Chapter 11 - Rahasia

3104 Kata
Chapter 11 - Rahasia Keesokan harinya. Masih belum ada tanda sadar dari Fabio. Kondisinya sempat memburuk akibat pendarahan di otaknya. Tapi kemudian kembali stabil. Supir Fabio sepakat untuk merahasiakan kejadiaan ini dari media. Mitha, ibunya Fabio kebetulan sedang ada acara diluar kota. Awalnya supirnya Fabio bersi kukuh ingin memberitahukan hal ini pada Mitha. Tapi Laras berhasil membujuk supirnya Fabio. Agar tetap bungkam. Jangan sampai memperkeruh keadaan. Para dokter dan tim medis juga di minta, agar tidak membocorkan pada media. Bahwa Fabio sedang dirawat di rumah sakit ini. Baru pagi ini Fabio masuk ruang ICU. Setelah para dokter berjuang kurang lebih delapan jam operasi, untuk mengembalikan kondisi Fabio. Usai memindahkan Fabio dari ruang operasi, menuju ruang ICU. Dokter keluar untuk menjeslaskan beberapa hal pada Merlin. "Fabio sudah melewati masa keritisnya. Namun kita tetap harus waspada, kondisinya bisa saja tiba-tiba menurun. Apa tidak sebaiknya hubungi pihak keluarganya?" jelas dokter pada Merlin. Dokter juga sangat cemas pada pasien. Pasalnya ia tau, kalau pasien adalah seorang aktor muda. Kalau terjadi sesuatu pada Fabio. Otomatis ia akan ikut di salahkan. Karena ikut merahasiakan kondisi pasien. Tapi mau bagaimana lagi. Sekarang tidak ada pilihan lain. Karena kondisinya, tidak memungkinkan untuk memberitahukan keluarganya. Dokter juga harus bisa menjaga kode etik kedokteran. Karena sekarang wali pasien adalah Merlin. Merlin meminta untuk merahasiakan kondisinya dari media. Jadi sebagai dokter yang baik. Ia harus menuruti Merlin. "Lebih baik di rahasiakan dulu dok, semoga aja kondisinya semakin membaik." sedikit lega karena mendengar Fabio udah membaik. Semoga petaka ini tidak menjadi berkepanjangan. Bisa gawat kalau sampai terjadi apa-apa pada Fabio. Bukan hanya bapaknya Merlin yang mendapatkan masalah. Tapi Merlin, Laras dan Meylia juga akan terkena imbasnya. Fabio harus bertahan. Agar semuanya baik-baik saja. Merlin dan keluarganya akan bertanggung jawab sepenuhnya. Sampai Fabio benar-benar sembuh. Untungnya saja operasinya berjalan lancar. Sekarang, Merlin tinggal menunggu Fabio berangsur membaik. "Baiklah kalau seperti itu. Kami akan jaga kode etik dan kerahasiaan pasien. Kalau begitu saya pamit untuk memeriksa pasien lain. Jika ada apa-apa dengan Fabio, panggil perawat atau saya saja," selah pamit dokter langsung pegi dan lenyap dibalik pintu. Sementara Merlin masih menatap wajah Fabio yang memucat. Mulut dan hidungnya disumpal masker oksigen yang menopang hidupnya. Kepala Fabio dibalut rapih perban yang mengelilingi kepalanya. Dipunggung tangannya tertancap jarum yang terhubung dengan infusan. Betapa malang Fabio, kejadian ini membuat Merlin sangat bersalah. Ia menyesal, seharusnya ia bisa melawan bapaknya saat itu. Ia merasa tidak ada gunanya ia jago karate, tapi tetap saja ada yang terluka. Biasanya ia bisa melindungi ibu dan adiknya. Tapi sungguh sial malam itu. Ia tidak bisa menjaga Fabio. Merlin sungguh sangat menyesal atas kejadian ini. "Fab, lo sadar dong. Lo jangan mati yah, please," bisik Merlin didepan telinga Fabio. Bukannya rayu atau gimana. Malah bilang 'Lo jangan mati yah'. Apa enggak ada kata yang lebih bagus? Dasar Merlin, kurang romantis nih. Cewek tomboy seperti Merlin mana bisa romantis. Mungkin akan ada badai, kalau Merlin berubah jadi romantis. Tak lama Merlin merasakan ada gerakan dari Fabio. Fabio mulai menggerak gerakan jarinya. "Mer, Merlin. Kamu jangan tinggalin aku Mer, aku sayang sama kamu," samar-samar Fabio menggumam. Akhirnya Fabio siuman juga. Merlin yang menyadari hal itu, segera mencet tombol disamping bankar Fabio. Untuk memanggil tim medis ke ruangan Fabio di rawat. Tak lama tim medis pun datang. Mereka langsung memeriksa kondisi Fabio. Merlin menjelaskan bahwa tadi Fabio sempat menggerak gerakan jarinya dan mengigo. Dan syukur, Fabio telah kembali kesadarannya. Ada sedikit lega di hati Merlin. Syukurlah Fabio bisa pulih dengan cepat. Hal buruk yang selama ini Merlin pikirkan. Hanya ada dalam pikirannya saja. Merlin mendekati bankar Fabio, ia terenyum samar. Merlin senang karena Fabio bisa bertahan. "Kamu engga apa-apa?" tanya mereka bersamaan. Fabio tersenyum, "Syukurlah kalo kamu engga apa-apa, bapak kamu engga mukulin kamu lagi kan?" terlihat sekali gurat kekhawatiran diwajah Fabio. Padahal yang harusnya di khawtirkan itu Fabio. Dia malah engga perduli sama kondisi tubuhnya. Fabio malah memikirkan Merlin. Yang jelas-jelas sehat walafiat, di depan mata Fabio. Merlin menggeleng mantap, "Engga kok. Aku yang khawatir sama kamu. Sampe harus operasi pula. Kamu engga apa-apa kan?Aku khawatir banget tau," "Kamu? Biasanya elo gue, Hehehe. Kamu takut aku mati yah? Syukurlah dengan kejadian ini kamu jadi lebih deket sama aku," goda Fabio dengan wajah di buat seceria mungkin. Padahal mungkin ia menyimpan rasa sakitnya. Pasti sakitlah. Luka di kepalanya itu kan masih dalam perawatan dokter. Aktor satu ini memang pandai sekali beracting. Tapi Merlin tidak bisa dengan mudah di bohongi Fabio. Fabio mencoba menutupi, kalau dirinya baik-baik saja. Padahal tidak sedang baik-baik saja. "Rese lo yah. Gue tuh khawatir sama lo. Lo malah bercanda!" tukas Merlin sambil cemberut. "Lo lihat kan betapa ancurnya keluarga gue. Udah miskin, punya ayah pemabuk. Terus nyelakain lo lagi. Apa lo masih mau ngejar gue? Gue aja malu Fab, gue malu sama lo," mata Merlin mulai berkaca-kaca. Fabio tidak tau, betapa ketakutannya, saat Melihat melihat Fabio tergeletak tak berdaya. Saat Fabio di putuskan untuk di operasi. Merlin takut terjadi hal buruk pada Fabio. Ia tak mau Fabio kenapa-napa. Apalagi sampai meninggal. Fabio memegang tangan Merlin. Fabio menangkap betul sinyal penyesalan dari Merlin. Fabio harus mengubah ke adaan. Merlin tidak boleh terus-terusan merasa bersalah. Bisa gawat, kalau ia kukeh menolak cintanya. "Anggap aja luka ini sebagai restu dari ayah kamu," ujar Fabio ngasal. "Ih aneh lo! Benturan dikepala lo kayanya, keras banget yah. Sampe lo eror kaya gini? Ini kecelakaan Fab, malah dianggap restu," Merlin sewot. "Hahaha, santai aja. Aku kuat kok Mer. Aku engga akan mati semudah itu. Aku kan belum dapet hati kamu. Kalo aku mati duluan, rugi dong aku. Haha," celoteh itu terus bergulir dimulut Fabio. Merlin tau itu hanya pura-pura. Fabio pasti kesakitan. Dia memang sangat pandai bersandiwara, di depan Merlin. Emang Merlin bisa semudah itu di tipu oleh Fabio apa? Merlin juga sorang artis. Meski baru artis figuran. Jadi Merlin tau, kalau Fabio sedang acting. Untuk berusaha tetap baik-baik saja. Diam-diam Merlin mematap Fabio terharu. Betapa cerianya Fabio, padahal bisa saja Fabio menuntut bapaknya Merlin atas kejadian ini. Bapaknya bisa di penjara, atas tuduhan percobaan pembunuhan. Tapi ia malah menganggapnya sebagai restu. Malah cengar-cengir pula. Otaknya Fabio geser kali yah? Hehe. Ada debar yang berbeda di dadanya Merlin. Ia tidak tau, rasa apa yang ia rasakan. Rasa menyesal menjelma, menjadi rasa takut akan kehilangan Fabio. Apakah itu cinta? Apa secepat itu Merlin bisa jatuh cinta, pada orang baru? Merlin masih pengecut untuk mengakuinya. Ia masih meragukan rasa cinta, yang ada di dalam hatinya. Merlin masih ingin melihat perjuangan Fabio, untuk dirinya. Merlin masih harus memastikan sesuatu. Agar hatinya mantap hanya tertuju untuk Fabio. "Oke, sekali lagi maafin aku yah. Aku bakalan nurut deh, apa kata kamu. Tapi, kalo buat nerima cinta kamu. Aku masih butuh waktu," ujar Merlin lebih sopan. Kayanya engga rugi juga bersikap sopan pada Fabio. Soalnya selama ini, Merlin berikap kasar terus pada Fabio. Tapi Fabio selalu bersikap baik padanya. Malu rasanya kalau galak terus sama Fabio. "Nah gini dong Mer, kan enak kalo udah ngomong aku kamu. Tinggal ubah aja jadi kita. Terus kita pacaran deh. Eh sekalian aja ke pelaminan. Hehhe." sepertinya Fabio suka sekali menggoda Merlin. Kali ini Merlin hanya bisa diam. Merlin mulai memahami sifat Fabio. Ternyata Fabio memang setegar itu. Ia sangat kuat. Fabio tidak mau di anggap lemah oleh orang lain. Meski memang sekarang kondisinya sedang lemah. Mimik wajah Fabio berubah menjadi serius. "Mer, penampilan kamu harus diubah sedikit-sedikit. Lebih feminim kaya kemaren, pasti banyak PH yang mau pake kamu ko. Tinggal dilatih lagi, kualitas acting kamu. Setelah keluar dari rumah sakit. Aku mau ajarin kamu, tentang bahasa tubuh dan kontrol emosi. Itu penting bagi aktor atau aktis yang memang sudah handal," nasiat Fabio. "Iya sayang," ups Merlin keceplosan. "Aduh maksud aku.. I.. Iya Fab," Merlin tergagap. Wajahnya langsung merah padam. Malu sekali, bisa-bisanya ia melontarkan kata sayang. Merlin sepertinya malu-malu, tapi mau nih. Mungkin di hati kecinya, Merlin sudah menyimpan rasa sayang untuk Fabio. Tapi entah kenapa masih ada saja perasaan ragu di hatinya. "Hahahaha, iya enggak apa-apa sayang. Begitu lebih enak ko," Fabio malah tertawa terbahak-bahak. Senang sekali Merlin keceplosan bilang sayang. Itu artinga peluangnya, untuk mendapatkan hati Merlin. Masih terbuka lebar. "Udah ah sebel! Gue mendingan pulang aja!" tukas Merlin, sambil berbalik badan akan pergi ke luar. Namun Fabio berhasil menahan tangan Merlin. "Jangan pergi, aku masih sakit, Mer. Apa kamu tega, ninggalin aku sendirian di rumah sakit?" ucap Fabio dengan wajah memelas. Fabio sedikt manja pada Merlin. Semoga saja Merlin tidak risih, melihat sisi manjanya Fabio. Respek Merlin membalikan tubuhnya. Kini mereka saling berhadapan. Merlin tidak tega meliaht wajah pucatnya Fabio. Bagaimanapun, ia harus bertangung jawab atas perbuatan bapaknya. Merlin harus merawat Fabio sampai sembuh. Tidak ada pilihan lain, selain merawat Fabio. Merlin bukan tipe orang yang mudah lepas dari tanggung jawab. Merlin harus bertanggung jawab sampai benar-benar semuanya selesai. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka. Mereka saling mendekat.. Mendekat.. Dan.. Kini wajah mereka sudah berada dalam jarak sangat dekat. Mungkin jaraknya hanya sekitar beberapa senti saja. Fabio memejamkan matanya, ia mulai medekat lagi. Tapi Merlin seakan teringat sesuatu. "Oke gue di sini. Tapi janji lo jangan gombalin gue mulu," sanggah Merlin. Ia tidak mau sampai ciuman itu terjadi. Merlin tau hal itu akan membuat Fabio kecewa. Tapi Merlin tidak mau dengan begitu mudah, melepaskan ciuman pertamanya. Fabio belum sah menjadi kekasihnya. Enak aja udah dapetin ciuman pertama Merlin. Fabio nanti semakin kegirangan. Fabio tersenyum malu. Saat ciuman engga jadi. Hal itulah yang memalukan. Mana Fabio sudah berharap lebih tadi. Malu banget rasanya. "Iya, iya, maaf yah. Aku seneng aja, kalo godain kamu. Haha," Jantung Merlin masih berdegup dengan kencang. Belum juga terjadi udah deg degan seperti ini. Apa lagi kalau sampai ciuman itu terjadi. Mungkin perasaannya akan kacau tak karuan. Bukan hanya Merlin yang jadi salah tingkah. Fabio juga masih berusaha menenangkan, jantungnya yang berdetak heboh. Cinta memang aneh. Baru merasakannya saja susah banyak hal aneh yang terjadi. Cinta sungguh berpengaruh besar dalam hidup setiap manusia. Karena cinta itu unik. Sampai semua orang ingin merasakan indahnya cinta. Cinta yang membawa hidupnya lebih bahagia. Yang membuat hidup mereka lebih berwarna. Lebih bersemangat dari sebelumnya. Tak heran kalau semua orang. Selalu mencari cinta sejatinya. Karena cinta sejati memang sulit untuk di cari. ********* Kejadian malam itu membuat Fabio dan Merlin semakin dekat. Merlin sering datang ke rumah sakit. Untuk menjenguk Fabio. Merlin selalu memastikan, agar Fabio tetap baik-baik saja. Untungnya hari ini perkembangan keshatan Fabio, sudah cukup membaik. Sehingga Fabio bisa di pindahkan. Dari ruangan ICU, ke ruang rawat inap biasa. "Fab, untuk tagihan rumah sakit. Aku belum bisa bayarnya. Tadi pagi udah di tagih. Aku baru nyicil satu juta. Itu masih kurang banget. Soalnya biaya operasi kamu cukup mahal juga, " dengan pelan-pelan Merlin membahas hal itu. Kalau bahas uang, pasti sangat sensitif. Tapi mau bagaimana lagi. Cepat atau lambat Fabio harus tau mengenai hal ini. Merlin tidak sanggup melunasi biaya perawatan Fabio, selama di rumah sakit. Untuk biaya hidup sehari-hari saja sudah susah. Apalagi ini membayar tagihan rumah sakit Fabio yang semakin membengkak. "Kamu tenang aja. Biar itu aku yang urusin. Aku bisa suruh pak Suryo buat membayar tagihannya. Jadi kamu ga usah terbebani lagi. Makasih yah udah bawa aku ke rumah sakit," Fabio malah berterimakasih. "Harusnya aku yang bayar. Karena semua ini gara-gara bapak. Tapi malah kamu yang menanggung semuanya. Aku janji, kalau aku jadi artis. Aku akan lunasi hutang aku ke kamu, " sesal Merlin. "Udah kamu engga usah khawatir soal itu. Jadi engga usah di bahas lagi yah. Kita bahas yang lain aja," ujar Fabio santai. Hening. Hening. "Syukurlah, kamu udah pindah di ruang rawat inap," Merlin menghela nafasnya lega. Pemulihan Fabio bisa di kategorikan sangat cepat. Ia mengalihkan pembicaraan. Agar suasana tidak canggung."Aku seneng kamu bisa pulih secepat ini," Fabio tersenyum, "The power of love, Mer. Ini semua berkat kamu," ucap Fabio ngasal seperti biasa. "Tuh kan mulai lagi gombalnya," Merlin mulai dongkol lagi. "Bener kok, Mer. Kalo kamu kemaren tinggalin aku. Aku pasti udah mati," "Ssstttt... Elo ga boleh bilang gitu ah. Lo engga boleh sampe mati," Merlin meringis mendengar ucapan Fabio. Merlin paling sebal, kalau sudah membicarakan tentang kematian. "Umur manusia itu engga ada yang tau, Mer. Kamu atau aku duluan yang pergi, itu semua rahasia Tuhan. Tapi siap engga siap. Kita harus siap menghadapai kematian itu sendiri," ujar Fabio. Kok mendadak Fabio jadi ngomongin kematian sih. Apa ini pertanda? Merlin menepis pikran buruknya. Mungkin akibat kecelakaan, jadi Fabio masih ngomong ngalor ngidul ga jelas. "Ini kenapa jadi ngomongin mati sih. Udah, udah, lo sama gue harus tetep hidup. Paham!" bentak Merlin sebal. Dia paling tidak suka, kalau sudah membicarakan tentang kematian. Merlin tau semua orang akan mati. Tapi engga usah di bahas aja. "Kamu takut kehilangan aku yah? Bukanya seneng, kalo aku mati. Itu tandanya, engga akan ada cowok menyebalkan. Seperti aku yang ganguin kamu terus," cerocos Fabio. Di suruh berhenti sama Merlin. Fabio malah semakin menjadi. "Stop engga! Gue bener-bener bakalan pulang dan engga akan kembali ke sini lagi," ancam Merlin. Fabio malah menarik tangan Merlin. Tarikannya ternyata terlalu kuat, hingga Merlin kehilangan keseimbangannya. Dan.. Buk! Merlin jatuh kepelukannya. Posisi mereka sekarang saling bertindihan. Fabio di bawah dan Merlin di atas. Mereka saling memandang satu sama lain. Mereka hanyut dalam pikirannya masing-masing. Aku takut kamu pergi, Mer. Kalau kamu harus pergi dari aku. Mendingan aku mati. Hidupku sedikit berwarna, berkat kehadiran kamu. Jantung ini berdebar kuat karena kamu. Kamu yang membuat aku semangat. Untuk menjalani hidup aku yang monoton. Hidup aku yang dulunya, hanya di atur oleh mama saja. Aku hanya boneka mama. Tapi sekarang, aku punya alasan. Untuk menikmati hidupku yang membosankan ini. Hidupku yang penuh sandiwara. Harus tetap tersenyum di depan media dan para fans. Meski sebenarnya itu hanya senyum palsu. Tapi, sekarang aku punya alasan untuk tersenyum. Yaitu hanya untuk kamu, Mer. Gumam Fabio dalam hati. Aku takut terjadi sesuatu padamu Fabio. Hanya saja, semua ini terlalu cepat bagiku. Entah apa yang aku rasakan sekarang ini. Yang jelas. Sepertinya aku mulai menyukimu. Aku mulai takut kehilangan kamu. Aku masih butuh waktu untuk meyakinkan hati ini. Aku tidak mau terburu-buru, gumam Merlin dalam hati. Mereka mulai sadar dengan posisi mereka sekarang yang ambigu. Merlin langsung bangun dari posisinya. "Maaf.." sesal Fabio. "Aku juga minta maaf. Ya udah sekarang kamu istirahat aja yah," Merlin malah salting di buatnya. "Oh iya, Mer. Tadi pagi aku chat sama sutradara Yeni. Katanya mau ada project baru, sebelum aku shooting Fast Hunter di Amerika. Dia suruh aku cari lawan main terserah aku. Nah.. Kebetulan aku keingetan sama kamu. Kamu mau kan jadi lawan main aku?" tanya Fabio. Mata Merlin berbinar. Lawan main? Berarti peran utama dong? Selama ini Merlin hanya jadi peran pendamping saja. Bisa di bilang peran tidak penting. Hanya lewat. Atau dialog sepatah dua patah kata. Itupun bayarannya hanya sedikit sekali. Mungkin ini kesempatan Merlin untuk lebih maju lagi. Siapa tau dengan mengambil peran ini. Ia bisa menjadi artis seperti Fabio. Kesempatan ini tidak boleh ia tolak. Karena ini tiketnya, untuk menjadi artis. "Mau dong. Sama kamu mainnya?" tak sadar Merlin mulai bilang aku-kamu lagi. Hehee. Mereka sudah semakin dekat rupanya. "Oke. Kalo gitu, deal yah. Aku langsung bilang ke sutradara Yeni. Dia pasti langsung setuju, kalau aku yang ngerekomendasiin kamu," Fabio langsung mengetik sesuatu di layar ponselnya. Mungkin mengabarkan sutradara Yeni. Memberitahukan bahwa peran utama ceweknya sudah di temukan. Fabio senang, akhirnya syarat kedua dari Merlin akan segera ia penuhi. Dengan ini Merlin akan menjadi artis. Seperti yang Merlin mau. Semoga saja syarat yang ke tiga, bisa segera ia penuhi. Karena Fabio sudah tak sabar, ingin memiliki Merlin seutuhnya. "Film apa nih Fab? Ini kan debut pertama aku. Engga macem-macem kan?" tanya Merlin sedikit cemas. Padahal dalam hatinya senang sekali. Akhirnya ia bisa debut jadi peran utama juga. "Engga tau, Mer. Katanya seminggu lagi kita di minta reading dulu. Kalo udah fix langsung shooting beberapa since. Kamu siapkan?" Entah kenapa Merlin masih sedikit ragu. Mungkin karena ini peran utama, pertama Merlin. Jadi ia sedikit gugup dan ragu. "Siap sih. Tapi engga macem-macem kan?" "Kapan sih aku main film yang macem-macem. Kamu tenang aja. Kamu aman kok. Kalo sama aku," Fabio tau betul kecemasan Merlin. Dulu juga saat debut pertamanya. Fabio juga ragu dan gugup seperti Merlin. Dulu mamanya yang selalu meyakinkan. Kalau Fabio bisa melewati semuanya. Fabio bisa mengikuti jejak ibunya di dunia entertainment. Dan sekarang, Fabio bisa mendobrak rasa malu dan rasa takutnya. Fabio sekarang bisa menjadi aktor muda terkenal. Padahal ia baru empat bulan di dunia entertainment. Tapi namanya sudah meroket sampai manca negara. Sudah go internasional, sampai ke nergara Amerika. Keren bukan. "Makasih yah, Fab. Kamu udah baik banget sama aku. Aku akan nurut sama semua yang kamu perintahin ke aku. Termasuk, kalau nanti kamu suruh aku diet," Diet? Merlin padahal paling tidak bisa diet. Merlin termasuk cewek yang doyan makan. Makanan yang ada di hadapanya, langsung ia santap. Tanpa berpikir panjang dulu. Yang penting perut kenyang. Itu yang ada dalam pikirannya. "Ya engga usah diet juga kali. Asal jaga pola makan aja, Mer. Berarti, kalo nurut semua perintah aku. Kamu mau dong, aku pernintah jadi pacar aku," kata Fabio memanfaatkan situasi. "Eit.. Yang satu itu nanti dulu. Sabar dong. Kan waktunya juga tiga bulan," sanggah Merlin. Fabio manyun, "Jadi harus nunggu tiga bulan dulu nih. Baru bisa jadi pacar kamu? Susah banget sih dapetin kamu," wajah Fabio terlihat sangat kecewa. "Ayo dong usaha! Siapa tau kurang dari tiga bulan. Aku bisa suka sama kamu. Aku kan udah pernah bilang. Engga akan mudah buat dapetin aku. Tapi kan engga nutup kemungkinan juga. Jadi semangat yah!" Merlin memberikan semangat. Agar Fabio terus mengejar cintanya. Padahal sebetulnya, Merlin ingin sekali menerima cintanya. Yah tapi ya sudah lah. Mungkin memang cinta tak bisa di paksakan. Hanya waktu yang bisa menjawab itu semua. Waktu yang menjadi kiblat, kapan cinta itu akan berlabuh. Di dermaga mana ia akan berhenti. Dan bahtera mana yang akan kuat, untuk tempat bernaung. "Karena minggu depan shootingnya akan di muali. Aku mau kasih kamu beberapa tips suapaya lolos chasting. Kamu harus setiap hari ke rumah sakit yah. Biar aku bimbing kamu, sekalin nemenin aku. Hehehe," Fabio terkekeh renyah. "Maunya kamu tuh. Apa engga apa-apa kamu bimbing aku? Kamu kan masih sakit. Harus banyak istirahat. Kirain aku engga usah pake chasting, cashting lagi. Tinggal main aja. Kan rekomendasi dari kamu," Merlin tidak mau Fabio sampai drop lagi. "Ya harus tetep chating dong, Mer. Kamu tenang aja. Selesai aku ngebimbing kamu. Aku langsung istirahat kok. Aku juga pengen pulih dengan cepat. Supaya bisa berkarya lagi," ujar Fabio bersemangat. Semangatnya patut di acungkan jempol.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN