Aku menggeleng dan berkata, “Saya tidak apa-apa,” jawabku pada Syafana yang sepertinya mengkhawatirkanku. “Lalu kenapa kamu memperlakukan Ayah mertuamu seperti itu?” tanya Syafana yang belum tahu masalahnya ada dimana. “Karena dia menjengkelkan,” jawabku. “Menjengkelkan bagaimana? Bukankah dia datang mau menengokmu?” “Apa? Mau menengok saya? Dia? Tidak akan pernah terjadi hal seperti itu.” Aku menggelengkan kepala. “Dia itu datang mau minta haknya.” “Saya tahu, dia ke kantor kamu marah-marah dan meminta haknya, tapi bagi saya itu tidak masalah, dia melakukan itu karena menganggapmu anak,” kata Syafana lagi dan makin membuatku jengkel. “Kamu tidak tahu apa-apa tentang semua ini, jadi tidak usah ikut campur.” Syafana terdiam, ia mendengarkan perkataanku, aku menyuruhnya diam dia langs