“Marko.” Wajah Maura seketika berubah saat melihat Marko sudah berdiri di hadapannya. Ekspresi yang terlihat begitu datar, ia seakan tidak percaya pria itu bisa ada di hadapannya saat ini. Marko, sepertinya aku pernah mengenal nama itu. Tapi dimana,” Dewa berusaha mengingat nama yang baru saja di sebut Maura. “Ternyata kamu masih mengingatku,” ucap Marko sambil tersenyum. “Boleh aku bergabung bersama kalian.” Pria itu langsung menarik kursi yang ada di dekat Maura. Dewa yang sejak tadi berusaha mengingat siapa pria bernama Marko, langsung menghentikan tangan Marko. “Enggak perlu, kami sudah mau pergi dari sini,” ucap Dewa. “Sayang, sepertinya kita harus segera pulang. Karena aku harus segera kembali ke kantor.” “Ayolah, jangan menjadi pria dewasa yang menyebalkan untuk kami. Kau