Alea tidak tahu dirinya mau kemana sekarang. Ia turun dari dalam bis, ia menatap pada taman yang hanya diisi oleh beberapa orang saja. Alea melangkahkan kakinya menuju kursi yang ada di sana. Lalu duduk dengan air mata yang masih menetes di pelupuk matanya. Berulang kali Alea menghapus air matanya. “Wanita miskin dihina dan tidak pantas bahagia. Ternyata itu nyata. Dulu aku selalu disanjung dan dipuji oleh orang-orang, tidak ada yang berani mengatakan aku itu w************n dan yang lainnya.” Alea tertawa lirih. Mengabaikan dirinya yang tampakn kacau sekali. “Kau kenapa? Ayahmu sudah mati?” Alea melihat pada wanita yang menjadi ibu tirinya dengan pandangan sinisnya. Wanita itu telah mencampakan ayahnya dan tidak mau merawat ayahnya setelah ayahnya jatuh bangkrut. “Kau masih hidup.”