Chapter 23 - I Am Come Back
Fabio baru saja keluar dari airport. Pesawatnya baru saja mendarat tiga puluh menit yang lalu. Fabio tidak sabar untuk memberikan kejutan pada Merlin. Apa Merlin akan terkejut? Fabio senyam-senyum sendiri. Ia bergegas berjalan menuju mobilnya. Ternyata supirnya sudah setia menunggu di parkiran. Sengaja memang kedatangannya, tidak ia beritahukan pada Merlin. Fabio ingin kejutan yang ia buat untuk Merlin, terlihat sangat spesial. Semoga saja Merlin menyukainya.
Fabio, Mitha dan Niyya bersama tiga body guard Fabio. Sudah sampai di rumah Fabio sekarang. Tanpa pamit pada Mitha, Fabio langsung pergi untuk menemui Merlin. Dia pasti harap-harap cemas menunggu kedatangan Fabio. Fabio memang sengaja selama seminggu cuek sama Merlin. Karena itu semua akan jadi bahan kejutannya.
Fabio menyetir mobilnya sendiri. Tadi sempat di kejar-kejar body guard Fabio. Tapi beruntungnya Fabio bisa kabur dari kejaran mereka. Sepertinya jiwa cepat Albert masih menempel di dalam diri Fabio. Hehhe. Ia masih serasa menjadi Albert dalam film Fast Hunter. Gagah, berani dan cepat. Kini yang Fabio buru bukan bos mafia. Tapi cintanya pada Melin.
Fabio tidak sabar. Untuk menunggu saat ini. Saatnya Fabio akan tau jawaban dari Merlin. Jawaban yang selama dua bulan lamanya ia menunggu. Fabio sudah siapkan satu buket besar mawar merah kesukaan Merlin. Kejutan kali ini pasti akan sangat romantis. Fabio yakin, hari ini Merlin pasti akan menerima cintanya.
Setengah perjalanan menuju Afalntos International High School, jalan mendadak menjadi macet. Di depan Fabio mobil sangat padat merayap. Ada apa sebenarnya? Fabio penasaran. Ia memakain maseker terlebih dahulu sebelum membuka jendela mobil. Setelah ia pakai maskernya. Baru ia buka jendela mobilnya perlahan.
"Ada apa pak di depan? Kayanya macet total?" tanya Fabio pada bapak-bapak yang duduk di dalam mobilnya bapak itu. Nampaknya bapak itu kesal juga dengan kemacetan ini.
"Serpertinya ada kecelakaan, mas. Saya juga sedang buru-buru. Sudah pasti saya terlambat ke kantor nih," dumal bapak itu. Ya, polisi dan ambulance mulai berdatangan. Sepertinya kecelakaannya cukup parah. Dan akan memakan waktu yang cukup lama untuk evakuasi.
"Oh iya. Makasih pak," Fabio kembali menutup jendela mobilnya. Untungnya saja si bapak tak sadar, kalau Fabio itu seorang aktor. Kalau sadar, bapak itu pasti minta foto. Ini mah Fabionya aja yang ke geeran. Hehe.
"Sial! Aku harus gimana nih? Gagal dong kejutan aku. Ini bakalan makan waktu lama kayanya. Ya udah deh aku telepon Niyya dulu," oceh Fabio komat-kamit sendiri. Semua rencananya akan gagal, kalau Fabio pasrah menunggu sampai selesai evakuasi.
"Hallo Niyya!"
"Heh! Elo di mana? Kalo mau pergi ya bilang dulu kali. Tante sampe marah-marah sama gue. Tiga body guard lo juga abis kena marah. Parah lu. Demen banget buat orang sengsara. Sekarang di mana lu?" rempet Niyya saat telepon Fabio baru di angkat. Pasalnya memang Niyya kena marah Mitha. Gara-garanya sih karena Fabio kabur lagi.
"Santai. Santai Niya. By the by aku minta bantuan dong. Di sini terjadi kecelakaan. Aku engga bisa bergerak sama sekali," pinta Fabio. Menceritakan kronologi yang baru saja terjadi di depannya.
"Astaga!! Tuh kan lo bandel sih. Lo kecelakaan di mana? Biar gue yang nyamperin? Elo engga apa-apa kan? Lo harus bertahan!" cerocos Niyya cemas. Sepertinya Niyya salah paham. Mungkin yang Niyya maksud itu Fabio mengalami kecelakaan dan tidak bisa bergerak. Makannya dia khawatir banget. Padahal yang sebenarnya terjadi, orang lain yang kecelakaan. Mobil Fabio terjebak macet total. Fabio bermaksud minta tolong Niyya. Tapi malah jadi salah faham. Hehe
"Aduh Niyya siapa yang bilang aku kecelakaan? Aku baik-baik aja kok. Yang tadi aku bilang itu. Di sini ada kecelakaan, tapi bukan aku orangnya. Tapi orang lain. Aku juga engga tau siapa mereka. Dan aku bilang, aku engga bisa bergerak, karena terjebak macet total. Aku telepon kamu mau minta tolong. Buat ambil mobil ini nanti. Aku mau tinggalin mobil di sini. Jadi kamu atau siapa ke, dateng ke sini. Ambil lagi mobil aku. Nanti aku serlok (Share Lokasi) tempat mobil yang aku tinggalin. Sekarang aku mau jalan ke Aflantos International High School!" jelas Fabio panjang kali lebar.
"Ya ampun! Abis elo tadi bilangnya ada kecelakaan. Kan gue jadi mikirnya elo yang kecelakan. Elo mau ngapain ke Aflantos International High School? Mau ketemu sama Merlin yah?" terka Niyya sangat tepat.
"Ada deh. Ya udah aku engga ada waktu lagi. Tolong yah Niyya. Suruh siapa aja buat ambil ini mobi," pinta Fabio.
"Iya, tapi elo engga beneran kecelakaan kan?" tanya Niyya lagi.
"Enggalah. Ya udah bye!" Fabio menutup teleponnya. Segera Fabio keluar dari mobil. Tak lupa ia membawa buket besar bunga mawar. Kemudian Fabio berlari menuju Aflantos International High School.
Fabio berharap semuanya belum terlambat. Karena ini adalah hari tepat di mana memang Fabio pulang ke Indonesia. Makanya kalau lewat sehari saja. Merlin pasti berubah pikiran untuk menerima Fabio jadi kekasihnya. Hal itu tidak boleh terjadi. Kalau sampai terjadi. Itu sama saja, pengorbanan Fabio selama ini. Untuk Merlin akan sia-sia.
Fabio berlari sekencang mungkin. Fabio melirik jam tangannya. Waktu menunjukan, kalau sudah jam pulang sekolah. Itu artinya, Merlin akan segara pulang sekolah. Fabio menabah kecepatan berlarinya. Ia harus cepat sampai di Aflantos International High School, dengan tepat waktu.
********
Aflantos International High School.
Para siswa menghablur meninggalkan kelasnya masing-masing. Jam pulang adalah jam yang paling di tunggu-tunggu. Jam di mana, akhirnya ia bisa terlepas dari pelajaran-pelajaran yang memusingkan kepala. Membuat kepala mereka sakit. Karena meraka sedang di hadapi banyak ujian. Menjelang ujian sekolah dan ujian nasional.
"Mau bareng engga Mer? Lo ada shooting engga hari ini?" tanya Gloria.
"Ada sih. Tapi entar jam empat sore sama jam tujuh malem," sahut Merlin."Kenapa emangnya, Glo?"
"Kali aja lo mau ikut nongkrong barengan kita, kita. Udah lama banget kita engga nongkrong. Gimana?" ajak Gloria. Semenjak Merlin jadi artis. Memang waktu Merlin bersama si kembar jadi berkurang. Merlin di sibukan dengan berbagai macam shooting. Yang membuat Merlin menjadi super sibuk bak super star. Jadi wajar saja. Melihat waktu senggang Merlin bawaannya pengen ngajak Merlin ke luar.
"Iya, Mer. Sekalian kita nonton film baru yuk! Ada film bollywood baru. Kayanya keren. Dari trailernya keren banget. Film Shah Rukh Khan. Hehhe," ajak Novia. Si kembar ini ternyata masih maniak film bollywood. Terutama yang di perankan oleh aktor raja India, Shah Rukh Khan.
"Pasti elo engga ada waktu yah Mer?" tanya Gloria memelas.
"Ayo!" seru Merlin. Sepertinya ia juga butuh hiburan di sela kesibukan shootingnya.
"Asssiiikkk!" seru mereka kegirangan. Mereka kangen momen di saat mereka sering bersama dulu. Canda tawa, saling berceloteh, curhat sampai bolos sekolah bareng demi nemenin Merlin shooting figura di Bandung. Momen itu sangat indah. Di mana sangat terlihat sekali perjuangan Merlin yang ingin menjadi artis. Tanpa lelah Merlin menjalankan perannya. Meskipun perannya belum begitu penting, ya memang karena sebagai figuran saja. Sekarang? Tentu Merlin lebih di hargai dengan mendapatkan peran utama. Itu semua berkat usaha dan bantuan dari Fabio.
"Gue harus nyamar dulu kayanya," ucap Merlin.
"Bener, Mer. Soalnya kan elo sekarang udah jadi artis kaya Fabio," ceplos Novia.
"Oh iya, Mer. Hari ini Fabio jadi pulang ke Indonesia kan?" tanya Gloria.
Merlin menggeleng lemas. Merlin tidak tau sama sekali. Karena selama seminggu Fabio tidak memberi kabar. Terakhir Fabio bilang sih, ia malah akan lanjut shooting film Fast Hunter yang ke tiga. Itu artinya hari ini Fabio engga mungkin pulang.
"Engga tau gue. Kayanya engga jadi pulang. Dia lanjut shooting film Fast Hunter yang ke tiga," jawab Merlin lesu.
"Semangat dong! Ini kan demi karir Fabio," dukung Gloria.
"Males ah gue bahas dia. Bikin gue migren aja. Ya udah yuk kita nonton. Biar gue yang teraktir. Nanti gue dandam nyamar di dalam mobil aja deh," Merlin mulai malas membahas topik tentang Fabio yang masih abu-abu.
"Asssikk!" seru si kembar. Gimana engga seneng di teraktir, sama artis pula. Hehe
"Merlin!" panggil seorang cowok. Ia mengenakan jas resmi. Dengan kemeja dan celana serba putih dan dasi berwarna merah. Kok merah putih kesannya kaya menyambut hari kemerdekaan Indonesia yah?
Merlin memperhatikn cowok cungkirng itu. Ia membawa sebuket besar mawar merah. Yang sudah acak-acakan. Meskipun pakai jas. Tapi wajahnya seperti kecapean. Nafanya terlihat sangat ngosh-ngoshan.
"Fabio!" panggil Merlin. Ya, benar cowok cungkring itu adalah Fabio. Merlin langsung berlari ke arah di mana Fabio sedang berdiri. Merlin langsung memeluk Fabio dengan erat. Aroma tubuh khas Fabio tercium jelas di hidung Merlin. Ia sangat merindukan semua hal tentang Fabio rasa kangennya mulai merebak, semenjak Fabio shooting film Fast Hunter yang ke dua, di Amerika.
Perlahan Merlin melepaskan pelukanya dari Fabio. Ia menepuk-neluk pipinya. Kemudian Merlin mencubit tangannya. "Aaaww sakit!" pekik Merlin.
"Kamu kenapa kok malah nyubit tangan kamu sendiri?" tanya Fabio, aneh melihat kelakuan ajaibnya Merlin.
"Kalo sakit tadanya lo nyata, Fab. Gue engga lagi mimpi kan?" tanya Merlin memastikan. Takut-takut ia bermimpi lagi, sama seperti waktu itu. Soalnya Fabio juga mendadak datang.
"Kamu engga mimpi kok sayang. Ini beneran aku. Fabio yang kamu sayangi. Sudah ada di depan mata kamu," ucap Fabio sedikit menggoda Merlin.
"Elo ini bisa aja ngegombalnya. Elo kapan pulang? Sayang, sayang. Pala lu peyang!" tandas Merlin.
"Jangan galak gitu ah. Pas jauh aja di minta buat cepet-cepet pulang. Ini udah pulang, malah di omelin mulu," protes Fabio.
"Haha. Maaf, maaf. Elo beneran pulang ternyata. Jadi elo engga jadi dong lanjutin shooting film Fast Hunter yang ke tiga?" tanya Merlin kepo.
"Kebetulan shootingnya di tunda. Mereka membolehkan aku pulang dulu. Karena kan seminggu lagi kita ujian sekolah sama ujian nasional," jelas Fabio. Fabio memang mendapatkan izin dari sutradara untuk pulang. Katanya Itung-itung hadiah. Karena kerja keras Fabio selama shooting film Fast Hunter yang ke dua. Mesekipun sebetulnya Merlin adalah hadiah yang paling Fabio inginkan.
"Jahat! Jahat banget sih elo engga kasih tau gue! Lo biarin gue ngejamur nungguin kepastian lo puang apa engganya! Jahat lo!" rengek Merlin manja sambil memukul-mukul Fabio.
"Hahaha. Cemas yah? Itu sama halnya kaya aku nungguin kepastian dari kamu. Kesel kan? Bete kan?" sahut Fabio.
"Jadi ceritanya elo balas dendam?" tanya Merlin dengan wajah garangnya.
"Engga kok. Jadi gimana? Apa kamu mau jadi kekasih aku?" tanya Fabio.
Merlin memperhatikan Fabio yang acak-acakan semerawut. Jasnya yang nampak bagus dan mahal malah awut-awutan. Buket bunga mawar yang seharusnya. Ini sudah tidak beraturan tata letaknya.
"Elo habis kena angin ribut, Fab? Kenapa lo acak-acakan banget?" tanya Merlin tanpa menjawab pertanyaan dari Fabio tadi.
"Tadi ada kecelakaan dalam perjalanan menuju ke sini. Aku tinggalin mobil aku di tengah-tengah jalan. Aku suruh Niyya buat ngambil mobil yang aku tinggalkan. Jadi aku ke sini lari. Makannya sekarang jadi kaya gini. Niatnya mau ngasih kejutan. Malah berantakan," jelas Fabio.
"Hahaha itu karma. Karena lo cuekin gue selama seminggu. Tanpa kepastian lo pulang apa kaga," timpal Merlin sambil tertawa terbahak-bahak.
"Udah jangan bahas yang lain dulu. Jadi gimana nih jawabannya? Kamu mau kan jadi kekasih aku?" tanya Fabio geregetan. Dari tadi ada saja yang Merlin bahas, kalau Fabio menanyakan hal ini.
Merlin melamun sejenak. Kemarin sebelum Fabio berangkat ke Amerika hatinga sudah mantap akan menerima Fabio. Tapi kok malah sekarang Merlin ragu yah? Apa karena kehadiran Leon?
"Udah terima aja, Mer!" teriak Gloria.
"Terima Mer, kasian dia udah bela-belain lari loh buat ketemu sama lo!" teriak Novia mendukung ucapan Gloria kakak kembarnya.
Merlin sampai lupa dengan Gloria dan Novia gara-gara kehadiran Fabio, yang mendadak. Panjang umur sekali Fabio. Baru juga sedang di bicarakan oleh mereka. Tau-tau malah nonggol di depan mereka.
"Gimana Mer?" ulang Fabio.
Merlin memejamkan matanya. Mencoba yakin dengan keputusan yang akan Merlin ambil. Merlin mengangguk. "Iya," ucap Merlin pelan hampir tidak terdengar.
"Maksudnya? Aku engga denger, Mer?" Fabio mendadak budeg. Habisnya tadi suara Merlin benar-benar sangat kecil.
Merlin mendekatkan mulutnya ke depan telinga milik Fabio "Iya, gue mau jadi pacar lo!" pekik Merlin melengking naik empat oktaf dari suara biasanya Merlin. Respek Fabio mundur satu langkah. Suaranya Merlin hampir membuat telinganya budeg.
Setelah itu Fabio memeluknya dengan erat. Seperti tidak mau kehilangan sosok Merlin lagi. Fabio sangat menyayangi Merlin dengan sepenuh hatinya. Sekarang pengorbanan dan perjuangan Fabio membuahkan hasil. Hasil yang manis yang membuat Fabio sangat bahagia.
"Terima kasih Mer, karena kamu telah hadir dalam hidupku. Kamu juga udah bersedia. Menjadi kekasih hati ku. Aku mencintai kamu, Mer. Aku janji akan berusaha membahagiakan kamu. Membuat hari-hari kamu, menjadi penuh senyuman. Aku janji akan setia sama kamu. Sampai aku mati," ucap Fabio jujur dari dalam hati. Matanya mulai berkaca-kaca, seperti sedang menahan tangis.
Deg! Merlin kok agak takut dengan pernyataan Fabio yang terakhir. Yang mengatakan bahwa Fabio akan setia pada Merlin sampai mati. Seneng sih mendengarkan semua perkataan Fabio yang jujur dari dalam hati Fabio. Namun entah kenapa, perkataan itu membuat pikiran Merlin terusik.
"Ciee ciee udah pacaran sekarang! Selamat yah!" teriak Novia memberikan selamat pada Fabio dan Merlin.
"Semangat buat kalian. Jangan lupa japremnya! Jatah preman! Hahaha," timpal Gloria dengan tawanya yang sangat senang.
Fabio tersenyum pada Gloria dan Novia, tanpa melepaskan pelukannya dari Merlin. Ia mengacungkan satu jempolnya. Tanda setuju dengan permintaan Gloria. Bagaimanapun Novia dan Gloria sudah ikut dalam perjalanan cintanya, mengejar Merlin. Gloria dan Novia sudah berhasil memprovokasi Merlin. Agar hati Merlin hanya tertuju untuk Fabio seorang saja.
Merlin juga tersenyum tanpa melihat kebelakang. Ke arah di mana Gloria dan Novia berada. Ia terlanjur menikmati aroma tubuh Fabio yang khas dan wangi. Merlin berharap, keputusan yang dia ambil. Untuk menerima Fabio menjadi kekasihnya adalah keputusan yang sangat tepat. Rasanya lega setelah menjawab pernyataan cinta dari Fabio. Selama kurang lebih dua bulan ini.
********
Rumah Sakit Mitra Buana
Leon masuk kedalam ruangan dokter Tiara. Ia bersiap-siap akan di periksa oleh dokter Tiara. Jantungnya mulai deg degan. Harap harap cemas Leon takut dengan hasil pemeriksaan hari ini. Tapi semoga saja semua akan baik-baik saja.
"Kamu siap?" tanya dokter Tiara. "Rilex saja. Santai, jangan gugup. Biar hasilnya bagus," ucap dokter Tiara menenangkan Leon yang mulai tegang. Dokter itu memang menebak pasien yang sedang gugup, seperti Leon.
Leon menarik nafas panjangnya. Mencoba untuk tenang dan tidak gugup. "Aku siap, dok!"
Kali ini Leon periksa di temani Elizhabeth. Elizhabeth sengaja menunggu di luar ruangan. Agar dokter Tiara lebih fokus dalam memeriksa Leon, anaknya. Kebetulan Dewanti sedang ada kuliah hari ini. Dewanti memang sedang menyusun skripsi. Elizhabeth meminta Dewanti agar fokus dulu pada kuliahnya. Soalnya sudah lama kuliah Dewanti terbengkalai. Dewanti lebih mementingkan kesehatan Leon. Dibanding kuliah saja. Jadi berhubung Elizhabeth sudah kembali ke Indonesia. Biar Elizhabeth saja yang mengantar Leon. Memenuhi dan menemani Leon, berjuang melawan penyakitnya.
Dokter Tiara bersiap-siap untuk memeriksa Leon. Sudah seminggu ia terapkan metode dan pengobatan baru pada Leon. Dokter Tiara berharap kondisi Leon semakin membaik. Agar operasi untuk Leon segera di jadwalkan. Terlihat sekali Leon dan keluarganya bergantung pada dokter Tiara. Agar ia bisa menyebuhkan anak lelakinya ini. Leon sudah terlalu lama menderita dengan penyakitnya. Jadi wajar saja mereka berharap Leon akan segera sembuh.
Terlihat jantung Leon yang berdenyut-denyut di layar ultrasonografi. Atau yang biasa di sebut layar USG. Dokter Tiara memantau pergerakan denyut jantung Leon. Leon meneguk salivanya. Masalahnya ia tidak mengerti sama sekali, dengan layar yang sedang Leon lihat. Hanya dokter ahlinya yang bisa membacanya.
"Kamu lihat ini, detak jantung kamu sudah berangsur membaik dari sebelumnya. Meskipun katup jantung yang ini mengalami kelainan. Tapi ia bisa bekerja sesuai tugasnya. Tanpa harus i bantu alat atau mesin itu," jelas dokter Tiara sambil menunjuk-nunjuk layar USG.
"Alat dan mesin itu sebetulnya di peruntukan untuk pasien gagal jantung. Pasien yang di mana kondisi jantungnya benar-benar sangat buruk dan parah. Alat dan mesin itu di pakai sebagai penopang hidupnya. Sambil menunggu pendonor jantung datang. Fungsi dari alat dan mesin itu sebetulnya sama dengan fungsi jantung yang normal. Alat dan mesin itu berfungsi untuk memompa darah dan menyebarkan oksigen keseluruh tubuh. Membantu agar detak jantung si pasien untuk tetap stabil. Tapi saya rasa kamu belum separah itu. Sampai harus memakai alat dan mesin itu. Herannya alat dan mesin itu kamu gunakan sampai dua tahun lagi. Jantung kamu itu masih bisa bekerja dengan baik kok. Yah memang sedikit lebih lambat saja," tambah dokter Tiara.
Benar-benar mencengang mendengarnya. Jadi untuk apa selama ini Leon, terpenjara dengan alat dan mesin itu selama dua tahun? Toh jantungnya masih bisa bekerja tanpa bantuan alat itu. Mana pengobatannya dan biaya alat itu malah sekali. Sudah buang-buang waktu. Buang-buang tenaga juga. Leon merasa di bodohi dokter Hilman. Mungkin beliau hanya ingin meraup keuntungan dari biaya alat dan mesin yang di pakai Leon. Jahat sekali rupanya beliau.
"Tapi dok, tanpa alat dan mesin itu. Aku bisa kambuh, itu kenapa ya? Kan kata dokter. Jantung aku bisa bekerja tanpa bantuan alat dan mesin itu," tanya Leon. Ia butuh penjelasan yang logis tentang penyakitnya.
"Leon, sebetulnya itu hanya sugesti saja. Buktinya selama seminggu ini kamu bisa lepas dari alat dan mesin itu. Bahkan kamu bisa kembali ke sekolah. Tanpa kambuh bukan? Sudah seminggu ini kamu tidak kambuh kan?" tanya dokter Tiara.
Leon mengangguk. "Benar sekali, dok. Selama seminggu ini aku engga kambuh sama sekali. Kok bisa ya? Padahal, kalau saat aku di tangani sama dokter Hilman. Aku malah masih sering kambuh. Padahal aku pake alat dan mesin itu," terang Leon. Menceritakan semua hal yang dokter Hilman lakukan pada Leon, tentang cara pengobatan dan lain sebagainya kepada dokter Tiara.
Dokter Tiara tersenyum. "Itu karena obat yang kamu minum Leon. Dosisnya terlalu tinggi. Beliau memberikan kamu obat windaw terapi sempit. Jadi jika kamu mengkonsumsinya terlalu berlebihan. Maka bukannya menjadi obat. Melainkan akan me jadi racun untuk tubuh kamu," jelas dokter Tiara lagi.
Leon benar-benar kesal dengan dokter Hilman. Dokter Hilman ini bagaimana sih? Gelarnya saja yang sudah profesor. Tapi keahliannya tidak bisa di andalkan. Masa merawat pasien dengan sakit jantung yanh bisa di atasi dengan obat biasa. Ia malah memberikan dosis yang tinggi. Di tambah pakai alat dan mesin itu. Sungguh sia-sia. Sudah membuang waktu dan biaya. Ingin sekali Leon menuntut dokter Hilman, atas tuduhan malpraktek. Tapi Leon menggubrisnya. Ia tidak mau gara-gara kekesalannya menuntut. Dokter Hilman malah kehilangan pekerjaannya. Bagaimana keluarganya, jika sampai dokter Hilman kehilangan pekerjaannya. Biar lah Leon yang menjadi bahan percobaan dari dokter Hilman.
Beruntungnya Leon bertemu dengan dokter Tiara. Meski di kategorikan dokter baru yang masih penelitian. Tapi keahliannya setara dengan profesor. Dokter Tiara seperti sudah ahli dalam bidangnya. Ternyata keputusan Leon dan Elizhabeth, memilih dokter Tiara untuk merawat Leon. Adalah keputusan yang sangat cepat.
"Pantas saja. Aku kadang masih kerasa sakit. Meskipun udah minum obat," keluh Leon.
"Sekarang tidak akan lagi. Karena sudah saya ganti dengan yang lebih ringan. Tapi cukup cepat merdakan sakit kamu. Oh iya, untuk jadwal operasinya saya tentukan bulan depan saja. Saya masih perlu mengobservasi kamu. Kalau seperti ini, kamu tidak di operasi juga akan baik-baik saja. Tapi kalau memang kamu mau sembuh sih. Tetap harus operasi," jelas dokter Tiara. Ucapan dokter Tiara itu merupakan kabar baik bagi Leon. Tentu saja Leon tidak ingin hanya baik-baik saja. Leon ingin sembuh.
"Aku ingin sembuh, dok. Berapa lamapun dokter mau observasi aku. Aku siap menunggu. Kalau memang hal itu akan membuat aku sembuh. Dua tahun pakai alat itu aja bisa tahan dan sabar. Masa untuk menunggu observasi yang sebulan aja, aku engga mau. Hehe," Leon nyengir kuda.
"Baiklah. Pemeriksaan selesai. Tidak perlu cuci darah. Karena semuanya sangat baik-baik saja. Paling saya resepkan obat saja. Kamu harus tebus dk apotek. Oh iya, mbak Dewanti mana? Biasanya dia selalu menemani kamu pemeriksaan?" tanya dokter Tiara.
"Kak Dewanti lagi kuliah, dok. Aku ke sini sama mama. Mama nunggu di luar kok," sahut Leon. Menjawab kebingungan dokter Tiara.
"Oh pantesan. Biasanya kamu di temani mbak Dewanti. Ya sudah. Ini resepnya semoga kamu selalu sehat yah," ujar dokter Tiara sambil memberikan resep, yang harus Leon tebus di bagian farmasi.
"Terimakasih dok," setelah berterimakasih. Leon keluar dari ruangan dokter Tiara. Ia melihat Elizhabeth yang tertidur di kursi tunggu. Kasian Elizhabeth. Pasti ia sangat lelah menunggu Leon pemeriksaan. Leon harus cepat sembuh. Agar tidak merepotkan lagi, semua orang yang Leon sayangi. Leon harus yakin, bahwa ia akan sembuh.
Ibu tenang aja yah. Leon yakin, Leon bisa sembuh dengan bantuan dokter Tiara. Leon tidak akan merepotkan ibu sama kak Dewanti lagi. Bahkan Leon yang akan menjaga kalian. Kalau Leon sembuh nanti. Sabar yah bu, sebentar lagi. Leon pasti sembuh, gumam Leon dalam hatinya.
Elizhabeth terbangun. "Eh, Leon. Sudah selesai pemeriksaanya? Apa kata dokter Tiara, tentang kondisi kesehatan kamu sekarang?" tanya Elizhabeth penasaran. Tentang kondisi anaknya.
"Ibu tenang aja, kata dokter Tiara. Kondisi aku baik-baik saja. Bahkan semakin membaik. Tinggal nebus resep ini kebagian farmasi, bu. Yuk kita kesana. Terus pulang, biar Leon yang nyetir mobilnya," ujar Leon bangga mengabarkan kabar baik kepada Elizhabeth. Ia kini lebih bersemangat dua kali lipat untuk sembuh. Demi orang-orang yang Leon cintai. Ia harus berjuang lebih keras. Demi pengorbanan yang selama ini mereka lakukan untuk Leon.