Malam minggu tiba dan kali ini Callyssta tidak memilih bersama dengan kekasihnya Darel Emery karena ia ingin melakukan hal yang disukainya tetapi tidak banyak orang tahu bagaimana sebenernya seorang Callyssta Shaenette termasuk ketiga sahabatnya dan kekasihnya Darel.
Callyssta memang mempunyai citra yang sangat baik di depan orang. Jikalau dengan Darel banyak larangan yang dilakukan pria itu pada Callyssta sehingga menutup ruang gerak yang dimilikinya. Bukannya tidak mendukung hanya saja ia mempunyai harapan besar pada Callyssta tanpa ia sadari hal itu membuat Callyssta akhirnya memilih jalannya sendiri dengan menyembunyikannya.
Awalnya Callyssta ingin jujur hanya saja Darel sudah lebih dulu membatasi dirinya sehingga mau tidak mau mengikuti keinginan Darel demi kebaikan bersama. Walaupun akhirnya ia harus menahan dan bermain dibelakang Darel bersama dengan kesukaannya itu.
Apakah itu? Callyssta sangat menyukai club beserta dalamnya. Termasuk alkohol dan rokok pastinya. Jikalau mereka ngumpul ia dan Andrea memang tidak mengonsumi hal itu. Jikalau Andrea memang karena Andrea tidak mengkonsumsinya itu yang Callyssta tahu. Sedangkan dirinya karena ada Darel sehingga ia hanya bisa menahan diri.
Bagaiamana mungkin ia bisa ikut merokok dan minum alkohol jikalau ada Darel disana. Maka Callyssta mempunyai kebiasaan untuk pergi ke Club seorang diri dengan menyamar agar tidak ada yang mengenalinya. Ia akan bersenang-senang disana menikmati alkohol, merokok, dan menari sesuka hatinya.
Menurut Callyssta rokok dan alkohol adalah hidupnya, hal itu menjadi suatu luapan emosi dan menjadi obat penghiburan baginya. Ia ingin menjadi dirinya sendiri tetapi tidak bisa terutama ia mempunyai darah yang mengalir dari Daddynya sejauh apapun dia meninggalkan keluarganya tetap saja semua orang tahu dia anak siapa.
“Gue pesan kayak biasa ya.” Kata Callyssta pada bartender yang mengenal dirinya. Cuma bartender di club tersebut yang mengetahui Callyssta dan ia bersyukur bisa berteman dengan orang yang bisa menerimanya dan menjaga rahasianya.
“Okey Call.” Jawab Tryan sang bartender tersebut. Callyssta segera mengeluarkan rokok dari kantongnya dan menghidupkannya dengan pemantik yang dibawanya. Callyssta menyesap rokok tersebut sangat dalam sampai memejamkan matanya untuk menikmatinya. Tak lama Tryan membawa pesanan Callyssta dan diletakkan di depan wanita itu.
“Thank’s.” Kata Callyssta.
“Sendiri lagi?” Tanya Tryan dan Callyssta menganggukkan kepalanya setelah ia menikmati alkohol yang menjadi candunya itu. Callyssta menggunakan hot pans pendek sampai menutupi setengah pahanya beserta dengan tanktop hitam di dalamnya dan jaket denim menemani penampilannya. Pakain yang cukup standard untuk biasa pergi ke Club. Beserta dengan kacamata hitam agar ia tidak terlalu mencolok.
“Gue tinggal ke dalam dulu ya.” Pamit Tryan dan diangguki Callyssta. Setelah merasa cukup dentuman musik semakin kuat dan Callyssta mulai menikmatinya. Ia mulai turun ke bawah untuk bergabung dengan yang lainnya menari disana. Callyssta ingin bersenang-senang, malam minggu kali ini sangat ramai tidak seperti biasanya.
Tapi ia bisa pastikan bahwa teman-temannya atau orang yang terdekatnya tidak akan disana karena Callyssta memilih tempat yang sangat jauh dari tempat tinggal ataupun tongkrongan yang sering mereka kunjungi bersama dengan teman-temannya.
Callyssta benar-benar menikmati hidupnya saat ini, bergerak dengan bebas sambil sesekali menyesap alkohol yang dibawanya menemaninya. Banyak laki-laki yang berdekatan dengannya tetapi Callyssta jelas mengabaikannya dan tidak menanggapi karena ia bukan orang yang gampang akrab dengan orang baru.
Ia juga tidak seperti perempuan lain ke club lalu membutuhkan kehangatan diranjang sudah pasti bukan. Tetapi semakin lama Callyssta menari semakin banyak pria yang mendekatinya sehingga membuat Callyssta tidak nyaman karena para pria tersebut sudah mulai berani menunjukkan aksinya bahwa mereka tertarik dengan Callyssta.
Mereka mulai seperti tidak sengaja menyentuh Callyssta membuat wanita itu tidak nyaman. Lalu Callyssta segera kembali ke meja tempatnya tadi menghabiskan alkoholnya lalu berniat pergi namun para laki-laki tersebut mulai mengikutinya membuat Callyssta sedikit bingung untuk berlari. Tiba-tiba tangan Callyssta ditarik oleh seorang pria muda dan keduanya berlari dan bersembunyi dari para pria yang sedang mencari Callyssta tersebut.
Setelah merasa aman barulah Callyssta sadar dan langsung melihat tangannya digenggam membuat Callyssta melepaskannya dan melihat siapa pria yang berhasil menyelamatkannya. Callyssta membuka kacamatanya agar ia bisa melihat dengan jelas dan ia terkejut bahwa pria yang menolongnya adalah Nevan Adinata.
Callyssta jelas terkejut pasalnya Nevan merupakan teman kampusnya dan kini sudah ada orang yang tahu apa yang dilakukannya saat ini. Yap Callyssta mengetahui bahwa Nevan adalah teman di kampusnya tetapi berbeda jurusan. Kenapa ia tahu karena Nevan salah satu orang yang lumayan juga di kampus hanya saja jelas ia tidak bergabung dalam Grup High Five karena ia tidak tertarik.
Terutama Nevan juga saingan Darel dalam klub basket. Keduanya sering bertengkar meributkan tahta dan ketenaran di dunia basket. Padahal kalau keduanya memilih berdamai dalam satu klub alangkah lebih bagus. Karena mereka satu kampus, tapi karena perselihan tersebut ketika ada tanding antar kampus keduanya sering battle tim mana yang akan menjadi perwakilan kampus.
“Thankyou.” Ucap Callyssta gitu aja setelah sadar ia segera meninggalkan Nevan namun pria itu tidak membiarkan Callyssta pergi begitu saja. Ia segera menarik lengan Callyssta membuat wanita itu berdecak.
“Gue udah nolongin Lo, respon Lo Cuma gitu aja?” Tanya Nevan.
“Jadi mau Lo gue harus gimana lagi?” Tantang Callyssta.
“Setahu gue citra Lo baik deh, gue ga nyangka mainan Lo club, alkohol, dan ngerokok? Dimana Callyssta Shaenette yang gue tahu selama ini?” Callyssta menggeram tangannya sudah terkepal ia kesal sekarang, lalu ia menghela nafasnya. Ia tidak bisa emosi pikirnya karena saat ini kartunya ada berada pada Nevan.
“Lo mau apa?” Tanya Callyssta akhirnya. Ia tahu bahwa Nevan pasti membutuhkan sesuatu sehingga menahannya. Nevan tertawa karena respon Callyssta yang tahu bahwa ia menginginkan sesuatu.
“Gue Cuma minta Lo temenin gue malam ini.”
“Maksud Lo apa?” Tanya Callyssta marah, ia bukan perempuan murahan kalau yang dimaksudkan Nevan sama dengan yang ada dipikirannya. Nevan kembali tertawa.
“Santai gue ga minta macem-macem. Gue Cuma minta lo temenin gue senang-senang. Temanin gue minum sampai kobam itu aja. Di tempat yang aman kok dan buat Lo ga harus dikejar-kejar kayak tadi lagi.”
“Bener Cuma itukan?” Tanya Callyssta memastikan.
“Iya hanya itu. Gue ga punya teman buat diajak minum, setidaknya gue punya Lo yang bisa diajak minum. Gimana?” Tanya Nevan lagi.
“Rahasia gue amankan?” Tanya Callyssta memastikan bahwa rahasianya aman kalau ia mau menemani Nevan malam ini.
“Tenang aja, rahasia Lo aman. Gue ga akan bilang siapa-siapa kalau Lo suka minum terutama sama pacar Lo.” Callyssta menganggukkan kepalanya dan menghela nafas lega.
“Yaudah ayo, dimana?” Nevan segera memimpin perjalanan kembali ke club tadi.
Awalnya Callyssta bingung kenapa harus kembali, ia berpikir mereka akan memilih club lain. Tetapi Nevan membawa Callyssta ke atas rooftop yang Callyssta tahu ruangan itu private dan harus dapat izin dari sang pemilik. Callyssta tiba disana dan ia sangat suka suasana disana, selain angin malam yang menerpa ia bisa melihat lampu kota Jakarta dan bintang-bintang dilangit.
Teman yang sangat nyaman menurutnya ditambah dengan tanaman-tanaman indah yang tertata rapi. Sudah tersedia beberapa makanan, beberepa botol minuman dan rokok. Ia tidak tahu kenapa sudah banyak yang tersedia disana dan Nevan sudah tersenyum melihat kebingungan di mata Callyssta.
“Lo juga harus jaga rahasia gue. Ini tempat sebenernya milik gue, ga ada yang tahu kalau ini punya gue. Jadi Lo orang yang pertama dan beruntung karena tahu ini punya gue. Jadi kita satu sama punya rahasia ya. Rahasia Lo aman sama gue begitu juga Lo yang harus rahasiain siapapun soal tempat ini punya gue.” Callyssta membulatkan matanya tak percaya bahwa club yang menjadi favoritnya ini milik Nevan.
“Lo serius?” Tanya Callyssta masih tak percaya.
“Gue serius. Jadi gimana Lo setuju menjaga rahasia sama guekan?” Tanya Nevan memastikan. Callyssta langsung mengulurkan tanganya di hadapan Nevan.
“Deal gue setuju.” Nevan tersenyum dan membalas uluran tangan Callyssta.
“Deal. Mari kita nikmati malam ini. Semoga Lo suka, sebagai bentuk rahasia kita Lo bebas mau minum apa dan sebanyak apa free.” Ucap Nevan santai dan langsung diangguki setuju oleh Callyssta.
Maka kini Callyssta segera mengambil tempat ternyamannya untuk menikmati minumannya kali ini dengan bebas, sesekali ia juga menikmati makanan yang tersedia dan rokok yang jelas tersedia. Kali ini untuk pertama kalinya ia merasa sangat bebas di depan orang. Ia bisa menjadi dirinya sendiri dan bebas berespresi. Keduanya tertawa bersama menikmati minuman beserta dengan musik yang juga mereka bisa nikmati.
Nevan dengan kesantaian yang bisa mencair mampu membuat Callyssta bisa menerima dengan baik. Sampai keduanya mabuk dan akhirnya tertidur. Mereka benar-benar menikmatinya malam itu. Callyssta sangat senang karena pada akhirnya ia punya teman untuk bisa bersenang bersama-sama walaupun keduanya harus bisa menjalaninya secara diam-diam.
*****
Callyssta berusaha membuka matanya dengan kepala yang sangat sakit. Ia merasa bahwa kepalanya seperti mau pecah, setelah sadar ia melihat sekelilingnya bahwa ia sudha tidur di ruangan asing. Ia tidur di sofa empuk dan ada selimut berwarna putih menyelimuti tubuhnya. Ia mencoba mengingat bahwa terakhir kali ia minum sampai mabuk bersama dengan Nevan.
Callyssta langsung menduga bahwa ruangan tersebut milik Nevan. Ia segera duduk sambil mengontrol kepalanya yang masih sakit. Ia tidak menemukan siapa-siapa disana dan ia melihat jam dinding yang berada disana sudah pukul sebelas siang. Ia segera menoleh kearah pintu ketika ada yang masuk dan ternyata Nevan.
Pria itu membawa nampan membawa makanan dan diletakkannya di atas meja di hadapan Callyssta. Ia sudah terlihat lebih segar dan rambutnya basah menandakan bahwa ia baru saja selesai mandi. Nevan tersenyum pada Callyssta ia tahu bahwa wanita itu mengalami sakit di kepala.
“Kepala Lo sakit?” Callyssta menganggukkan kepalanya. Nevan memberikan teh manis hangat padat Callyssta.
“Minum dulu biar mendingan.” Kata Nevan menyerahkannya dan Callyssta menerimanya dan meminumnya. Membuat Callyssta sedikit lebih enak ketika air hangat tersebut masuk ke dalam perutnya.
“Di makan dulu. Tadi gue beliin sop buat Lo biar mendingan perutnya sama kepalanya. Bagus itu kalau habis kobam.” Kata Nevan dan seperti terhipnotis Callyssta melakukannya tanpa membantah. Callyssta menyuapkan nasi beserta sop tersebut ke dalam mulutnya sampai beberapa suap baru ia sadar Nevan hanya melihatnya saja.
“Lo ga makan?” Tanya Callyssta.
“Udah duluan gue tadi.”
“Lo bangun jam berapa?”
“Jam sembilan.” Callyssta menganggukkan kepalanya mengerti dan melanjutkan makannya sampai habis lalu terakhir meminum air putih yang juga sudah tersedia.
“Lo yang bawa gue masuk ke dalam?” Nevan tertawa.
“Untung gue masih sedikit sadar, ngelihat Lo udah kobam akhirnya gue bawa masuk. Kalau sama-sama ga sadar udah tidur di luar kita dan udah masuk angin kali ya.” Callyssta ikut tertawa ada benarnya juga pikirnya. Untung saja Nevan masih bisa sadar dan membawanya ke dalam kalau tidak keduanya udah tertidur di luar.
Callyssta tahu bahwa Nevan juga tidur di ruangan yang sama dengannya. Karena ditempat Nevan duduk saat ini ada selimut dan bantal yang sudah tersusun rapi. Ia tahu bahwa Nevan bukan orang jahat bisa saja Nevan sudah menghabisinya tadi malam.
“Thank’s kalau gitu. Lo banyak bantu gue.”
“Santai gue juga senang karena punya teman minum. Kalau Lo mau minum lagi dan ga keberatan mau jadi partner minum gue, pasti gue seneang banget. Lo bisa kesini kapanpun Lo mau, Lo bisa ke atas langsung kalau kesini dan kita bisa minum disini secara aman. Gue yakin semenjak kejadian semalam Lo pasti takut untuk minum dibawah.” Callyssta tersenyum senang sudah pasti ia akan sangat senang menerimanya dan akan terus minum, ia bersyukur bisa diterima seperti itu.
“Okey, thank’s. Mulai sekarang kita partner minum. Deal.” Lagi Callyssta mengulurkan tangannya pada Nevan dan disambut hangat pria itu.
“Okey deal.” Jawab Nevan dan keduanya tersenyum.
“Udah siang ayo gue antar Lo pulang.” Callyssta menganggukkan kepalanya ia mengambil tasnya yang berada di atas meja dan mengikuti Nevan yang keluar untuk mengantarnya pulang.
Punya teman minum ternyata tidak buruk pikirnya. Kini ia tidak lagi sendiri ketika ingin minum, karena ia sudah punya partner untuk minum.