Bab 4. Dicium?

1048 Kata
Jacob terdengar semakin mendekati Ivy, membuat Ivy seketika menahan nafas dengan jantung berdetak tak karuan. Tepat di hadapan Ivy, Jacob lalu menghentikan langkahnya. "Ivy Miller, kau ...." "Jika Anda tidak keberatan, aku ingin pergi mengambil semua pakaianku di apartemenku?" pinta Ivy tiba-tiba sembari membuka matanya. Menatap ke arah Jacob dengan berani. Sesaat, pria itu hanya diam. Namun setelahnya, Jacob pun berkata ... "Kalau kau tidak malu pergi dengan menggunakan truk jelek itu, maka aku akan mengantarmu." Jacob menunjuk pada sebuah truk kuning yang tampak telah tua. Ivy mengikuti arah telunjuk suaminya itu, merenung sejenak. Baru kembali berpaling pada Jacob. "Aku bukan wanita kaya, Tuan. Dan asal Tuan tidak keberatan mengantarku, aku akan sangat berterima kasih pada Anda." Jacob memicing kala mendengar ucapan Ivy yang terus memanggilnya Tuan, merasa sangat kesal atas panggilan itu. "Kita sudah menikah, Ivy!" protesnya. Ivy yang mendengar protes Jacob, hanya diam. Tidak mengerti apa yang membuat pria ini menjadi sangat marah terhadapnya. "Itu benar, Tuan. Tapi ...." "Hentikan, Ivy! Jangan terus memanggilku Tuan dan Anda, dan tidak bisakah kau hanya memanggil namaku saja?!" "Huft!" Ivy menghembuskan nafasnya, bahkan tanpa sadar ia mengerucutkan bibirnya. Apa yang Ivy lakukan itu tidak lepas dari netra elang Jacob. 'Apa yang wanita ini pikirkan?' celetuknya dalam hati, padahal ia telah berbaik hati dengan membiarkan Ivy memanggil namanya. Tapi mengapa wanita ini justru ... menghela nafas? Really? Apa dia sedikit gila? Tidak tahukah Ivy jika di luar sana banyak wanita yang ingin dekat dengannya? "J-Jack." Jacob tersenyum miring. Dan meski ucapan Ivy terdengar kaku, tapi setidaknya wanita itu sudah mulai bisa bersikap normal padanya, agar kelak ia bisa melakukan balas dendamnya secara perlahan terhadap Ivy. "Bagus, begitu. Panggil Jack jika kita sedang berada di luar, dan kau bisa memanggilku Tuan saat kita berada di rumah!" sungutnya. Tak lama berselang, Jacob pun memerintahkan Ivy untuk mengunci pintu rumah peternakan miliknya. Kemudian meminta wanita yang telah ia nikahi itu untuk naik ke truk setelahnya. Walau truk yang Jacob miliki tampak mengerikan dan seperti tak layak jalan, sebenarnya truk itu merupakan truk baru yang sengaja Jacob renovasi agar tampak seperti itu. Ia melakukannya demi menyembunyikan jati dirinya dari Ivy, yang menurutnya tidak pantas untuk mengetahui tentang siapa dirinya. Lagipula, Jacob tidak berniat untuk menjalani hubungannya terlalu lama dengan Ivy. Setelah ia puas mempermainkan wanita itu, ia akan segera meninggalkan Ivy begitu saja. Agar Ivy merasakan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Dalam perjalanan menuju kota, Jacob hanya diam. Ia bahkan tidak menyalakan radio mobil agar Ivy merasa bosan. Namun yang terjadi, di setengah perjalanan ... ia justru menemukan Ivy telah tertidur pulas. "Cih, apakah dia pikir ini sedan mewah? Lihatlah! Mengapa dia bisa tidur dengan nyenyak di sini?" rutuknya gemas. Demi membuat Ivy terbangun, Jack pun menurunkan kaca jendela mobil. Agar dinginnya udara membekukan tubuh Ivy. Itu cukup berhasil, Ivy tiba-tiba mengerang dalam tidurnya. Sebuah erangan yang justru terdengar sangat seksi di telinga Jacob dan hampir membuat area bawah pinggangnya tergoda. "Sial ...!" gumamnya pelan, yang tidak menduga bahwa tubuhnya akan bereaksi terhadap erangan Ivy tadi. Dan, "Sial ...!" ujarnya sekali lagi, kala kepala Ivy tiba-tiba bersandar di pundaknya. Bahkan, hangat nafas Ivy mulai terasa menyentuh kulit lehernya dengan sedikit liar. Tidak, ia lah yang telah berpikiran liar di sini. Karena entah mengapa, tubuhnya seakan tidak ingin bekerja sama dengan otaknya. "Sial!" lagi-lagi ia mengumpat, saat wajahnya perlahan-lahan mulai terasa memanas seiring wangi tubuh Ivy menyapa indera penciumannya. Tidak ada yang salah dengan parfum yang Ivy kenakan. Karena parfum tersebut adalah parfum murah yang sengaja ia beli untuk Ivy gunakan di acara pernikahan mereka siang tadi. Tapi ... mengapa aroma parfum itu menjadi sedikit memabukkan setelah menyentuh kulit Ivy? Apakah wanita ini memiliki semacam feromon yang bisa menaikkan gairah pria di kulitnya? "Hmmm ...." Diam-diam ia kembali melirik Ivy, lalu mencoba mendorong kepala Ivy agar tidak lagi bersandar di pundaknya. Dan naasnya, ketika ia tengah sibuk melakukan hal itu, dari arah berlawanan ... mendadak sebuah truk pengangkut kayu tiba-tiba melaju kencang ke arahnya. Membuat Jacob dengan cepat membanting setirnya ke kiri, keluar dari jalanan beraspal dan berhenti di area berpasir. Gara-gara tindakannya itu, tepat di saat ia mengerem ... sebuah kecupan ringan tanpa ia duga mendarat di pipinya. Bibir hangat Ivy bahkan masih terus menempel di sana, sementara si empunya bibir masih nyenyak dalam tidurnya. "Ivy Miller, kau ... kau sengaja melakukannya, 'kan?" hardik Jacob emosi, lalu mendorong kepala Ivy ke sandaran kursi yang Ivy tempati. Membuat wanita itu sontak terbangun dari tidurnya, kemudian menatapnya dengan wajah bingung. "A-ada apa? Mengapa kita berada di pinggir jalan?" tanya Ivy terbata. Sesaat setelahnya, wajahnya langsung terasa panas ketika ia menemukan gambar bibir tercetak di pipi kiri Jacob. Warna gambar tersebut sangat mirip dengan warna lipstik yang sedang ia pergunakan. "A-apakah aku ... aku yang telah melakukannya?" lontarnya takut-takut. Sebab kini wajah Jacob terlihat sangat menakutkan, pria itu bahkan tampak seperti seekor singa yang ingin segera menghabisi mangsanya. "Kita hanya berdua di sini, Ivy. Apakah menurutmu aku tidak memiliki pekerjaan lain hingga sengaja membuat gambar ini?!" tunjuk Jacob pada pipinya, setelah sebelumnya ia sempat bercermin terlebih dahulu. Dari sanalah ia baru mengetahui bahwa lipstik murahan yang ia belikan untuk Ivy, kini ada di wajahnya. Seperti kelopak mawar di atas kulit wajahnya yang putih pucat. "Hmmm ... Ivy, kau terlalu berani!" Selama sisa perjalanan, Ivy dan Jacob hanya berdiam diri. Sesekali Ivy akan terkantuk, namun ia berusaha keras agar matanya tetap terbuka. Tidak ingin sampai melakukan kesalahan seperti yang telah ia lakukan pada Jacob sebelumnya. Nyatanya, kini Ivy sudah mengetahui bahwa Jacob sama sekali tidak suka disentuh, oleh siapapun. Bahkan oleh dirinya yang notabene telah menikah dengan pria ini. Si dingin Jack, si arogan Jack, "Si tak tersentuh!" gumamnya pelan, lalu diam-diam melirik ke arah Jacob. Saat ini, pria tampan berwajah keras itu tampak sedang memperhatikan jalanan dengan wajah serius. Membuat ia tidak bisa menebak apa yang sedang pria itu pikirkan di dalam otak kecilnya. 'Otaknya tidak mungkin kecil 'kan?' sungutnya dalam hati, karena apabila ia menimbang sikap Jacob satu hari ini padanya— Sebenarnya ia sudah tahu pria seperti apa Jack ini. Setidaknya tidak akan jauh berbeda dengan mantan suaminya yang dulu. 'Bastian? Oh, Ivy. Tidak bisakah kau lupakan saja pria b******k itu?' rutuk hatinya, Ivy pun melengos. Memutar kedua bola matanya dengan sebal, kemudian melemparkan pandangannya ke jendela truk yang... "Di mana kacanya?" Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN