Prolog

206 Kata
Namaku Aila,seorang gadis berumur 21 tahun sudah cukup dewasa bukan? Sudah sangat mampu akan sesuatu tetapi semua tidak seperti ekspetasi pemikiranku. Hari yang Indah serta keharmonisan yang dianggap sempurna Indah oleh semua orang nyatanya memiliki permainan yang jua sulit kumengerti. Jalur hidup yang dikiranya dipenuhi cahaya nyatanya topeng tertutupi luka, ini permainan yang takdir suguhkan yang kadang ingin kuhentikan di detik yang sama. Permainan emosi dan tarik ulur hampa benar-benar membuatku muak akan itu. Aku menjadi tokoh utama disini jika menyerah saat itu maka itu berarti mereka tidak punya permainan lagi untuk ditertawai. Aila Permatasari nama yang disertai harapan besar disana tetapi harus tumbang dan berserakah tepat bom takdir menyatakan perangnya, ini harus dikendalikan tetapi aku tak bisa mengendalikan apapun bahkan hakku sendiri. Aila yang dilahirkan hanya untuk menjadi karang ditengah lautan, menunggu kikisannya habis dan lenyap terbawa ombak kemanapun ia ingini, berteriak pun tidak ada gunanya karena sekali lagi ini permainan sang takdir. Jiwa yang harus terenggut paksa dan memilih berkelana jauh daripada bertahan meninggalkan raganya dalam kehampaan dan juga jatuh dalam dunia gelap, jiwa itu tak ingin kembali bahkan sedetik saja. Ini hanya tentang Aila permatasari yang bermain atas dirinya sendiri tanpa meminta hak ataupun pengendalian diri. Selamat datang, diduniaku... ~Aila Permatasari
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN