Aku mengerjapkan mata dan melihat sekelilingku, aku terbaring di kamar sementara ku dengar suara tangis dari arah luar kamar, aku kembali tersadar bahwa kehilangan Abih bukan mimpi. Aku memang kehilangan sosok beliau. Aku melihat anak-anak tengah duduk di sebelahku, tatapan mereka senduh dan sepertinya mereka ikutan sedih. Kirana memelukku dan menangis dipelukanku. Ada perasaan ibah yang keluar dari wajah mereka. “Tante yang sabar ya, Kiran ikut sedih,” kata Kirana dengan pelukannya yang erat. Aku mengangguk dan mengelus punggungnya. “Tante kuat kok.” “Nenek suruh kami untuk menemani Tante di sini, katanya Tante gak usah keluar kamar,” kata Kirana lagi. “Tapi Tante harus nemenin Kakek, Nak,” kataku pada Kirana. Aku kembali menitihkan airmata, tatapanku pada Ksatria begitu senduh. Ksa