Delapan

1222 Kata
Adam memandang wajah damai Monika yang tengah tertidur di sofa panjang rumah sakit, yang memang di sediakan khusus untuk orang yang tengah menunggu pasien. Adam akhirnya di rawat di rumah sakit setelah menerima usulan dari Monika, dengan membawa serta karyawannya itu kesini. Untuk menemani dan menungguinya, juga mengurus beberapa keperluannya yang tak dapat di cover suster dan perawat. Salah satunya adalah memastikan Adam benar-benar beristirahat, menjawab beberapa panggilan yang masuk ke ponselnya. Adam sengaja tidak memberitahu perihal sakit yang di alami dirinya pada keluarganya, dan semoga yang tahu dirinya tengah berada di sini benar-benar mampu untuk tutup mulut. Adam sedang tidak ingin bertemu dengan ayahnya, karena suatu alasan. Melihat Monika terlihat sangat lelah sampai bisa tidur tanpa Mandi dan berganti baju. Adam sedikit tidak tega dan menyesal telah membuat wanita itu tidak bisa beristirahat dengan nyaman. Padahal Adam tahu seberapa keras kerja Monika saat berada di kantor. Dia hampir selalu tidak menolak saat beberapa orang di kantor membutuhkan bantuannya, sekedar menemani lembur atau membantu pekerjaan mereka semampunya. Adam tak pernah habis pikir, mengapa wanita itu harus bekerja sedemikian keras, bahkan setahu Adam selama dua tahun bekerja padanya tidak sekalipun Monika membolos apalagi meminta cuti. Padahal Monika bukan seorang wanita yang hobi shopping ataupun jalan-jalan yang tak penting. Beberapa kali Monika hendak menyicil uang seratus juta itu pun Adam masih menolak dengan alasan di kumpulkan saja dulu. Padahal sebenarnya Adam tak tega, membuat Monika harus membayar hutang padahal wanita itu sudah bekerja begitu keras tapi tak bisa menikmati hasilnys.Tanpa Adam tahu hal itu membuat Monika sedikit minder dan malu mengingat nominal uang yang pernah hendak dia cicil pada Adam. Tentu uang yang hanya berjumlah beberapa lembar tak ada harganya bagi bos seperti Adam. Monika Zarella, seorang wanita yang Adam tak tahu asal-usulnya tetapi mampu menyedot atensi Adam setiap harinya, tanpa orang lain tahu. Seorang wanita yang diam-diam telah mencuri hatinya tanpa sisa. Dua tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk mengenali dan memahami karakter dan sifat wanita itu. Di mata Adam, Monika hampir tidak ada cela. Wanita itu sangat dewasa di banding usianya, tidak hanya sekali dua kali Adam mendengar dan melihat Monika memberi nasihat ataupun solusi saat beberapa orang kantor yang Monika kenal tengah mengeluhkan masalah asmara ataupun keluarga bahkan keuangan. Tetapi sebaliknya, Adam tak pernah mendengar sekalipun Monika membicarakan tentang keluarganya.Kalau masalah pacar Adam bisa menjamin seratus persen kalau Monika tidak mempunyainya. *** Hari ini Adam sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit, setelah dua malam menginap di ruang inap VVIP Rumah Sakit milik keluarga salah satu temennya. Monika tengah mengemasi barang-barang milik Adam juga dirinya. Adam membelikan beberapa baju baru lengkap dengan pakaian dalam serta peralatan mandi dengan menyuruh Kenan yang membelikan dan mengantarkannya kesini. Membuat laki-laki itu memberengut kesal, oleh permintaan Adam. Kenan bahkan sampai menyewa salah satu wanita yang biasa dia temui di klub untuk menemaninya membeli pakaian wanita. Satu yang membuat Kenan kesal adalah wanita itu baper dan menjadi sok dekat saat dirinya kembali mengunjungi klub. "Kamu nanti nggak usah masuk kantor dulu, saya kasih libur tiga hari buat istirahat," ucap Adam saat mereka telah selesai dan berjalan keluar kamar rumah sakit. "Nggak usah Pak, saya nggak capek kok," jawab Monika. "Ya udah kalau nggak mau nurut kamu saya pecat," ucap Adam asal. "Jangan Pak, hutang saya banyak soalnya. Kalau di pecat saya bayar pakai apa?" cegah Monika panik. "Ya udah makanya nurut sama atasan." "Tapi saya bingung Pak kalau libur kelamaan mau ngapain, bosen," jawab Monika jujur. "Kamu kan bisa pulang ketemu sama keluarga kamu, saya tahu kamu nggak pernah ambil cuti selain dapat libur lebaran," ucap Adam. Hingga mereka sampai di lobi Rumah Sakit hendak menuju parkiran Monika tetap diam tak memberikan jawaban. Membuat Adam sedikit menyesali kata-katanya yang ternyata membuat raut wajah wanita muda di belakangnya terlihat sedikit murung. Selalu begini saat ada orang lain yang menyinggung tentang keluarganya. "Ya udah kamu liburnya satu hari aja," ucap Adam kemudian, dia mencoba mengalah. Dirinya belum berada di kapasitas seseorang yang berhak mencampuri urusan keluarga wanita itu. "Saya akan transfer bayaran kamu selama menemani saya di rumah sakit," ucap Adam saat mereka sudah berada di taksi menuju apartemen Adam. "Nggak usah Pak, saya ikhlas." "Tapi saya yang nggak tega kalau nggak ngasih bayaran sama orang yang katanya punya banyak hutang." Adam berusaha sedikit bercanda pada Monika untuk mengembalikan mood wanita ini yang telah dia rusak tadi dengan kata-katanya. "Ehm.... Pak, kalau nanti saya cicil hutang saya lagi, Bapak terima uangnya ya. Udah lumayan kok, nggak dikit-dikit amat," ucap Monika teringat tentang uangnya yang telah dia kumpulkan selama dua tahun ini. "Kalau saya bilang, saya udah ikhlasin uangnya, apa kamu mau terima?" tanya Adam. Monika menggeleng. "Tapi buat apa kamu capek-capek mau bayar hutang uang yang nggak pernah kamu pakai?" tanya Adam, dulu sekali dia pernah bertanya kemana uang itu, awalnya Adam tak begitu percaya, tapi setelah melihat kegigihan Monika dalam bekerja tidak ada yang bisa Adam tak percayai bahwa Monika memang benar-benar tak punya uang. "Kalau nggak saya bayar, berarti seumur hidup saya berhutang sama Bapak. Hidup saya nggak akan tenang, bukan tentang masalah saya pakai atau tidaknya uang itu, tetapi hutang saya ke Bapak lebih dari itu. Setidaknya kalau saya bisa melunasi uang itu, walaupun mungkin butuh waktu lama. Ada sedikit hutang saya sama Bapak yang bisa saya bayar. Apa Bapak bisa bayangin seandainya bukan Pak Kenan yang membeli saya waktu itu dan mempertemukan saya sama Bapak? Mungkin hidup saya sudah hancur, atau kalau Pak Kenan langsung pakai saya waktu itu...." "Ck, nggak usah bayangin kesana," decak Adam kesal. "Bayangin apa Pak?" tanya Monika bingung. "Nggak usah bayangin kalau Kenan sampai ngapa-ngapain kamu." "Saya cuma cerita Pak nggak bayangin," jawab Monika. "Ya udah lanjutin." ucap Adam melembut, mendengar Monika bercerita tentang dirinya adalah sesuatu yang langka. "Yang jelas saya beruntung bertemu sama Bapak, dan di beri pekerjaan yang layak. Kerjaan saya dulu gajinya lebih kecil daripada di kantor Bapak, gaji saya sekarang lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan saya dan juga adik-adik saya. Jadi, sebesar itu hutang saya sama Bapak." Ucap Monika tanpa sadar. "Adik-adik, orang tua kamu kemana?" tanya Adam kemudian. "Ma..maksud saya, buat kasih uang jajan ke mereka, karena mereka masih sekolah," jawab Monika gugup. Adam hanya menatap mata Monika sekilas, dia melihat keraguan di jawaban wanita itu. Setelah itu mereka melewati perjalanan dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Taksi itu berhenti di apartemen Adam lebih dulu, baru melanjutkan perjalanan menuju tempat kost Monika. ********* Keesokan paginya Monika pergi berbelanja berbagai makanan ringan cukup banyak. Ada suatu tempat yang ingin dia kunjungi. Monika ingin sedikit berbagi rezeki dari uang yang Adam berikan kemarin sebagai upah dirinya yang menunggui laki-laki itu selama di rumah sakit. Tempat itu adalah sebuah panti asuhan, yang di dalamnya terdapat anak-anak beragam usia, mulai dari bayi hingga yang sudah memasuki usia sekolah SMA. Setelah Monika membagikan barang bawaannya pada anak-anak dan sedikit uang pada pengurus panti. Dirinya duduk-duduk di halaman panti melihat beberapa anak kecil yang belum memasuki usia sekolah tengah bermain. Monika teringat dulu saat dirinya baru berusia seperti mereka, tidak pernah terbayangkan seperti apa itu rupa kerikil kehidupan. Yang dia tahu dia menjadi anak kecil yang sangat bahagia dengan adik bayinya yang sangat menggemaskan. Orang tua yang sangat menyayangi mereka dan membelikan mereka segala kebutuhan dan keinginan yang mereka minta. Tapi ternyata itu semua tak berlangsung lama, karena sang ayah yang ternyata diam-diam menyimpan bara di dalam sekam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN