1

1033 Kata
Setelah percintaan panas malam itu, Octavia tertidur karena kelelahan. Pria itu menyentuhnya dengan liar dan lembut sekaligus. Mata Octavia terbuka, gadis itu terbangun saat merasa panas cahaya matahari masuk melalui celah jendelanya. "Hhhmm." gadis itu mengeram tak nyaman merasakan ada rasa nyeri di bagian bawah tubuhnya. "Kamu sudah bangun?" gadis itu buru-buru menaikkan selimut hingga ke leher begitu melihat Renov masuk kedalam kamar, pria itu sudah tampak rapi dengan kaus putih polos dan celana pendek santai. "Hmm... Aku...," Octavia masih malu meski percintaan yang mereka lewati semalam. Octavia terpekik kecil saat pria itu menggendongnya, membuat selimut ditubuhnya jatuh, memperlihatkan tubuh telanjangnya yang penuh dengan tanda merah, ulah Renov. "Kamu pasti kesakitan saat berjalan, mandilah, aku sudah menyiapkan air hangat. Setelah itu turunlah aku menyiapkan sarapan kita." ujar pria itu tenang, menurunkan tubuh gadis itu didalam bathtub berisi air hangat. Octavia menatap wajah pria itu. Wajah Renov keras dan dingin, ucapannya juga tanpa nada, namun saat bercinta pria itu begitu ekspresif. Lagi, Octavia memerah mengingat itu. "Aku menunggumu dibawah," ucap Renov sebelum keluar dari kamar mandi. Octavia membersihkan tubuhnya secepat mungkin, walau terasa sulit. Setelah dia selesai mandi, gadis itu keluar dengan langkah pelan dan hati-hati, takut kalau Renov ada disana. Namun tidak. Octavia baru menyadari bahwa dia sama sekali belum memindahkan pakaiannya ke rumah ini. Dia kebingungan. Tidak mungkin hanya memakai handuk pun kebawah. Gadis itu membuka lemari ragu, berniat meminjam pakaian Renov, namun gadis untuk terkejut saat melihat ada banyak potongan pakaian wanita disebelah pakaian pria. Dan dibawahnya dipenuhi dengan pakaian dalam yang semuanya terlihat baru. Octavia cukup terkejut saat mengetahui semua pakaian itu pas ditubuhnya. Setelah selesai bersiap, gadis itu segera pergi menuju meja makan. Di sana Renov sudah duduk di sana. Octavia tersenyum mendekat kesana. Banyak makanan disana. Membuat Octavia berkerut bingung ingin memakan apa. Mengetahu kebingungan gadis itu, Renov mengatakan. "Makan apapun yang kamu mau, makan sepuasnya. Ini semua milikkmu Octavia." Gadis itu menatap Renov malu-malu lalu tersenyum lebar, memakan apapun yang ingin dia cicipi. Pria bermata coklat yang saat ini menatapnya hanya bisa tersenyum melihat itu. Mata Octavia berbinar menikmati makanan itu. Senyumnya manis. "Semuanya terasa enak." kata gadis itu. Renov terkekeh. "Jangan makan buru-buru Ocatvia, makan pelan saja, tidak akan ada yang mengambil makananmu." tangan Renov menghapus jejak makanan di bibir gadis muda itu. Octavia tampak benar-benar bahagia menikmati makannya. Semenjak ayahnya meninggal karena terlibat kecelakaan, kehidupan keluarganya benar-benar sulit. Ibunya yang hanya seorang ibu rumah tangga mulai mencari pekerjaan kesana-kemari, Octavia waktu itu masih kecil. Dia hanya bisa bersedih melihat setiap malam ibunya membalut tubuhnya dengan koyo. Mau bekerja pun, Octavia belum memiliki cukup umur. Tapi dia tidak pantang menyerah. Ocatvia gadis rajin, tulisnya selalu rapi, dia mencari uang dengan menjadi tukang tulis teman-temannya. Walau tidak seberapa, namun uang itu bisa membantunya membayar buku sekolah. Syukurnya, tiga bulan selanjutnya kehidupan Octavia lebih baik. Ibunya dapat pekerjaan tetap di sebuah restoran sebagai salah satu koki. Karena keahlian masaknya. Kehidupan Octavia setidaknya lebih baik. Mengingat ibunya, membuat makanan dimulut Octavia menjadi hambar. Renov menyadarinya. "Ada apa, sayang?" Octavia memandang pria itu dengan mata berkaca-kaca. "Hmm, Ibu selalu lupa makan, kalau tidak diingatkan. Biasanya saat ibu bekerja, aku yang memasak. Sekarang... Aku memikirkan Ibu yang sudah makan atau belum." Renov tersenyum mengusap rambut gadis itu. "Aku sudah mengirim dua pelayan ke rumah Ibumu, tenang saja. Ibumu juga tidak akan bekerja lagi." Octavia bangkir dari kursi, berjalan mendekati suaminya. "Terimakasih, Renov. Terimakasih." isaknya. Karena tubuh Octavia yang mungil, membuat Renov begitu mudah merengkuhnya. Dia membawa gadis itu diantara pahanya. Tangan pria itu merangkum pipi gadis itu dan dia menundukkan kepala Octavia agar bibir gadis itu dapat dia gulum. "Hmmmahh," Tangan Octavia meremas pakaian pria itu saat lidah Renov berputar dimulutnya dan menghisap lidahnya. Terdengar geraman suara Renov. "Aku menginginkanmu." bisik pria itu serak. "Maaf mengingkari janji tidak akan menyentuhmu." lalu Renov mendudukkan tubuh Octavia di pangkuannya. Mencium bibir gadis ganas dan tangannya meraba d**a Octavia yang masih berbalut kain. "Ahhh! Hmm Renov, ini ruang makan bagaimana jika ada pelayan yang datang?" ucapnya putus-putus karena Renov berhasil mengeluarkan payudaranya dari bajunya dan mulai menghisap p****g miliknya. Renov mengecup bibir gadis itu sekali lagi sebelum kembali menghisap p******a gadis itu. "Tidak akan ada satupun mereka yang berani mengangguku." dengan tangan besarnya, Renov membuka setiap pakaian yang dikenakan Octavia. "Ah! Ahhhhhh!!" Renov menyingkirkan beberapa makanan di meja makan, meletakkan tubuh Octavia disana dan melebarkan kaki gadis itu. Memperlihatkan v****a merah muda dan sempit milik gadis itu. Mata Renov menatapnya begitu liar dan Octavia tidak bisa menahan malunya saat pria itu menatap miliknya begitu intens. "Ahhhh!!!" lalu wajah Renov mulai mendekati bibir v****a gadis itu dan tubuh Octavia bergetar merasakan jilatan liar dan hangat. Lidah Renov mengocok begitu ahli, memporak-porandakan bagian intim gadis mungil itu. "Ah! Ah!" Ocatvia hanya bisa mendesah tidak karuan, lupa akan ketakutannya akan adanya pelayan yang melihat adegan panas mereka di meja makan. Kepala gadis itu pening merasakan sensasi nikmat dari lidah basah sang suami. "AHHHH!!! AHHH!!!" lalu cairan pelepasan Ocatvia keluar dan Renov dengan sesual menjilat rakus cairan itu, membuat Ocatvia melenguh panjang meminta pengampunan. "Renov!" desah Octavia saat pria itu membuka celananya tampa membuka pakaian atasnya. Begitu celananya terbuka, p***s panjang pria itu langsung terlihat. Octavia mengerang kuat saat kejantanan Renov mulai memasuki miliknya.. "Ahhhh!!!" "Oh, s**t! Masih sangat sempit!" Renov mengerang kenikmatan saat kejantanannya diremas kuat dinding v****a Octavia. Renov menundukkan kepalanya mulai bergerak didalam tubuh gadis itu. Bibirnya mencumbu bibir istrinya. Bunyi aneh terdengar karena gerakkan mereka di meja makan. Mereka saling mengerang kenikmatan. Octavia membalas ciuman pria itu walau masih belum ahli. Gerakkan tubuh Renov makin cepat menusuk v****a istrinya. Tangannya meremas p******a gadis itu, memberikan kenikmatan lain. "Ahh! Ah! Ah! Ahh! Ahhh!!" "Shh..., ohhh." Desahan mereka terdengar begitu keras. Baik Renov bahkan Octavia tidak peduli lagi ada orang yang melihat aksi mereka di meja makan. Saar kenikmatan makin menenggelamkan mereka, Octavia memeluk tubuh Renov kuat, menyalurkan gairahnya. "Ahh!!!!! Ahhh! Renov!!!" Renov ikut mendesah, jepitan v****a gadis itu makin kuat hujaman kejantanan Renov makin cepat. "Aku..datang! Aku Arghhhhhh!!!" s****a pria itu menyembur kedalam rahim Octavia. Mereka membagi nafas hangat. Renov menghisap bibir gadis itu sebelum menggendong tubuh Octavia yang sudah lemas. "Kita lanjutkan di kamar." bisik pria itu. Octavia hanya pasrah tubuhnya dibawa sang suami memasuki kamar mereka. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN