(Author Pov)
"By, lagi ngapain?" Dara melongo ke dalam kamar junior nya itu.
"Eh Kak Dara, ini lagi beresin barang aja."
"Baru datang ya?"
Baby mengangguk. "Kakak kapan sampai?"
Dara melipat tangannya di d**a. "Belum pulang sih lebih tepatnya." Perempuan dengan rambut dicepol asal itu menyunggingkan senyum manisnya. Baby terlihat terkejut juga takjub. Sebenarnya ia bisa mengerti kondisi Dara. Perempuan itu sudah berada di tingkat 4. Sudah mau lulus jadi wajar jika dia sibuk dan banyak yang harus dikerjakan.
"Kakak udah makan? Baby bawa oleh-oleh nih dari rumah. Mama masakin banyak.."
"Santai aja.." ujar Dara. Mereka memang sering berbagi makanan. Di antara semua senior penghuni asrama ini, Baby memang paling dekat dengan Dara. Tidak hanya karena kamar mereka bersebelahan, tapi juga karena Dara orang yang easy going dan simple.
Baby melanjutkan pekerjaannya saat Dara kembali ke kamarnya, tepat di sebelah kamar Baby.
Di tengah kegiatan beres-beres, ponsel Baby berbunyi. Ia kesusahan mencari di mana letak benda pipih itu. Akhirnya Baby menemukannya di antara tumpukan tas dan jaket yang tadi ia kenakan.
"Hallo," Baby menempelkan ponsel di telinga.
...
Dari jauh Baby sudah bisa melihat orang-orang yang sedang berkumpul di taman Fakultasnya. Dengan langkah lambat Baby akhirnya sampai di sana. Ia langsung disambut oleh teman dan juga seniornya.
"Kenapa?"
"By, jangan marah dulu ya," Vivi menyusun jari-jarinya di depan wajah. "Sorry, By, gue masukin nama lo jadi panitia buat Face of ATAIR Closing Ceremony.."
Respon yang sudah bisa ditebak adalah helaan napas dari Baby. Terlihat kalau Baby tidak menyukai apa yang baru saja disampaikan oleh teman satu jurusannya itu.
"Jangan marah ya, By. Nggak ada orang lain lagi. Cuman lo doang.." Vivi memohon. Beberapa orang yang ada di sana juga menatap Baby penuh harap.
"Masih banyak yang lain,Vi. Kan gue udah bilang nggak mau ikut.."
"Nggak ada yang bisa dipercaya, By. Please ya. Please.."
Vivi sudah memohon membuat Baby jadi tidak enak. Apalagi di sini tidak hanya ada anak angkatan dan jurusannya saja. Ada jurusan lain dan senior juga. Baby jadi segan untuk menolak. Terkesan ia tidak mau membantu padahal ini untuk kepentingan fakultas dan kampusnya juga.
Baby menghela napas. Senyuman merekah di wajah Vivi saat akhirnya Baby mengangguk setuju. Ia bersorak senang lalu dengan penuh semangat mengajak semuanya untuk memulai rapat mereka.
Baby menghela napas pelan. Ini baru hari pertama ia kembali dari liburan. Tapi sepertinya ia tak akan bisa istirahat.
...
Baby kembali ke asrama setelah kurang lebih dua jam berdiskusi dengan panitia pelaksana Face Of ATTAIR. Ini adalah acara tahunan yang rutin dilakukan oleh kampusnya. Tujuannya yaitu untuk menyambut seluruh mahasiswa baru.
Akan ada beberapa rangkaian acara. Biasanya akan dilakukan bazar selama kurang lebih dua minggu. Pengenalan club/UKM kampus. Serta acara puncak yaitu pemilihan Face Of ATTAIR sendiri, yaitu semacam duta kampus. Di mana setiap fakultas mengirim perwakilannya untuk nantinya memperebutkan gelar Duta Kampus di acara puncak.
Fakultas Baby sendiri tidak bertanggung jawab atas seluruh acara. Mereka hanya bertanggung jawab dan berfokus pada acara puncak saja, yaitu closing ceremony. Di situlah letak susahnya. Di mana semua kegiatan dipertaruhkan kesuksesannya pada hari terakhir tersebut. Bayangkan bagaimana bebannya.
Saat menaiki tangga menuju kamarnya, Baby tak sengaja berselisih dengan dua orang laki-laki yang sepertinya maba alias mahasiswa baru. Tak sengaja pula Baby mendengar obrolan mereka.
"Nggak tau sih, tapi gue denger-denger sih serem banget. Abang gue pernah cerita juga dulu waktu dia maba. Sumpah, gue ngeri dengernya. Nah, kata abang gue, di sini tekniknya lebih horor. Seniornya ganas-ganas.."
"Yang bener lo?"
"Iya."
"Tapi tadi gue lihat seniornya baik-baik semua. Tadi bahkan gue sempat diajak ngobrol sama mereka. Kayaknya baik-baik. Malah nanya gue tinggal di mana terus apa tempat tinggal gue nyaman.."
"Lo kasih tau tinggal di asrama sini?"
"Ya iyalah. Lo kira gue berani bohong sama mereka.."
Baby tersenyum. Ia kemudian melanjutkan langkah. Kasurnya pasti terasa sangat empuk untuk tidur saat ini.
...
(Baby Pov)
Obrolan anak baru tadi rasanya sangat lucu. Sepertinya mereka maba dari Fakultas Teknik. Tapi aku tidak yakin mereka Fakultas Teknik yang mana. Entah FTSL (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan) atau FTI (Fakultas Teknik Industri). Mau darimanapun mereka, tidak akan ada bedanya. Mau FTSL ataupun FTI sama saja. Mereka hanya harus mempersiapkan mental.
Kasur. Baiklah, aku rasanya ingin langsung tidur meskipun sebenarnya kegiatan hari ini tidak begitu melelahkan. Ah, kembali teringat soal tadi. Masih kesal karena aku harus menjadi panitia. Aku bukannya tidak perduli pada kampus, tapi kalian akan tau bagaimana melelahkannya menjadi panitia nanti. Sudahlah. Lupakan dulu tentang semua itu. Ini waktunya untuk istirahat. Mungkin aku akan tidur saja sampai malam. Oh iya, jangan lupa matikan ponsel agar tidak ada yang mengganggu.
Aku melepaskan sepatu dengan asal. Kemudian berniat langsung rebahan di kasur. Tapi yang ada aku dikejutkan oleh seseorang yang sudah lebih dulu berbaring dengan santai sambil memainkan ponsel di atas kasurku. Eh, lebih tepatnya ponsel itu menyala tanpa dimainkan. Ponsel itu tergeletak begitu saja di atas kasur, di dekat tangan si empunya. Yang mana si empunya sepertinya tertidur.
"Be!!"
Tak ada pergerakan. Aku pukul lengannya. "Be, bangun!!"
"Hngg..." hanya gumaman yang aku dapatkan setelah menggoyang badan besarnya itu. Ia tak bergerak banyak. Hanya menggeliat sekilas lalu kembali tenggelam dalam tidur.
"Be! Ya ampun. Kamu sejak kapan di sini? Bangun dulu. Sepatu nggak dibukak. Aku baru selesai ngepel.." bohong. Aku belum mengepel sama sekali. Tapi kebiasaannya yang main masuk tanpa melepas sepatu itu memang cukup menyebalkan.
"Aku mau tidur sebentar aja, lima menit, ok.." ia meminta dengan suara berat khas orang mengantuk seolah sudah seminggu tidak tidur.
Aku hanya bisa menghela napas dengan pasrah. Bisa apa jika sudah begini. Sudahlah, tidak ada salahnya membiarkan dia tidur sebentar. Rasa kantukku juga sudah hilang entah ke mana.
Untung saja tadi aku sudah menyimpan barang-barang penting dan tidak meninggalkan koper dalam keadaan terbuka. Ah, hampir saja.
"By.."
"Hmm?" Aku menoleh sebentar dari layar MacBook. "Kenapa?"
"Kamu dari mana?" Suaranya masih berat dan agak serak.
"Fakultas."
Aku mendengarnya berdehem beberapa kali. Mungkin tengah menetralkan suaranya. Pandanganku kembali fokus ke layar. Aku sedang mencari referensi untuk acara nanti. Kan, meski malas aku ini tipikal orang yang susah mengabaikan. Alhasil aku tetap saja mengerjakan meski tadi sempat kesal.
"Kamu lagi ngapain?"
"Nggak ada, browsing aja. Kamu sejak kapan di sini?" Aku menoleh sepenuhnya pada raksasa yang panjang badannya hampir sepanjang tempat tidurku.
"Sekitar satu jam, mungkin."
"Itu hape tadi nyala aja. Kalau ngantuk, mau tidur ya hape nya dimatiin dulu.."
"Aku ketiduran.." ia menggapai-gapai, mencari-cari ponselnya tapi ia tidak menemukannya.
"Tuh di atas meja.." aku tunjuk meja nakas tempat ponsel miliknya kuletakkan.
"Ada telpon nggak tadi?"
Aku menggeleng. Aku tidak memeriksa ponselnya. Tapi selama aku di sini, tidak ada panggilan apapun pada benda pipih itu. Ia menyalakan ponsel, kemudian membuang napas panjang. Ia kembali memejamkan mata. Sepertinya dia benar-benar kelelahan.
"Baju yang di sini warna apa?" tanyanya tiba-tiba. Aku bangkit, membuka lemari.
"Ada kaos biru tua, army sama hitam. Ada kemeja juga warna hitam."
"Jam berapa sekarang?"
Aku memutar bola mata. Padahal dia bisa melihat di ponselnya tapi kenapa terus bertanya.
"Jam 5."
Ia menggaruk kepalanya. "Aku mau tidur, lima belas menit lagi bangunin ya.."
"Kamu mau ke mana? Kalau ngantuk istirahat aja. Muka kamu kayaknya udah kecapek'an gitu.." akhirnya aku tak bisa menahan lagi rasa khawatirku.
"Ada rapat. Aku malas balik ke asrama. Nanti pasti ketemu sama anak-anak, nggak bakal bisa tidur lagi."
"Rapatnya jam berapa?"
"Jam 6."
"Yaudah tidur aja. Ntar aku bangunin. Rapatnya jam 6 kan?"
Dia mengangguk. Aku kembali ke layar MacBook. Aku kira dia sudah tidur, tapi ternyata dia malah sudah duduk menatap ke arahku.
"Aku laper.."
Kan..
"Aku panasin dulu makanannya. Ntar kalau udah aku bangunin.." aku beranjak dari kursi. Tapi bukannya melanjutkan tidur, dia malah bangun. Aku mengambil makanan dari kulkas dan memasukkan ke oven.
"Kamu tidur jam berapa tadi malam?"
Dia menguap. "Aku tidur jam 6 tadi pagi sampai jam 7."
Aku melotot. "Kalian ngapain aja sampai nggak tidur gitu? Mau ngospek apa mau siaga perang sih?"
Kadang aku tidak mengerti isi kepala anak Teknik ini. Aneh. Suka sekali merepotkan diri sendiri.
"By, sini.." panggilnya.
"Kenapa?" Dengan kening mengerut aku mendekat. Dia tiba-tiba menarikku dan memeluk pinggangku.
"Ini ngapain sih?" Aku terkejut.
"Udah dua minggu kita nggak ketemu. Gimana liburan kamu sendirian? Fun?"
Apa semua laki-laki tampan diberkahi anugerah seperti ini? Tidak mandi tapi tidak bau. Hebat, kan? Mungkin ada parfum tertanam di badannya.
"Fun lah. Nanti aku liatin foto-fotonya.."
"Sorry ya," katanya disela wajahnya yang menempel di perutku. "Harusnya kita perginya berdua, tapi aku malah batalin.."
Yap. Harusnya itu liburan kami berdua. Harusnya kami pergi berdua. Destinasi ini sudah kami rencanakan dari jauh hari. Aku bahkan sudah menyusun rencana apa saja kegiatan yang akan kami lakukan selama di Lombok. Tapi semuanya batal. Tidak batal total sih, toh aku masih pergi ke sana, meski sendirian.
"Udahlah, nggak usah minta maaf. Kamu nggak sengaja juga kan mau batalin.."
"Kalau sengaja gimana? Aduh.." ia mengaduh saat aku menyentil keningnya. "Kekerasan."
Aku terkekeh. "Udah lepas. Kamu bau, belum mandi."
Dia tidak bergerak.
"Itu udah siap makanannya. Katanya laper.."
Ia akhirnya melepaskan pelukannya. Ia berlalu ke kamar mandi untuk mencuci muka. Tak lama ia kembali dengan wajah lebih segar.
"Odol kamu habis?"
"Belum aku ganti. Tadi belum sempat beresin semua barang."
Dia menoleh ke arahku. "Ngapain ke Fakultas tadi?"
Aku meletakkan gelas berisi air putih di meja di depannya.
"Hmmm..."
Dia menaikkan alis, menunggu jawabanku.
"Hmm, aku.." tiba-tiba ponselnya berdering.
"Kalau Ogi nggak usah diangkat.." katanya. Aku melirik si penelpon dan benar, Ogi is calling.
Tak lama dia sudah sibuk dengan makanannya. Dia juga sudah lupa dengan pertanyaannya. Aku tersenyum melihat bagaimana dia makan.
Aku jadi gemas sendiri melihatnya. "Tante Ayura ngidam apa sih pas hamil kamu?"
...
"Be.."
"Hm?" Dia tidak menoleh. Fokusnya masih tertuju pada kaca di depannya. Sibuk merapikan rambut tapi yang aku lihat justru tidak ada yang berubah. Rambutnya masih sedikit acak-acakan. Mungkin dia sengaja.
Dering ponsel memecah perhatian kami. Aku kembali ke depan MacBook sementara dia meraih ponsel di atas kasur.
"Hal—"
"Haras b******k lo di mana, sialan?!!"
Bahkan aku bisa mendengar suara teriakan penuh amarah itu. Aku lihat dia hanya mengernyit sedikit, tersenyum tipis, sembari menjauhkan ponsel dari telinga. Teriakan itu bisa memecahkan gendang telinga jika saja dia tidak menjauhkan ponsel tepat waktu.
"Iya ini gue otw.." dia jauhkan ponsel dari telinga. "By, aku pergi dulu. Thanks makanannya.." ia memakai sepatunya asal. "Iya ini udah di jalan, bawel.."
Aku hanya bisa geleng-geleng. "Haras, Haras.." kemudian fokusku sudah tertuju pada apa yang tengah aku cari. Ok, back to work.
...
[Haras Pov]
"Kay, lo ngapain di situ? Kok kayak gembel?"
Hampir saja sebuah sepatu melayang ke wajahku jika saja aku tidak cepat mengelak. Dasar Kayhan sialan.
"Lo punya hape gunanya apa sih?!" Gerutunya tak menunggu barang sedetik saja supaya aku bisa duduk lebih dulu. Ruangan tempat kami biasa melakukan rapat sudah diisi oleh beberapa orang. Masih belum semua yang datang. Aku tafsir baru setengah panitia yang ada di sini saat ini.
"Kan gue udah angkat waktu lo nelpon, my honey sweety.." aku mencoba merayunya.
"Lo ngomong gitu lagi gue lempar beneran lo ke danau depan," ancamnya.
Aku nyengir. "Ganas amat.."
Tak lama Ogi datang. "Har, gue nelpon lo udah macam orang sekarat tau nggak. Lo ngilang ke mana sih?"
Tambah lagi orang yang mengeluh. Mereka ini tidak bisa kehilangan aku sebentar saja. Heran.
"Gue ngilang bentar doang, lagi cari inspirasi.."
Kayhan menatapku kesal. Memandang dengan tatapan tajam orang keki khas miliknya. Aku nyengir.
"Serius gue. Btw, ada apaan nelpon gue?" Aku pandangi Ogi dan Kayhan bergantian.
Ogi menghela napas.
"Bang Res sama Bang Mec nggak setuju sama ide kita."
Kali ini tak hanya Kayhan dan Ogi yang berwajah serius. Aku juga. Aku membuang napas pelan.
"Bang Res nelpon gue, nyuruh kita temui dia sebelum Rabu.." tambah Kayhan.
"Oke. Ayo masuk, kita bahas di dalam. Masih ada lima belas menit.."
...
Bang Res sama Bang Mec ini memang hobinya nyusahin orang. Kalau saja mereka bukan senior, hm, entahlah.
"Lo ke mana ntar malem?" Ogi menepuk bahuku. Kami baru selesai rapat dan aku harus memerika beberapa hal. Hanya tersisa beberapa orang saja di sini. Termasuk aku, Ogi dan Kayhan.
"Nggak ada. Mau tidur, mumpung bisa istirahat.."
"Lo Kay?"
Kayhan menoleh dari ponsel. "Nggak tau. Tidur mungkin. Seminggu ini gue tidur nggak sampai 6 jam."
"Pada anak Mami lo semua. Kayak baru sehari dua hari kuliah di sini.."
Aku dan Kayhan pilih untuk mengabaikan Ogi. Dia ini paling besar kalau soal omongan.
"Keluar yok. Gue bosen nih di asrama. Yuk yuk," Ogi mulai merengek. Dia bahkan menarik-narik ujung bajuku.
"Gi, kalau nggak mau gue lempar dari lantai 4, stop bikin gue jijik."
"Kenapa nih?"
"Bang Faro, Mas Kayhan sama Mas Haras jahat," dengan wajah memelas dan menjijikkan Ogi menyerbu Faro. Memeluk lengan Faro manja.
"Kenapa lagi nih anak?"
Aku mengendikkan bau cuek sementara Kayhan tak bereaksi. Sepertinya ponselnya lebih menarik dari apapun.
"Yuk, cabut.."
Kami meninggalkan ruangan. Di dekat batas fakultas kami berpisah. Ogi dan Faro pergi berdua karena mereka satu asrama. Sebenarnya aku satu asrama dengan mereka, tapi aku ada keperluan.
"Mau ke mana lo?"
"Lo mau ke mana?" tanya Kayhan balik. Kami saling pandang kemudian nyengir kuda.
"Gue duluan nanya.." ku geplak kepalanya.
"Sakit k*****t!"
Di saat kami hampir sampai di parkiran, tak sengaja kami mendengar suara ribut-ribut. Aku dan Kayha bergegas mencari sumber suara. Ternyata ada pertengkaran di dekat tamam fakultas Pertanian.
"Hey stop!!"
"Sini lo b******k!!"
Ada beberapa orang di sini. Yang mengejutkan adalah hanya ada satu perempuan yang aku lihat dalam kondisi, hm, kacau.
"Kenapa nih?" tanya Kayhan.
"Untung lo cewek, kalau enggak!"
"Kenapa?! Sini maju! Lo kira gue takut!"
"UDAH DIAM!" Bentakku. Semuanya terdiam. "Lo Fakultas apa?"
Aku bisa lihat kalau mereka semua adalah maba alias mahasiswa baru. Terlihat dari seragam yang mereka kenakan.
"Pertanian Kak.."
"Lo semua Pertanian?"
Empat anak laki-laki itu mengangguk.
"Lo jurusan apa?" tanya Kayhan pada si anak perempuan.
"Teknik, Kak.."
"Lo pada mau sok jago di sini? Iya?"
Semuanya terdiam.
"Belum juga mulai lo kuliah, udah pada mau adu kekuatan. Mau adu siapa yang paling jago? Iya?" Aku melipat tangan di d**a. "Lo juga cewek. Jangan mentang-mentang lo Teknik terus mau adu hebat."
Perempuan itu mengangkat wajah, menatapku dengan tatapan tajam. Ia sepertinya kesal.
"Bukan gitu! Kakak nggak tau apa-apa! Kenapa bisa ambil kesimpulan kayak gitu? Terus kenapa kalau gue cewek? Cewek atau cowok itu nggak ada bedanya. Gue cewek bukan berarti gue lemah. Bukan berarti gue terima di rendahin!"
Aku menghela napas.
"Lo punya mulut, bisa ngomong sehebat ini sama gue. Tapi lo adu jotos sama mereka. Itu namanya apa?"
Dia terlihat semakin marah.
"Udah. Lo semua bubar, balik ke asrama. Gue anggap ini udah selesai dan ini terakhir kali gue lihat lo berantem, terutama sama cewek. Kalau enggak, masalah ini gue laporin sama senior lo. Paham?!"
"Paham, Kak!!"
"Sana.." ke empat laki-laki itu kemudian pamit pergi. "Dan lo, balik sana. Gue nggak akan tanya lo fakultas teknik yang mana. Tapi peringatan ini juga berlaku buat lo. Ini terakhir kali gue lihat lo berantem!"
Perempuan itu kemudian pergi.
"Ada-ada aja nih anak baru. Belum juga mulai kuliah udah cari gara-gara." Kayhan geleng-geleng. "Nggak salah ya lo dipilih jadi ketua ospek. Wibawa.." Kayhan menepuk bahuku.
"Awas.."
Kayhan terkekeh, kemudian mengejar langkahku. "Btw, Har, tuh cewek kira-kira Fakultas mana? Kita?"
"Nggak tau.."
"Eh lo mau ke mana sih?"
"Minimarket. Lo temenin gue, mobil lo ada kan?"
"Sialan!!"
***