkok mendekati Kinan. "Hai, Sorry. Aku tadi terburu-buru!" Kinan mendongakkan wajahnya mendengar seorang pria berbahasa asing berbicara padanya. Namun sinar matahari begitu silau dari arah belakang tubuh pria tersebut. Kinan menutupi wajahnya karena silau matahari membuatnya tidak bisa melihat pria di hadapannya ini. Tapi Kinan merasakan tangannya di pegang dan di tarik agar berdiri. Kinan mengerjabkan matanya menatap seseorang di hadapannya, ternyata pria bule yang Kinan sendiri tidak tahu siapa pria ini barusan. "Maaf saya juga tidak melihat!" ucap Kinan dengan bahasa Indonesia membuat pria tersebut mengerutkan dahinya. Pria itu malah menatap Kinan dari atas hingga bawah membuat Kinan merasa tak nyaman. "Kamu bukan orang Itali?" tanya pria itu dengan bahasa Inggris. Kinan mengerjabkan matanya merasa bingung. Ia masih bisa mengerti sedikit apa yang pria itu katakan. "Bukan, saya dari Indonesia!" ucap Kinan sambil merapikan bawaannya serta jinsnya yang sedikit berdebu karena terjatuh. Pria itu masih menatap Kinan dengan lekat, tatapan pria yang terpukau. Pakah Kinan secantik itu harus di tatap dengan sedemikian rupa, dan itu membuat Kinan merasa risih. "Romi, loe dimana sih, awas aja loh ya" gerutu Kinan sambil menatap ke kanan dan kekiri. "Oh, hai, aku Samuel!" ucap pria yang berada di hadapan Kinan. Kinan mengangguk sopan di hadapan Samuel. Pria bertubuh tinggi, berwajah tampan, dengan iris mata coklat keemasan. Hidung mancung, dan bentuk wajah sempurna dan warna rambutnya hitam kecoklatan. Kinan akui pria itu keren dan tampan. Tapi Kinan bukan perempuan pemuja pria-pria tampan. Kinan merasa bingung harus menyambut uluran tangan pria itu atau tidak. Pasalnya pria itu tengah mengulurkan tangannya. Kinan dengan ragu mengangkat tangannya menyambut uluran tangan Samuel tapi tangan Kinan terhenti saat Romi berada di sampingnya secara tiba-tiba. "Maaf Nona, saya telat. Mari!" ajak Romi masuk kedalam mobil yang sudah berada di samping mereka. Kinan memandang mobil tersebut merasa aneh, sejak kapan Romi datang. Romi hanya melirik pria bernama Samuel di hadapannya itu. Pria itu tampak menarik tangannya lalu mengepalkan nya merasa di acuhkan. "Maaf, saya duluan!" jawab Kinan dengan bahasa Inggris sebagai rasa sopan warga Indonesia. Kinan merasa tidak enak jika harus pergi begitu saja. Pria itu menarik sudut bibirnya menatap Kinan masuk kedalam mobil. Romi melirik sekilas kearah pria itu lalu masuk kedalam mobil bagian depan. Di dalam mobil.. "Kamu darimana sih?" tanya Kinan kesal sambil melipat kedua lengannya di dadaa. "Ada sedikit pekerjaan dari Pak Juna, Nona, maaf karena saya terlambat!" Kinan menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap kearah luar. Ia tidak ingin memperpanjang masalah, karena Romi tidak mungkin lalai menjaganya. "Ya sudah, tapi lain kali aku gak mau kamu lama jemput nya. Kita mau kemana ini?" tanya Kinan sambil sibuk melihat ponsel di tangannya. "Kita cari tempat makan dulu, Nona belum makan dari pagi!" Kinan menautkan alisnya mendengar ucapan Romi. Ia memang belum makan apapun tapi Kinan tak merasa lapar. "Jangan deh, aku mau bertemu Mira. Bawa aku ke hotelnya, aku akan bertemu Mira setelah ngampus, selama dia masih di Itali, kamu harus ingat itu. Oke!" Romi hanya mengangguk lalu mengintruksikan pada sopir untuk menuju hotel dimana Mira dan Xavier menginap. Mereka tiba di salah satu hotel mewah yang berada di kota Italia. Kinan sudah menghubungi Mira dan mengatakan sudah menunggunya di lobi hotel. Setelah menunggu lima belas menit dri arah lift yang terbuka Mira sedikit berlari mendekati Kinan. Pria bule di belakangnya adalah suami Mira dengan setia mengikuti istrinya. "Kinann," pekik Mira dengan wajah bahagia seperti baru bertemu Kinan hari ini. Kinan menyambut pelukan Mira dengan wajah bingung. "Kamu ini kenapa sih, kaya gak pernah jumpa aja." ucap Kinan saat masih di pelukan Mira. Mira menjauhkan tubuhnya lalu tersenyum sambil bermain mata. Kinan semangkin tak mengerti membuat Mira menggeretnya menjauhi Xavier dan Romi. "Kamu ndak tahu Nan, aku tuh sebel banget karo Mister, masak kami berdua iki cuma mung kamar hotel ae Nan, aku sebel banget. Gimana toh, katanya ae jalan-jalan bulan madu. Tapi yo aku ngenes Nan, di kurung di kamar wae!" Mira yang berbicara Kinan yang tarik nafas. Kawan seperjuangnya ini memang super sekali kalau sudah dalam keadaan marah. Super set set langsung bablas. Kinan menepuk pundak Mira berdehem sebentar lalu menatap Mira lekat. "Mir, loe dengerin gue!" Mira menatap Kinan dengan lekat yang hendak memberikan petuahnya. "Opo toh Nan?" "Kalau pengantin baru mah biasa Mir, emang begitu, sebelum loe hamil, gue rasa Xavier bakalan ngurung loe di kamar mulu!" jawab Kinan membuat Mira melotot menatapnya. "Ada-ada ae Nan, aku yo males toh, capek, pegel, aku kan juga pingin iki loh, foto-foto di menara Visa, foto mesra karo suami baru!" Kinan menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. "Ya udah deh, ayok ahh, kita cari tempat yang enakan buat ngobrol. Loe bilang sendiri deh, sama suami Loe kalau loe gak mau sering-sering ngamar!" ucap Kinan memberi solusi, Mira hanya bisa menghela nafasnya. Mereka mendekati Xavier dan Romi yang berdiri tak jauh dari mereka. "Kita mau kemana ini?" tanya Kinan sambil mendekati kedua pria itu. Kinan dan Mira saling merangkul satu sama lain. "Ada yang mau gue kenalin sama loe, ikut gue sebentar!" jawab Xavier kearah Kinan. Kinan mengerutkan dahinya merasa bingung. "Sama gue?" tanya Kinan memastikan ucapan Xavier. Pria keturunan bule itu mengangguk. "Iya sama loe, ikut aja!" Xavier mengambil alih tangan Mira dan menggeret istrinya untuk berjalan dengannya. Xavier merangkul tubuh kecil itu yang tampak berontak dari cengkraman suaminya. Kinan mengerucutkan bibirnya menatap kearah Xavier dan Mira yang seperti Tom and Jerry, tapi Kinan yakin itu adalah bentuk kasih sayang keduanya. Mira melirik Romi yang masih berdiri di dekatnya. Pria itu mengulurkan tangannya mempersilahkan Kinan jalan lebih dulu. Kinan hanya mendengkus sebal lalu berjalan meninggalkan Romi di belakangnya. Romi hanya tersenyum tipis lalu mengikuti langkah mereka semua. *** Mereka tiba di sebuah restoran bergaya klasik bernuansa kental Italia. Mereka memang sedang berada di Italia bukan? Kinan dan Romi mengikuti langkah Xavier dan Mira yang berjalan lebih dulu masuk kedalam restoran tersebut. Tampak dari kejauhan seseorang tengah melambaikan tangan kearah mereka. Kinan mengerutkan dahinya menatap pria yang tersenyum kearah mereka. Baru dua minggu di Italia Kinan merasa terlalu pusing. Karena terlalu banyak pria tampan berhidung mancung di negara ini. Xavier dan Mira duduk di hadapan pria tersebut. Kinan mengambil alih duduk di samping pria tersebut diikuti Romi. Xavier memeluk tubuh pria yang tampak masih lebih muda dari Xavier. "Kinan kenalkan, ini sepupu gue. Namanya Marcel!" Marcel menangkupkan kedua tangannya menatap kearah Kinan. "Hallo Kinan, gue Marcel!" ucap Marcel dengan gaya bahasa Indonesia. Kinan menatap pria tampan di hadapannya dengan wajah berbinar bahagia. Akhirnya ia punya teman yang bisa berbicara Indonesia selain Romi. "H-hai, Marcel. Gue Kinan, kamu bisa bicara bahasa Indonesia!" Marcel tersenyum, senyum yang manis dan menggoda. Kinan merasa sangat semangat jika seperti ini. "Sedikit, tidak begitu banyak. Karena Mami aku orang Indonesia juga seperti Mami Xavier. Gue juga bisa bahasa Indonesia meskipun gue gak berada di Indonesia." Kinan tertawa senang. "Kenalin dia Romi, dia ini enghh,_?" Kinan bingung menyebutkan Romi ini siapa. Haruskah ia katakan jika Romi ini adalah bodyguardnya. "Pacar?" tanya Marcel membuat Kinan mengangkat menggoyangkan tangannya dengan cepat. "Bukan!" ucap Kinan cepat. "Saya supir pribadi Kinan!" Romi menjawab dengan sendirinya di hadapan Marcel. Pria bule itu mengangguk mengerti lalu menatap Kinan kembali. "Senang bertemu dengan mu Kinan, lain waktu kita bisa pergi bersama kan?" Kinan mengangguk antusias. Tapi sedetik ia teringat Romi di sampingnya. Pria itu hanya menatap arah lain, Kinan menghela nafasnya. Bolehkah ia pergi, boleh dong, ini Itali teman, bukan Indonesia. Masa Kinan harus patuh pada peraturan Indonesia juga, keluar tidak boleh lewat dari jam 12 malam. Oh... Come On.. ini Italia guys. "Kamu bisa keluar bersama Marcel jika ingin melihat sudut-sudut kota Italia, gue jaminannya. Karena aku dan Mira akan kembali besok, semoga kalian bisa berteman dengan baik ya!" ucap Xavier membuat Kinan mengangguk antusias tapi juga sedih saat menatap Mira. "Kalian beneran mau balik besok?" tanya Kinan lagi merasa sedih. mira hanya melirik kearah Xavier tak bisa menjawab. Ia juga tidak sanggup bicara langsung pada Kinan atas kepulangan mereka ke Indonesia. "Iya, gue gak bisa ninggalin pekerjaan lama-lama. Tapi tenang aja. Disini ada Marcel yang bisa bantu loe, dan loe mintai tolong!" jawab Xavier sambil menepuk pundak Marcel. Marcel mengangguk mendapatkan mandat dari Xavier. Kinan mah senang saja mendapatkan teman seperti Marcel, apalagi Marcel adalah sepupu Xavier. Setidaknya mereka saling kenal dan bukan orang asing. Tapi, Romi yang menjadi masalahnya. Pria itu akan selalu mendekatinya kemanapun mereka pergi. Menyebalkan sekali.. "Tenang aja, gue gak bakalan minta apapun kok, kalau loe butuh apapun. Gue siap bantu, gue juga senang punya temen dari Indonesia, apalagi cewek cantik!" ucap Marcel sambil mengedipkan matanya kearah Kinan. Kinan menunduk malu mendapatkan gombalan receh dari Marcel. "Loe jangan takut, kalau Marcel macem-macem sama loe. Loe hubungi gue aja!" ucap Xavier memberi kepercayaan pada Kinan. Kinan mengangguk percaya, ia pasti percaya lah, Marcel terlihat baik dan ramah. Tatapannya sopan terhadapnya, tidak seperti pria yang ia temui di kampus tadi. "Gue percaya kok!" jawab Kinan sambil melirik Romi yang terlihat santai menyimak pembicaraan antara Kinan dan teman-temannya. Setelah menghabiskan waktu berbincang-bincang bersama Marcel dan Mira. Akhirnya mereka kembali kerumah masing-masing. Kinan bergerak gelisah di atas ranjangnya. Ia melirik jam digital di atas nakas nya menunjukkan pukul 02.00 malam. Kinan terduduk mengusap perutnya yang terasa lapar. Ia membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya yang ia tekuk. Kinan menghela nafasnya lalu melirik ponselnya, mungkinkah Romi sudah tidur. Kinan mengacak rambutnya merasa bingung. Tentu saja pria kaku itu sudah tidur, ini kan sudah lewat tengah malam. Kinan turun dari ranjangnya, keluar dari kamarnya. Ia berada di sebuah apartemen yang telah ayahnya berikan padanya. Kinan tidak tahu ini milik ayahnya atau bukan. Yang pasti Kinan suka dengan fasilitas apartemen mewah ini. Ia membuka lemari pendingin dan hanya menemukan s**u cair di dalam lemari es tersebut. Dan beberapa buah-buahan, mengapa Romi tidak mengisinya dengan makanan atau sejenis daging atau ayam mentah. Kinan kan bisa memasaknya sendiri. Kinan menutup kembali lemari es itu. Lalu duduk di meja makan dengan bertopang tangan. Perutnya semangkin melilit dan berbunyi. Kinan semangkin prustasi dan memutuskan untuk menelpon Romi. Ia tidak perduli apapun yang sedang Romi lakukan, meskipun Romi sedang berada di alam mimpinya. Kinan akan menarik Romi agar sadar dari mimpinya. Panggilan Kinan terangkat pada dering ketiga. Kinan merasa heran, apa pria itu tidak sedang istirahat. "Hallo Romi!" "Ya Nona!" jawab Romi cepat. "Romi, aku laper. Bawakan sesuatu yang bisa aku makan!" ucap Kinan langsung mematikan panggilannya. Kinan menutup mulutnya. Mungkinkah ia kejam sekali, memperlakukan Romi dengan begitu. "Tidak-tidak, Romi kan di gaji dengan Papa, harus siap siaga dong!" monolog Kinan berbicara sendiri. Dilain tempat.. "Satya sudah tiba Ma, maaf baru hubungi Mama!" ucap Satya sambil menyesap segelas kopi di tangannya. pria itu sudah berada di Italia atas perintah dari kedua orang tua Satya. Satya tidak tahu apa yang membuat orang tuanya begitu. Ia merasa aneh, tapi setiap ia bertanya kenapa, ibu Satya hanya mengatakan bawa kembali Kinan dan Satya harus bisa mendekati Kinan kembali dan menjadikannya seorang istri. Gila, memang gila. Tapi karena rasa sayang Satya yang masih jelas terasa, Satya memilih pergi sesuai apa yang orang tuanya katakan. "Tidak apa-apa, Mama akan cari tahu dimana Kinan tinggal, kamu istirahat saja ya, Mama tidak mau kamu terlalu lelah dan sakit Satya. Kamu jangan khawatir, semua urusan disini akan Mama urus!" jawab sang ibu dan Satya hanya mengangguk menerima saja. "Baiklah Ma, aku tutup dulu!" Satya menutup panggilan itu, ia menatap hamparan kota italia yang masih terlihat jelas jika tidak ada kata tidur di kota besar tersebut. "Kinan kamu dimana? Apa yang kamu lakukan sampai orang tuaku menginginkan kamu!" lirih Satya sambil menyesap kopinya. *** Kinan membuka pintu apartemennya memperlihatkan Romi yang sudah menenteng plastik kresek di tangannya. Kinan yakin itu adalah makanan, Kinan membuka pintu apartemennya dengan lebar mempersilahkan Romi masuk kedalam. Romi langsung berjalan kedapur meletakkan semua bawaannya. Ia mengeluarkan satu persatu makanan dari kantong plastik tersebut. Banyak sekali, ada pizza, pasta khas italia, dan ada juga sup yang pastinya berbeda dengan sup di Indonesia. Kinan menelan saliva nya melihat makanan lezat di hadapannya. "Maaf Nona, saya hanya bisa membeli ini!" Kinan mencebikkan bibirnya, "Ini sudah lebih dari cukup, lagian ini banyak banget Romi. Gue gak bakalan abis makan ini semua!" jawab Kinan sambil melahap sepotong pizza. "Saya juga lapar Nona, kita makan ini sama-sama!" Kinan mengangguk cepat. Romi meletakkan minuman bersoda di dekat mereka masing-masing. Kinan memperhatikan Romi yang masih menggunakan kemeja putih yang sudah terbuka beberapa kancingnya di bagian atas. Romi sudah melepaskan jasnya, dan hanya menggunakan jas mantel berbentuk panjang selutut. Pria itu terlihat sexy dan keren. Tampang serius nya tampak semangkin maskulin di hadapan Kinan. Kinan merasa Romi pasti tidak pernah menggunakan baju santai. Karena di malam seperti ini saja, Romi masih menggunakan kemeja dan setelan formal. Tanpa sadar Kinan memperhatikan Romi terus menerus hingga tatapan keduanya bertemu. Romi menaikan satu alisnya menatap Kinan. "Ada yang salah?" tanya Romi sambil mengunyah pasta di hadapannya. "Enggak, cuma heran aja. Sepertinya Kamu gak punya kaos ya, pasti lemarinya isinya kemeja putih begini semua!" tunjuk Kinan pada baju Romi. Romi hanya mengangkat kedua pundaknya acuh. Kinan malah mengerjabkan matanya heran. Jawaban apa itu, mengapa Kinan seperti di acuhkan lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN