Sibuk

1680 Kata

Aku melihat jam yang melilit ditanganku, sudah hampir jam 10, aku harus kembali ke kota untuk menjemput si kembar, tapi aku tak enak pada Ummi dan Abih jika harus meninggalkan rumah dalam kondisi Abih yang tidak memungkingkan. Aku juga tidak tahu harus mengatakan apa. “Mbak kenapa?” tanya Nada. Aku menatap perempuan yang sudah merebut suamiku itu, semua sudah menjadi masa lalu dan aku harus berjuang untuk sembuh dari luka lama. “Iya. Kamu kenapa, Nak? Kok sejak tadi melihat jam tangan? Kamu ada tempat mau pergi?” Kali ini pertanyaan datang dari Ummi. “Kalau ada tempat mau pergi, kamu bisa pergi, Nak. Gak usah khawatirkan Abih. Abih ada Ummi yang jaga.” Aku mengelus leher belakangku, aku tidak tahu apakah harus meninggalkan Abih dalam kondisi yang tak memungkinkan itu atau tidak. “Sebe

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN