Evan yang tidak bertemu Alea sudah beberapa hari membuat lelaki itu duduk termenung di salah satu restoran dan enggan memakan makanannya. Selera makannya hilang. Cukup Alea mengirim pesan saja padanya. Maka dia pasti mau makan sekarang. “Hei! Evan! Kau kenapa melamun? Kau mau ikut tidak?” Evan menatap temannya yang sudah berpakaian rapi— salah satu Dokter di rumah sakit. Padahal dia anak orang kaya. Mau-maunya tidak meneruskan perusahaan ayahnya. Malah menjadi Dokter. “Kemana?” tanya Evan malas. “Kau pasti suka nantinya.” Tangan Evan ditarik oleh temannya itu. Evan terpaksa untuk ikut. Kenapa juga Evan membalas pesan temannya itu. Membuat dia mau tidak mau untuk pergi bersama dengan temannya ini. Evan menatap jalanan yang dilalui oleh mereka dan kening Evan semakin mengerut ket