9. MENGIKUTI

1125 Kata
Akhirnya Digo bertemu lagi secara tidak sengaja dengan gadis manis penjual kue itu, tapi gadis itu buru-buru pergi dan tidak mengingat Digo. *** Digo saat ini sedang mengejar dan berencana mengikuti gadis manis penjual kue yang membuat hatinya terpikat itu. Gadis manis itu terus melangkah cepat tanpa menengok ke belakang, mungkin dia malu dengan kehadiran cowok tampan dan kaya seperti Digo, sementara dirinya hanyalah seorang penjual kue. Atau mungkin saja takut jika Digo berbuat aneh-aneh. Digo terus mengikutinya dari belakang dengan hati-hati agar tidak ketahuan, dia juga tidak mau berlari cepat hingga menyusul gadis manis itu, bahkan Digo meninggalkan sementara motornya di depan toko tadi, itu semua demi mengikuti gadis manis tersebut agar tidak kehilangan jejaknya lagi, sekalian mencari tahu ke mana gadis itu akan pergi. Gadis itu menelusuri lorong demi lorong daerah perkotaan, kemungkinan menuju rumah tempat tinggalnya. Beberapa kali belok arah mengikuti jalan lorong menuju rumahnya. "Apakah dia menuju ke rumahnya? Wah, ini kesempatan yang bagus, aku bisa tahu di mana alamat rumahnya," gumam Digo dalam hati sambil berjalan mengikutinya. Sesaat kemudian, gadis itu berhenti sejenak, hal itu membuat Digo terkejut dan segera bersembunyi di balik tembok bangunan, kebetulan ada lorong sempit di sampingnya. Gadis itu menoleh ke belakang, sepertinya dia merasakan ada yang mengikuti. "Mungkinkah ada yang mengikuti aku?" batin gadis itu sambil mencari-cari keberadaan orang lain, tapi tidak menemukannya, untung saja Digo bergegas sembunyi. "Huft, mungkin hanya perasaan ku aja," lanjutnya. Kemudian gadis itu melanjutkan perjalanan. "Apa dia merasakan kehadiranku?" kata Digo sambil mengintip, setelah mengetahui gadis itu mulai berjalan lagi, dia bergegas mengikutinya lagi. Sekitar 2 menit kemudian, gadis itu memasuki sebuah rumah kecil di antara rumah-rumah lain yang lebih besar, mungkin itu rumahnya atau kontrakan keluarganya, belum bisa diketahui. "Jadi itu tempat tinggalnya. Apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku ke rumahnya dan pura-pura menjadi tamu? Tapi apa yang harus aku katakan nanti? Mereka pasti bertanya tujuan aku datang ke rumahnya. Huft, sebaiknya aku urungkan niatku saat ini," gumam Digo. Saat ini Digo memilih untuk menunggu dan sembunyi di sekitar rumah gadis manis itu, siapa tahu nanti gadis manis itu keluar rumah. Namun setelah sekian menit menunggu, tidak ada tanda-tanda kemunculan nya. Digo memilih mengambil ponsel di sakunya, lalu membuka akun media sosial miliknya untuk mengulur waktu, tapi tidak mengabaikan rumah gadis manis itu, dia lebih sering melirik dan mengecek rumahnya dari jauh, berharap gadis manis itu segera keluar dari rumah. Jika itu terjadi, mungkin Digo akan menemuinya, tapi tidak tahu reaksi gadis itu nanti, akan tetapi dia tidak peduli. Ada seseorang yang lewat di tempat Digo sembunyi, seorang laki-laki muda. "Mas, sedang menunggu siapa?" tanya laki-laki tersebut. Digo sedikit kaget karena dia datang dari belakangnya, sementara Digo sedang memperhatikan rumah gadis manis. "Oh, gak ada. Aku hanya ... ingin jalan-jalan di sini, hehe," jawab Digo agak bingung. "Jadi begitu, ya udah. Aku kira mau ngapain. Kalau begitu aku permisi," pamit laki-laki itu kemudian melangkah pergi. "Oke, silakan!" Digo memperhatikan laki-laki tersebut semakin menjauh hingga berbelok. "Aduh, kenapa aku bodoh. Harusnya tadi aku bertanya mengenai rumah gadis itu, siapa tau dia mengenal gadis manis penjual kue dan keluarganya. Hmm, siaal," ucap Digo menyesal tidak bertanya dengan laki-laki barusan. Pasti karena Digo gugup dan tidak tahu harus berkata apa, karena dia memang sedang diam-diam mengikuti seseorang, alias gadis manis penjual kue warna warni. Sekian menit kemudian, seorang wanita paruh baya mungkin berumur 40 lebih, masih tampak muda keluar dari rumah itu, kemungkinan besar adalah Ibu dari dari gadis manis. Digo terus memperhatikan wanita paruh baya itu, kemudian gadis manis akhirnya keluar. "Ma, cuacanya agak mendung, gimana nanti kalau hujan?" tanya gadis manis itu. "Iya sih. Semoga aja hujannya setelah jualan kita habis. Tapi kita persiapan aja membawa jas hujan," jawab Ibunya sekalian memberi saran. "Oke, Ma." "Ya, ampun. Dia benar-benar cantik dan manis, kenapa aku gak melihatnya dari dulu ya? Bahkan dari jauh aja sudah keliatan aura kecantikannya," gumam Digo sambil mengintip mereka. Tentu saja Digo belum pernah melihatnya, karena selama ini dia tidak pernah memikirkan seorang gadis, dia masih betah menjomblo dan bersenang-senang bersama kedua sahabatnya. Baru akhir-akhir ini saja sangat fokus mencari gadis untuk dijadikan kekasih sejati, itu karena sudah bosan mendengar sindiran teman-teman kerja mereka di kantor, yaitu sindiran tentang status jomblo, meski mereka semua hanya bermaksud menghibur dan bercanda. Selanjutnya Ibu dan anak tersebut membawa sebuah tas dan beberapa barang bawaan, lalu mengambil sesuatu di pinggir rumahnya. Ternyata mereka mengambil gerobak untuk berjualan kue, pasti kue warna warni yang pernah dibawa gadis manis waktu itu. Ibu dan anak gadisnya membawa gerobak bersama, mereka mendorong perlahan-lahan menuju ke suatu tempat, tentunya ke tempat biasa mereka berjualan. Untung saja arah mereka berlawanan dengan posisi Digo bersembunyi, dengan begitu Digo lebih mudah dalam mengikuti mereka. Setelah agak jauh, Digo terus mengikuti mereka dari belakang tanpa sepengetahuan mereka. Itu karena Ibu dan anak gadisnya sedang fokus mendorong gerobak penjual kue sambil mengobrol santai. "Jadi Ibu dan anak berjualan bersama. Ke mana Ayahnya? Mungkin sedang kerja," batin Digo menduga-duga. Sekitar 3 menit Digo mengikuti mereka, akhirnya mereka sampai di tujuan, yaitu di pinggir jalan dan di bawah pohon rindang. Ya, mereka biasa berjualan kue di tempat itu. Tapi mengapa waktu itu gadis manis berjalan membawa kue warna warni? Digo mengira dia berjualan keliling. Entahlah, Digo akan bertanya lebih suatu saat, jika bisa mengobrol dekat dengan gadis manis tersebut. Ibu dan anak tersebut segera mempersiapkan segala macam keperluan untuk berjualan, seperti menyiapkan kursi tunggu pembeli, kursi duduk untuk mereka, bersih-bersih sekitar tempat itu atau yang lainnya. Digo masih bersembunyi dari jauh dan memperhatikan mereka. "Aha, aku akan membeli kue itu, sekalian berkenalan jika bisa," gumam Digo mendapat ide menarik agar bisa mendekati mereka, terutama anak gadisnya. Dia menunggu beberapa saat hingga persiapan mereka berjualan benar-benar selesai. Pada akhirnya, Ibu dan anak penjual kue warna-warni tersebut sudah siap berjualan "Semoga hari ini laris dan lancar," ucap Ibunya berdo'a penuh harap. "Amiin," ucap anak gadisnya. Kini saatnya Digo beraksi, dia segera berjalan mendekati mereka untuk membeli kue yang mereka jual. Saat sudah dekat, Ibu dari gadis itu memperhatikan Digo, sementara gadis manis itu sedang memperhatikan layar ponselnya, ponselnya terlihat biasa, bukan layar sentuh. Digo memberi senyum pada Ibu paruh baya penjual kue tersebut, melihat itu wanita itu juga balas memberi senyum. "Wah, kue ini cantik-cantik sekali. Aku mau beli Bu," ucap Digo saat sudah sampai. "Iya, silakan!" jawab Ibu penjual kue. Gadis manis itu mendengar suara Digo dan segera mengalihkan pandangan dari layar ponselnya untuk melihat siapa yang ingin membeli kue jualannya. Alangkah terkejutnya dia saat mengetahui yang membeli adalah orang yang ditemuinya di toko tadi pagi, orang yang menolongnya saat mendapat masalah pembayaran. "Dia ... bukankah dia cowok yang tadi? Kenapa dia bisa sampai ke sini? Gak mungkin ...," batin gadis manis merasa tidak percaya, bahkan sampai kedua matanya melebar. To be Continued
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN