Luka Pernikahan

Luka Pernikahan

book_age16+
detail_authorizedDIIZINKAN
698
IKUTI
2.0K
BACA
like
intro-logo
Uraian

Menjadi istri yang berbakti adalah kebahagiaan buat Risma. Akan tetap baktinya justru disepelekan oleh sang suami. Kendra, suaminya menikah lagi dengan wanita lain tanpa izinnya. Risma baru tahu suaminya telah berpoligami setelah kandungan Eva, istri muda Kendra berusia 5 bulan, saat dibawa pulang ke rumah. Alasan Kendra menikah lagi karena Risma belum memberikan keturunan untuknya. Padahal bagi Risma, 2 tahun pernikahan bukanlah patokan dirinya mandul. Lalu apakah Risma bisa menerima dirinya dipoligami atau dia memberontak?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 2
Bab 2Istri Kedua Mas Kendra, Mbak. Rani adalah wanita berusia 28 tahun. Rumahnya bersampingan dengan rumah Risma. Jadi Rani ini adalah tetangga Risma. Bukan hanya bertetangga, dua wanita itu sangat dekat. Keduanya seperti saudara. Rani memperlakukan Risma seperti adik sendiri. Melihat Risma yang datang dan langsung menangis, Rani mendekati Risma. Wanita itu mengusap punggung Risma lembut. "Kamu kenapa, Ris? Aku tadi mendengar suara mobil suamimu. Dia sudah pulang bukan? Tapi kenapa kamu menangis?" Mendapati tanya itu, tangis Risma semakin menjadi. Dia tidak menyangka kalau ini bakal terjadi dalam pernikahannya. Dia juga tidak menyangka kalau Kendra dengan tega menduakannya. Tidakkah pria itu bisa mengerti kalau hatinya sakit? "Ris, ayo cerita pada mbak. Kamu kenapa datang-datang menangis? Terus suami kamu yang baru datang kamu tinggal sendirian begitu saja?" Rani menambahkan. Risma menghela nafas panjang untuk memberi sedikit kekuatan di hatinya. Dia pun beranjak duduk di samping Rani. "Mas Kendra tidak sendirian mbak. Di rumah dia bersama dengan seseorang," jawab Risma dengan terbata. "Maksudmu suamimu datang bersama seseorang dari luar kota?" Risma mengangguk lemah. "Lalu kenapa kamu harus menangis? Memangnya orang yang datang dengan suamimu siapa? Ibu mertuamu yang cerewet itu?" Risma menggeleng. "Bukan ibu mertuaku, mbak. Tapi..." Risma kembali terisak. Pedih sekali hatinya untuk mengatakannya. "Tapi siapa, Ris?" tanya Rani setengah memaksa karena sudah mencurigai sesuatu. "Katakan sekarang juga pada mbak!" Perlahan, Risma menoleh pada Rani. Wajah wanita itu basah oleh air mata. "Mas Kendra... dia... dia pulang dengan seorang wanita yang sedang hamil. Wanita itu... wanita itu istri kedua Mas Kendra mbak." Rani langsung tersentak kaget mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Risma. Ini seperti sebuah mimpi buruk yang tidak terduga. "Kamu serius, Ris? Kamu serius mengatakan kalau suami kamu pulang membawa istri kedua?" Risma mengangguk. "Iya, mbak. Itulah yang menyebabkan aku menangis. Ternyata selama ini di luar kota Mas Kendra sudah menikah lagi dengan diam-diam. Bahkan sudah enam bulan Mas Kendra menikah. Istri barunya sudah hamil lima bulan." Rahang Rani mengencang mendengar itu. Bukan dia yang mengalami ini, tapi rasa sakit yang Risma rasakan sampai juga pada dirinya. Dia tidak habis pikir kenapa suami tetangganya ini bisa melakukan hal menyakitkan seperti ini kepada istrinya yang dia tahu sangat berbakti dan selalu melakukan tugas rumah dengan baik. "Sekarang apa yang harus aku lakukan, mbak? Sungguh aku tidak bisa menerima ini. Aku tidak mau dimadu," tambah Risma dengan wajah putus asa dan tersakiti." Rani memeluk Risma. Meskipun mereka berdua hanya tetangga sebelah, Rani menyayangi Risma seperti adiknya sendiri. "Lebih baik sekarang kamu tenangkan diri dulu baru berpikir apa yang harus dilakukan selanjutnya. Jika kamu belum ingin pulang karena ada wanita itu, kamu bisa istirahat di kamar Sofi. Tumpahkan semua tangisanmu di sana agar kamu merasa lega. Saat ini mbak juga belum bisa memberi saran apa-apa. Jujur mbak sangat terkejut mendengar ini." Risma mengangguk. "Baik mbak. Aku mengerti. Tapi... jika aku akhirnya memilih untuk mengakhiri rumah tangga ini, apakah aku salah?" Rani menggeleng. "Tidak ada yang salah. Kamu bebas menentukan hidup kamu. Hanya saja, jangan mengambil keputusan saat sedang emosi. Itu sebabnya mbak meminta kamu untuk menenangkan diri dulu di kamar Sofi. Jika sudah tenang, kita bicara lagi." Risma mengangguk sekali lagi sebelum akhirnya wanita itu beranjak meninggalkan sofa menuju kamar Sofi, anak Rani yang duduk bangku kelas 2 Sekolah Dasar. Sementara itu beberapa saat lalu di rumah sebelah, Kendra tampak tercengang begitu mendapati reaksi Risma. Pria itu tidak menyangka kalau Risma akan marah hingga berlari entah kemana. Padahal selama ini, istrinya itu tidak pernah protes dengan semua yang dia lakukan. "Kata mas, istri mas tidak akan marah aku dibawa kesini dan dikenalkan sebagai istri muda mas. Tapi lihat tadi, dia marah dan lari." Kendra menoleh pada Eva. Dia memaksakan diri untuk tersenyum. Disentuhnya bahu Eva lembut. "Kamu tidak perlu khawatir. Berapa kali mas bilang bahwa di awal-awal semua wanita pasti akan marah begitu tau suaminya menikah lagi. Tapi nanti setelah dijelaskan, marahnya pasti reda. Risma pasti akan berpikir bahwa dia tidak akan bisa hidup tanpa aku. Selama ini dia mengandalkan uang pemberian dariku. Bisa dibayangkan susahnya dia jika berpisah dengan suaminya yang kaya ini bukan? Jadi, kamu tidak perlu khawatir soal ini. Dia pasti akan menerima dirimu." Eva tersenyum penuh arti. Dia sebenarnya tidak perduli apakah Risma mau menerima dirinya sebagai madunya atau tidak, karena yang terpenting buatnya adalah sudah menjadi istri Kendra dan sudah hamil. Dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang dia dapatkan. Anak dalam kandungannya adalah alat untuk mencapai keinginannya. "Baiklah, aku yakin mas bisa mengendalikan Risma." Eva mengelus perutnya yang buncit. "Mas, aku lapar..." ucapnya manja dengan wajah memelas. Kendra mencubit pipi Eva gemas. "Kamu ini lapar saja lucu. Ya, sudah. Ayo kita ke dalam. Risma pasti sudah masak untuk kita." "Memangnya mas tidak mau cari Risma dulu? Tadi dia lari kemana?" Kendra mengibaskan tangannya. "Sudah, jangan dipikirkan. Palingan juga dia ke rumah tetangga. Sebentar lagi pasti pulang." "Mas yakin?" Kendra mengangguk. "Tentu saja, sayang." Kendra memegang tangan Eva dan menariknya pelan. "Sudahlah jangan pikirkan dia lagi. Ayo kita makan. Tunggu apa lagi? Masakan Risma itu enak sekali." "Baiklah, mas." Dengan berpegangan tangan pada Kendra, Eva mengikuti langkah Kendra. Keduanya lalu menuju meja makan yang di atas mejanya sudah terhidang aneka makanan hasil masakan Risma. *** Airmata Risma sudah kering sejak setengah jam yang lalu meski rasa sakit hatinya belum kunjung hilang. Ternyata begini rasanya diduakan, sakit luar biasa. Risma tidak bisa membayangkan ada wanita yang mampu hidup dipoligami. Mungkin hatinya sekuat baja. Lalu kenapa dia tidak sekuat itu? Risma mengalihkan pandangan pada jendela kaca. Dari jendela ini, dia bisa melihat pagar depan rumah ini. Sedari tadi, tidak muncul pria yang dia harap akan mencarinya sejak dia lari keluar rumah tadi. Dan sekarang hari sudah malam. Apakah Kendra tidak perduli dengan luka di hatinya? Deg. Dada Risma sesak menyadari itu. Sepertinya Kendra memang tidak perduli dengan perasaannya. Pria itu sudah nyaman dengan istri mudanya yang sedang hamil lima bulan itu. Mungkin ada dan tidak dirinya saat ini, tidak lagi berpengaruh pada pria itu. Lalu untuk apa dirinya masih ada di rumah itu?

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
214.5K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
172.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
152.7K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.6K
bc

TAKDIR KEDUA

read
32.2K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
295.5K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook