PENGAKUAN PERTAMA.

1524 Kata

Angin malam menyapa begitu sepasang kakinya membawa tubuh itu keluar dari taksi, mereka berembus menerobos Mya begitu saja tanpa meminta izin, membuat leher yang hanya tertutup kerah kemeja tartan tampak meremang. Angin malam terkadang tak bersahabat saat kebanyakan orang tak suka melakoni aktivitas di luar meski matahari telah menepi, sebab angin malam membawa intuisi tersendiri. Mya masih bergeming di tepi jalan seraya tatap jam di ponsel, sepuluh menit lagi mungkin Dewa akan meneleponnya, tapi ada baiknya Mya pulang ke rumah lebih cepat saat ia harus melewati momen canggung bersama Sakti tadi. Otaknya terus dipenuhi tentang Sakti sejak Mya tinggalkan rumah itu. Jika Sakti tahu status Dewa sebenarnya, mungkinkah Sakti tetap berharap jika Mya dan Dewa berakhir begitu saja? Mya merasa be

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN