4

1005 Kata
Octavia tampak terkagum-kagum melihat pasar tradisional yang mereka datangi disana. Jauh berbeda sekali dengan di Indonesia. Benar-benar bersih dan rapi. Renov memperhatikan mata berbinar gadis itu yang melihat sekitarnya. Dia menatapnya dalam diam. "Itu telur dadar?" mata Octavia membesar melihat ada satu toko yang mengocok telur di wadah besar dan mereka dimasak lalu dipotong kotak-kotak. Renov tersenyum tipis. "Hmm... Bukan sebenarnya. Tapi aku juga lupa namanya, rasanya berbeda dengan terlur dadar yang biasa kita makan. Telur yang itu rasanya manis." ucapnya. Kening gadis itu berkerut. "Telur dadar manis?" Octavia menggeleng tak suka membayangkan rasanya. Lalu mereka memasuki pasar, makan beberapa makanan yang menarik disana. Ocatvia terlalu asik sendiri, sampai saat dia berada pada salah satu stand yang menjual cumi bakar, saat dia menolah kebelakang, gadis itu baru sadar bahwa dia telah kehilangan Renov. Tubuh Octavia membeku. Matanya menatap sekitar, berusaha mencari sosok pria itu, namun di antara puluhan orang yang melewatinya, dia tidak menemukan wajah pria itu. Kakinya perlahan mundur, kebingungan. Tubuhnya mulai bergetar. Ingin bertanya pun dia tidak bisa berbahasa Jepang ataupun inggris. "Renov," cicitnya. Beberapa orang menabrak bahunya namun tidak dia pedulikan. "Renov!" suara Octavia lebih besar. Gadis itu memucat, kebingungan. Orang-orang berlalu-lalang didekatnya tak dihiraukan gadis itu. Dia sudah cemas. Tanpa sadar, air matanya mengalir. "Renov!" beberapa orang mulai memperhatikannya, namun hanya menoleh tanpa ingin peduli. "Renov!!" suaranya jauh lebih keras. Gadis itu terisak seperti anak kecil. Dia benar-benar bingung harus melakukan apa. Tiba-tiba gadis itu merasakan ada kekuatan besar yang menarik tubuhnya. Gadis itu tekejut melihat ada dua sosok pria berbadan besar menariknya. "Kalian mau apa?!" walau tau dua orang itu tidak mengerti bahasanya, gadis itu menjerit pada mereka. Tubuhnya di bawa secara paksa. Beberapa orang di sana sepertinya tidak tau apa yang terjadi, mereka hanya diam dengan mata menatap bingung. Octavia sudah menangis. "Renov! Tolong aku!" pekiknya walau terasa sia-sia. Tubuhnya tetap dibawa keluar dari tempat itu. *** "Tinggalkan dia disana. Biarkan dia menderita, Renov. Biarkan dia seperti gelandangan disana. Aku mohon. Kamu tau seberapa besar lukaku karena dirinya? Maka balaskan lukaku padanya! Kamu mencintaiku 'kan, Renov? Kamu ingin aku kembali 'kan? Lakukan hal itu. Buat dia menderita." Suara wanita itu membuat Renov mengepalkan tangannya tanpa sadar. Ada perang batin dalam dirinya saat ini. Antara menjalankan misinya, membuat wanita yang saat ini menelfonnya kembali pada dirinya atau membatalkan rencananya lalu membawa Octavia bersamanya. "Renov? Kamu masih disana 'kan?" Suara wanita yang dirindukan Renov itu membuat pria itu tersetak. "Ya?" "Kamu sudah melakukannya, bukan?" Renov makin mengeratkan kepalan tangannya. "Aku...," ucapnya menggantung. "Maaf, aku membatalkan rencana itu. Aku pikir pasti ada rencana yang lebih baik dari ini." Terdengar suara terkejut wanita itu. "Apa?! Apa maksudmu Renov— " Renov segera menyimpan ponselnya, berlari memasuki pasar dan mencari gadis yang tadi sengaja dia tinggalkan. Kaki panjangnya bergerak cepat menelusuri jalan yang ia lalui tadi. Jantungnya tiba-tiba bergemuruh cepat. Merasa takut bahwa rencananya benar-benar behasil kali ini. Beberapa menit, mata pria itu belum menemukan Octavia. Lalu dia keluar dari pasar, melihat ada sosok gadis yang di seret beberapa pria untuk masuk kedalam mobil. Renov langsung berlari mendekat, memukul salah satunya. "Lepaskan dia." bisik pria itu tajam. Beberapa pria disana tampak terkejut dengan kehadiran Renov. "Ada apa, bos?" tanya mereka tak mengerti dengan bahasa indonesianya. Renov menarik tubuh Octavia ke balik punggungnya, tubuh mungil gadis itu bergetar, matanya membesar melihat Renov. "Batal. Rencana kita batal!" ucapan tegas pria itu membuat Octavia membeku. Merasa kebingungan. Rencana? Rencana apa? Beberapa pria itu saling pandang rakyat mengerti. "Tapi bos...," "Saya akan tetap membayar kalian!" bentaknya kesal. Setelah itu, Renov berbalik, menarik Octavia bersamanya. Octavia hanya pasrah ditarik oleh pria itu, pikirannya kalut. Apa maksud dadi pembicaraan mereka tadi? Apa... semua ini adalah rencana Renov? Octavia benar-benar tidak ingin percaya. "Renov...," panggilnya pelan, namun sekalipun pria itu tidak menoleh padanya, tetap melangkah sambil menariknya. Merasa kebingungan dan butuh jawaban, Octavia menyentak tangan pria itu, membuat langkah Renov terhenti. Pria itu memutar tubuhnya, menatap tajam Octavia yang ketakutan. Gadis itu bergetar. "Apa maksud mereka rencana? Kamu tidak mungkin melakukan ini padaku 'kan?" ucap gadis itu dengan mata besar berharap. Dalam hati, Renov merasa ada sesuatu yang mencubit dadanya, namun dia buang jauh-jauh perasaan itu. Pria itu tersenyum miring. "Di dunia ini tidak ada satupun orang yang benar-benar baik dan tulus. Apa kamu benar-benar percaya aku adalah seorang pria baik yang tiba-tiba melamarmu? Kamu tidak pernah berfikir alasanku melakukannya?" ucapan dingin pria itu berhasil membuat wajah Octavia pucat. "Renov... ini pasti bohong 'kan? Iya 'kan?" Senyum miring Renov berubah menjadi tawa meremehkan. "Apa ini terlihat seperti itu? Hah?!" lalu pria itu kembali menarik tangan gadis itu, membawa tubuh Octavia ke mobil mereka di parkiran. *** Hampir selama perjalanan, gadis itu menangis, membuat Renov menggeram kesal bukan main. Dia benar-benar benci tangisan wanita. "Bisakah kamu diam?!" bentak pria itu saat mereka turun dari mobil. Kali ini mereka tidak ke hotel, mobil Renov berhenti di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun tampak bersih dan nyaman. Rumah itu bergaya eropa. Entah tempat apa itu, Octavia tidak bisa memikirkan apapun. Semuanya terasa tiba-tiba. Begitu mendadak, mengguncangnya. Renov pria yang menurutnya baik, lembut dan bertanggung jawab kini berubah menjadi pria kasar dan jahat dimatanya. "KUBILANG DIAM SIALAN!" mereka memasuki rumah itu, Renov berteriak keras di depan gadis itu yang belum menghentikan tangisannya. Mendengar teriakan itu, Octavia menghentikan suaranya. Begitu terkejut mendengar teriakan itu. Seumur hidup, belum pernah ada orang yang membentaknya sekasar ini. Air mata gadis itu tetap mengalir, namun kali ini tidak bersuara. Renov melongos melihatnya. Lebih baik daripada mendengar suara gadis itu. Pria itu membawa Octavia pada salah satu kamar, mendorong masuk gadis itu keatas ranjang. Gadis itu terduduk di ujung kasur, menatap sedih sosok pria yang tampak jauh berbeda. Renov mengunci pintu ruangan itu. Saat tubuhnya berbalik, pria itu menatap wajah Octavia yang menatapnya penuh iba. Lagi, perasaan tak enak menghampirinya, namun dia abaikan. Pria itu berdecak keras. Tidak tahan melihatnya. Dia berjalan menuju kamar mandi yang ada di ruangan itu, membanting pintu itu keras. Ditinggalkan sendiri, membuat Octavia langsung mengeluarkan suara tangisnya. Ada apa dengan pria itu? Kenapa semuanya berubah dalam sekejap dan sbenernya apa rencana yang dimaksud Renov? ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN